Kisah Pelarian dan Matinya Raja Persia Yazdigird di Era Khalifah Utsman bin Affan
Minggu, 17 November 2024 - 09:16 WIB
Yazdigird adalah kaisar Persia yang bertahan sampai di era Khalifah Utsman bin Affan . Tatkala pasukan Islam menguasai Persia , iasedang dalam pelarian dari satu daerah ke daerah lain sampai akhirnya terbunuh di rumah seorang penggali tanah di pesisir Sungai Mirgab.
Muhammad Husain Haekal dalam bukuyang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkantatkalapasukan Muslimin sedang mengibarkan bendera kemenangannya di mana-mana di kawasan Persia,Yazdigird bersembunyi dalam pelarian.
Sumber-sumber mengenai terbunuhnya Yazdigird masih simpang-siur. Kesimpangsiuran ini karena adanya perbedaan tanggal penaklukan daerah-daerah di Persia.
Menurut Haekal, seluruh Persia sudah ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khattab , dan sesudah itu pernah bergolak dan mengadakan beberapa kali pemberontakan, yang oleh Yazdigird, pemberontakan ini dimanfaatkan dan ia keluar dari tempat perlindungannya di tempat Khaqan Turki.
"Sulit sekali dapat dipastikan tahun berapa ia kembali pada masa Utsman itu. Akan tetapi tak lama sesudah ia kembali ia berusaha memerangi pasukan Arab. Ia menghimpun semua pasukannya untuk melawan musuhnya itu. Namun semua pasukannya tak memberi arti apa-apa buat dia. Ia lari lagi dari Kerman ke Sijistan kemudian ke Khurasan. Di pesisir Sungai Mirgab inilah ia menemui ajalnya," tutur Haekal.
Menurutnya, sumber-sumber itu sepakat bahwa terbunuhnya Yazdigird bukan ketika ia lari dari pengejaran pasukan Muslimin, tetapi ia terbunuh karena berselisih dengan raja-raja dan pembesar-pembesar Persia sendiri.
Sejarawan Balazuri menuturkan bahwa suatu hari Yazdigird sedang duduk-duduk di Kerman, tiba-tiba datang seorang pembesar kota itu dan berkata kepadanya dengan sikap angkuh. Dimintanya ia segera angkat kaki seraya mengatakan: "Anda tak berhak menjadi penduduk daerah kota ini, apalagi mau sebagai raja. Kalau Anda orang baik-baik Anda tidak akan mengalami nasib seperti ini!"
Ketika ia meneruskan perjalanan ke Sijistan ia disambut oleh raja negeri itu dengan penghormatan dan segala kebesaran.
Sesudah berlalu beberapa hari, ketika ia menanyainya mengenai pajak, sikapnya tiba-tiba berubah. Melihat yang demikian Yazdigird pergi ke Khurasan.
Ketika berada di Merv ia diterima oleh Mahuwe, marzaban (penguasa) kota itu, dengan segala kebesaran dan penghormatan. Kemudian Naizak Turkhan datang dan membawanya dengan penuh penghormatan. Dimintanya ia tinggal bersama Naizak selama satu bulan. Ketika kemudian ia pergi dan Naizak menulis surat kepadanya meminta tangan putrinya, Yazdigird merasa tersinggung dan ia berkata:
"Tulislah kepadanya, bahwa Anda hanyalah seorang budak dari budak-budakku, bagaimana Anda berani melamar kepada saya!"
Ia memerintahkan supaya mengusut Mahuwe, marzaban Merv itu dan menanyainya tentang hartanya. Mahuwe menulis surat kepada Naizak menghasutnya dengan mengatakan: "Orang itu, yang datang terusir sebagai pelarian itu, dan Anda sudah bermurah hati kepadanya supaya ia dapat kembali kepada kerajaannya, menulis surat begitu rupa kepada Anda."
Setelah itu mereka bekerja sama dengan rencana hendak membunuhnya. Kemudian Naizak mendatangi orang-orang Turki sampai ia tiba di Janabiz. Bersama-sama dengan pihak Turki itu ia memeranginya. Ia mengalami pukulan berat sehingga banyak anak buahnya yang terbunuh, dan markasnya pun dirampas. Ketika ia pergi ke kota Merv tetapi tidak dibukai pintu ia turun dari kendaraannya dan berjalan kaki sampai ke rumah penggiling tepung di Mirgab itu."
Hari-hari terakhir Yazdigird
Selanjutnya Balazuri menceritakan terjadinya pembunuhan di rumah penggilingan tepung itu.
Sedangkan Tabari mengutip cerita Naizak dan Yazdigird itu lain lagi. Begitu juga cerita-cerita lain yang dikutipnya, yang semuanya berakhir dengan kematian Yazdigird di rumah penggilingan itu. Ikhtisar cerita yang dibawa oleh Tabari tentang Naizak ialah bahwa Yazdigird lari dari pertempuran di Nahawand ke Asfahan, dan boleh jadi penguasanya ketika itu bernama Mityar, yang oleh penduduk Asfahan sangat dihormati, sebab dia sudah berhasil memerangi orang Arab.
Pada suatu hari ketika Mityar bermaksud menemui Yazdigird, oleh pengawalnya ia dicegah. Merasa dihina pengawal itu diterkamnya sehingga ia mengalami luka-luka dan berlumuran darah. Ketika pengawal itu masuk menemui Yazdigird ia merasa ngeri melihat yang demikian.
Muhammad Husain Haekal dalam bukuyang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkantatkalapasukan Muslimin sedang mengibarkan bendera kemenangannya di mana-mana di kawasan Persia,Yazdigird bersembunyi dalam pelarian.
Sumber-sumber mengenai terbunuhnya Yazdigird masih simpang-siur. Kesimpangsiuran ini karena adanya perbedaan tanggal penaklukan daerah-daerah di Persia.
Menurut Haekal, seluruh Persia sudah ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khattab , dan sesudah itu pernah bergolak dan mengadakan beberapa kali pemberontakan, yang oleh Yazdigird, pemberontakan ini dimanfaatkan dan ia keluar dari tempat perlindungannya di tempat Khaqan Turki.
"Sulit sekali dapat dipastikan tahun berapa ia kembali pada masa Utsman itu. Akan tetapi tak lama sesudah ia kembali ia berusaha memerangi pasukan Arab. Ia menghimpun semua pasukannya untuk melawan musuhnya itu. Namun semua pasukannya tak memberi arti apa-apa buat dia. Ia lari lagi dari Kerman ke Sijistan kemudian ke Khurasan. Di pesisir Sungai Mirgab inilah ia menemui ajalnya," tutur Haekal.
Menurutnya, sumber-sumber itu sepakat bahwa terbunuhnya Yazdigird bukan ketika ia lari dari pengejaran pasukan Muslimin, tetapi ia terbunuh karena berselisih dengan raja-raja dan pembesar-pembesar Persia sendiri.
Sejarawan Balazuri menuturkan bahwa suatu hari Yazdigird sedang duduk-duduk di Kerman, tiba-tiba datang seorang pembesar kota itu dan berkata kepadanya dengan sikap angkuh. Dimintanya ia segera angkat kaki seraya mengatakan: "Anda tak berhak menjadi penduduk daerah kota ini, apalagi mau sebagai raja. Kalau Anda orang baik-baik Anda tidak akan mengalami nasib seperti ini!"
Ketika ia meneruskan perjalanan ke Sijistan ia disambut oleh raja negeri itu dengan penghormatan dan segala kebesaran.
Sesudah berlalu beberapa hari, ketika ia menanyainya mengenai pajak, sikapnya tiba-tiba berubah. Melihat yang demikian Yazdigird pergi ke Khurasan.
Ketika berada di Merv ia diterima oleh Mahuwe, marzaban (penguasa) kota itu, dengan segala kebesaran dan penghormatan. Kemudian Naizak Turkhan datang dan membawanya dengan penuh penghormatan. Dimintanya ia tinggal bersama Naizak selama satu bulan. Ketika kemudian ia pergi dan Naizak menulis surat kepadanya meminta tangan putrinya, Yazdigird merasa tersinggung dan ia berkata:
Baca Juga
"Tulislah kepadanya, bahwa Anda hanyalah seorang budak dari budak-budakku, bagaimana Anda berani melamar kepada saya!"
Ia memerintahkan supaya mengusut Mahuwe, marzaban Merv itu dan menanyainya tentang hartanya. Mahuwe menulis surat kepada Naizak menghasutnya dengan mengatakan: "Orang itu, yang datang terusir sebagai pelarian itu, dan Anda sudah bermurah hati kepadanya supaya ia dapat kembali kepada kerajaannya, menulis surat begitu rupa kepada Anda."
Setelah itu mereka bekerja sama dengan rencana hendak membunuhnya. Kemudian Naizak mendatangi orang-orang Turki sampai ia tiba di Janabiz. Bersama-sama dengan pihak Turki itu ia memeranginya. Ia mengalami pukulan berat sehingga banyak anak buahnya yang terbunuh, dan markasnya pun dirampas. Ketika ia pergi ke kota Merv tetapi tidak dibukai pintu ia turun dari kendaraannya dan berjalan kaki sampai ke rumah penggiling tepung di Mirgab itu."
Hari-hari terakhir Yazdigird
Selanjutnya Balazuri menceritakan terjadinya pembunuhan di rumah penggilingan tepung itu.
Sedangkan Tabari mengutip cerita Naizak dan Yazdigird itu lain lagi. Begitu juga cerita-cerita lain yang dikutipnya, yang semuanya berakhir dengan kematian Yazdigird di rumah penggilingan itu. Ikhtisar cerita yang dibawa oleh Tabari tentang Naizak ialah bahwa Yazdigird lari dari pertempuran di Nahawand ke Asfahan, dan boleh jadi penguasanya ketika itu bernama Mityar, yang oleh penduduk Asfahan sangat dihormati, sebab dia sudah berhasil memerangi orang Arab.
Baca Juga
Pada suatu hari ketika Mityar bermaksud menemui Yazdigird, oleh pengawalnya ia dicegah. Merasa dihina pengawal itu diterkamnya sehingga ia mengalami luka-luka dan berlumuran darah. Ketika pengawal itu masuk menemui Yazdigird ia merasa ngeri melihat yang demikian.