Harut dan Marut, Malaikat yang Diberi Syahwat: Apa Kabarnya saat Ini?
Rabu, 13 November 2024 - 16:32 WIB
Manna’ Khalil Al-Qattan dalam "Studi Ilmu-Ilmu Qur’an" (Litera Antar Nusa, 2013) menyebut Harut berasal dari kata (harata) yang berarti mencela, mencerca, menjadi luas, orang yang tak dapat menyimpan rahasia dan berkata keji serta yang lebar sudut bibirnya.
Sedangkan Marut berasal dari kata (al-martu), yang berarti tanah lapang yang tak bertumbuh-tumbuhan, tanah tak bertumbuh-tumbuhan serta badan yang tak berambut.
Adapun kata Marut sendiri dari kata (al-martu) yang berarti kebahagiaan tanpa hasil atau tanah gersang (tanah yang tidak ada tumbuh-tumbahan sama sekali) maupun badan yang tak berambut/berbulu.
Sedangkan kata Marut termasuk nama non-Arab. Kata (al-Marmarit) mempunyai arti bala’, musibah atau bencana yang hebat. Artinya Marut adalah orang yang membawa bencana yang besar.
Muhyiddin al-Darwisyi menyampaikan, bahwa “wa ma unzila ‘ala al-malakain” adalah ‘athaf (mengikuti) obyek “yu’allimuna’, yaitu sihir .
Sedangkan Babil adalah suatu kota lama di sebelah timur Baghdad. Adapun Harut dan Marut merupakan badal (kata ganti) dari kata al-malakain.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ayat 102 dari surat al-Baqarah merupakan bagian dari ragam balaghah yang menunjukkan kepastian suatu ilmu, yaitu sihir serta adanya jimat-jimat, walaupun pada akhirnya Allah SWT menegaskan Nabi Sulaiman as serta melarang beredarnya ilmu tersebut.
"Artinya pada dasarnya semua ilmu adalah Allah yang menurunkan dan boleh dilaksanakan, kecuali sihir yang sudah mendapatkan perintah sebagai suatu ilmu yang dilarang," tulis Nashrudin Baidan dalam "Wawasan Baru Ilmu Tafsir" (Pustaka Belajar, 2011).
Disiksa di Babil
Dikisahkan, malaikat yang telah diberi syahwat oleh Allah SWT, Harut dan Marut, sampai kini masih disiksa di Babil, di sebuah penjara bawah tanah dalam keadaan digantung dengan kepala terbalik dengan rantai besi. Mereka disiksa dengan rasa dahaga sementara di dekat lidah mereka diletakkan air.
Semua asap dunia dimasukkan ke dalam hidung mereka untuk menambah siksaan mereka. Kedua mata mereka dibuat melotot tidak tidur hingga kebiru-biruan dan wajah mereka berubah menjadi hitam. Mereka akan terus begitu hingga hari kiamat.
Diriwayatkan ada seorang laki-laki dari tanah Babil datang kepada Harut dan Marut. Ia bermaksud belajar ilmu sihir dari mereka. Ketika sampai, laki-laki tersebut melihat mereka dalam keadaan tersiksa.
Si laki-laki berkata, “Aku bersaksi tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Ketika mendengar ucapan laki-laki itu, Harut dan Marut bertanya, “Umat siapakah engkau?”
Laki-laki itu menjawab, “Aku dari umat Muhammad SAW.”
Mendengar jawaban tersebut, keduanya berkata, “Apakah Muhammad telah diutus?”
Laki-laki itu menjawab, “Ya, benar.”
Maka keduanya berkata, “Alhamdulillah.”
Keduanya kelihatan bahagia. Si laki-laki bertanya, “Mengapa kalian berdua begitu gembira ketika Nabi SAW disebut?”
Mereka menjawab, “Memang, kami merasa gembira karena dia adalah Nabi yang diutus menjelang terjadinya kiamat. Ini berarti hukuman kami akan segera berakhir.”
Sedangkan Marut berasal dari kata (al-martu), yang berarti tanah lapang yang tak bertumbuh-tumbuhan, tanah tak bertumbuh-tumbuhan serta badan yang tak berambut.
Adapun kata Marut sendiri dari kata (al-martu) yang berarti kebahagiaan tanpa hasil atau tanah gersang (tanah yang tidak ada tumbuh-tumbahan sama sekali) maupun badan yang tak berambut/berbulu.
Sedangkan kata Marut termasuk nama non-Arab. Kata (al-Marmarit) mempunyai arti bala’, musibah atau bencana yang hebat. Artinya Marut adalah orang yang membawa bencana yang besar.
Muhyiddin al-Darwisyi menyampaikan, bahwa “wa ma unzila ‘ala al-malakain” adalah ‘athaf (mengikuti) obyek “yu’allimuna’, yaitu sihir .
Sedangkan Babil adalah suatu kota lama di sebelah timur Baghdad. Adapun Harut dan Marut merupakan badal (kata ganti) dari kata al-malakain.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ayat 102 dari surat al-Baqarah merupakan bagian dari ragam balaghah yang menunjukkan kepastian suatu ilmu, yaitu sihir serta adanya jimat-jimat, walaupun pada akhirnya Allah SWT menegaskan Nabi Sulaiman as serta melarang beredarnya ilmu tersebut.
"Artinya pada dasarnya semua ilmu adalah Allah yang menurunkan dan boleh dilaksanakan, kecuali sihir yang sudah mendapatkan perintah sebagai suatu ilmu yang dilarang," tulis Nashrudin Baidan dalam "Wawasan Baru Ilmu Tafsir" (Pustaka Belajar, 2011).
Disiksa di Babil
Dikisahkan, malaikat yang telah diberi syahwat oleh Allah SWT, Harut dan Marut, sampai kini masih disiksa di Babil, di sebuah penjara bawah tanah dalam keadaan digantung dengan kepala terbalik dengan rantai besi. Mereka disiksa dengan rasa dahaga sementara di dekat lidah mereka diletakkan air.
Semua asap dunia dimasukkan ke dalam hidung mereka untuk menambah siksaan mereka. Kedua mata mereka dibuat melotot tidak tidur hingga kebiru-biruan dan wajah mereka berubah menjadi hitam. Mereka akan terus begitu hingga hari kiamat.
Diriwayatkan ada seorang laki-laki dari tanah Babil datang kepada Harut dan Marut. Ia bermaksud belajar ilmu sihir dari mereka. Ketika sampai, laki-laki tersebut melihat mereka dalam keadaan tersiksa.
Si laki-laki berkata, “Aku bersaksi tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Ketika mendengar ucapan laki-laki itu, Harut dan Marut bertanya, “Umat siapakah engkau?”
Laki-laki itu menjawab, “Aku dari umat Muhammad SAW.”
Mendengar jawaban tersebut, keduanya berkata, “Apakah Muhammad telah diutus?”
Laki-laki itu menjawab, “Ya, benar.”
Maka keduanya berkata, “Alhamdulillah.”
Keduanya kelihatan bahagia. Si laki-laki bertanya, “Mengapa kalian berdua begitu gembira ketika Nabi SAW disebut?”
Mereka menjawab, “Memang, kami merasa gembira karena dia adalah Nabi yang diutus menjelang terjadinya kiamat. Ini berarti hukuman kami akan segera berakhir.”
(mhy)