Ini Akibat Umar bin Khattab Menolak Usul Muawiyah Memperkuat Angkatan Laut
Selasa, 15 Oktober 2024 - 14:49 WIB
MU'AWIYAH bin Abi Sufyan pernah meminta kepada Khalifah Umar bin Khattab agar dipersiapkan armada kapal untuk penjagaan pantai-pantai Syam dan Mesir dalam menghadapi kapal-kapal Romawi kalau mereka mencoba mengintai pantai-pantai itu.
Umar bin Khattab merasa prihatin sekali atas permintaan Mu'awiyah itu. Disebutkannya apa yang sudah pernah menimpa Ala bin al-Hadrami tatkala ia bertualang menyeberangi Teluk Persia dengan kapal yang membawa pasukannya. Pasukan Persia segera mencegatnya dengan membuat garis pemisah yang membuat mereka harus kembali ke kapal.
Sesudah Mu'awiyah terus mendesak, Umar menulis kepada Gubernur Mesir, Amr bin Ash agar melukiskan keadaan lautan. Jawaban Amr adalah: "Saya melihat laut itu sebuah hasil ciptaan besar yang diarungi oleh makhluk-makhluk kecil, dan yang ada hanya langit dan air. Kalau laut tenang, hati jadi sedih, kalau laut bergolak, pikiran kacau balau, jadi kurang yakin, malah makin ragu. Mereka seperti ulat di sebatang kayu, kalau miring tenggelam, kalau selamat bersinar."
Lukisan itu membuat Khalifah Umar makin prihatin, dan dia tidak membolehkan Mu'awiyah menyiapkan kapal-kapal itu, juga tidak membolehkannya membicarakan soal itu lagi.
Kala itu, umat Islam samasekali memang tidak tahu mengenai laut. Laut dikuasai oleh Romawi. Mereka mampu mengangkut pasukan dengan kapal ke Mesir.
Kelemahan pihak muslim ini diketahui betul pihak Romawi. Itu sebabnya, Romawi mengambilkesempatan itu. Mereka bernafsu merebut kembali Mesir dari kaum muslim. Mesir mereka anggap sebagai warisan dari nenek moyangnya. Romawi bercita-cita mempertahankan kelangsungan Imperium itu di Asia dan Ifriqiyah akan sirna.
Pada saat akan merebut kembali Mesir, Romawi menyiapkan sebuah armada terdiri dari 300 buah kapal lengkap dengan tenaga manusianya, dipimpin oleh Manuel orang kebirian itu, dan dikerahkan ke tempat tujuan.Mereka merahasiakan tujuannya sehingga rahasia itu benar-benar tertutup, tak diketahui oleh pihak Arab.
Dengan muslihat itumereka berhasil mengantarkan armadanya sampai ke Iskandariah dan mendaratkan pasukannya di kota itu. Mereka disambut oleh penduduk Romawi yang tinggal di sana dan mereka segera bergabung lalu bersama-sama menuju ke asrama pasukan Arab.
Semua penghuni asrama itu mereka bunuh, kecuali beberapa orang yang masih sempat lari. Selanjutnya Manuel dan pasukannya tinggal di ibu kota yang besar itu. Terbayang oleh mereka, bahwa petualangan mereka kini sudah akan berhasil baik dan usaha mengosongkan Muslimin dari Mesir sudah menjadi kenyataan. (*)
Umar bin Khattab merasa prihatin sekali atas permintaan Mu'awiyah itu. Disebutkannya apa yang sudah pernah menimpa Ala bin al-Hadrami tatkala ia bertualang menyeberangi Teluk Persia dengan kapal yang membawa pasukannya. Pasukan Persia segera mencegatnya dengan membuat garis pemisah yang membuat mereka harus kembali ke kapal.
Sesudah Mu'awiyah terus mendesak, Umar menulis kepada Gubernur Mesir, Amr bin Ash agar melukiskan keadaan lautan. Jawaban Amr adalah: "Saya melihat laut itu sebuah hasil ciptaan besar yang diarungi oleh makhluk-makhluk kecil, dan yang ada hanya langit dan air. Kalau laut tenang, hati jadi sedih, kalau laut bergolak, pikiran kacau balau, jadi kurang yakin, malah makin ragu. Mereka seperti ulat di sebatang kayu, kalau miring tenggelam, kalau selamat bersinar."
Lukisan itu membuat Khalifah Umar makin prihatin, dan dia tidak membolehkan Mu'awiyah menyiapkan kapal-kapal itu, juga tidak membolehkannya membicarakan soal itu lagi.
Kala itu, umat Islam samasekali memang tidak tahu mengenai laut. Laut dikuasai oleh Romawi. Mereka mampu mengangkut pasukan dengan kapal ke Mesir.
Kelemahan pihak muslim ini diketahui betul pihak Romawi. Itu sebabnya, Romawi mengambilkesempatan itu. Mereka bernafsu merebut kembali Mesir dari kaum muslim. Mesir mereka anggap sebagai warisan dari nenek moyangnya. Romawi bercita-cita mempertahankan kelangsungan Imperium itu di Asia dan Ifriqiyah akan sirna.
Pada saat akan merebut kembali Mesir, Romawi menyiapkan sebuah armada terdiri dari 300 buah kapal lengkap dengan tenaga manusianya, dipimpin oleh Manuel orang kebirian itu, dan dikerahkan ke tempat tujuan.Mereka merahasiakan tujuannya sehingga rahasia itu benar-benar tertutup, tak diketahui oleh pihak Arab.
Dengan muslihat itumereka berhasil mengantarkan armadanya sampai ke Iskandariah dan mendaratkan pasukannya di kota itu. Mereka disambut oleh penduduk Romawi yang tinggal di sana dan mereka segera bergabung lalu bersama-sama menuju ke asrama pasukan Arab.
Baca Juga
Semua penghuni asrama itu mereka bunuh, kecuali beberapa orang yang masih sempat lari. Selanjutnya Manuel dan pasukannya tinggal di ibu kota yang besar itu. Terbayang oleh mereka, bahwa petualangan mereka kini sudah akan berhasil baik dan usaha mengosongkan Muslimin dari Mesir sudah menjadi kenyataan. (*)
(mhy)