Terbentuknya Daulah Utsmaniyah: Pada Mulanya Mengabdi ke Turki Seljuk
Rabu, 27 November 2024 - 17:59 WIB
PENDIRI Daulah Utsmaniyah atau Ottoman adalah bangsa Turki dari suku Oghuz yang mendiami wilayah Mongol . Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau 10.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan ketika mereka pindah ke Asia Tengah berada di bawah tekanan serangan Bangsa Mongol pada abad ke-13 M sehingga mereka melarikan diri dan mencari tempat pengungsian.
"Mereka kemudian menetap di tengah-tengah saudara-saudara mereka dari Turki Seljuk di dataran tinggi Asia Kecil," lanjutnya.
Di Asia Kecil di bawah pimpinan Arthogol mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaiddin II yang ketika itu sedang berperang melawan Byzantium .
Berkat bantuan mereka, Sultan Alaiddin mendapat kemenangan, maka atas jasa baik mereka itu, Sultan Alaiddin menghadiahkan sebidang tanah kepada mereka di Asia Kecil dekat Byzantium.
Sejak itu mereka terus membina dan membangun wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Arthogol meninggal dunia tahun 1289 M kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya Utsman ibn Arthogol.
Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M, dia juga banyak berhasil membantu Sultan Alaiddin II, seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Pada tahun 699 H/1300 M, Bangsa Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Utsman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya.
Sejak saat inilah Daulah Turki Utsmani resmi berdiri di Asia Kecil dengan Sultan pertamanya Utsman I.
Semenjak Utsman menyatakan dirinya sebagai raja besar Daulah Utsmani pada tahun 699 H/1300 M di daerah tersebut, maka Sultan mengirim surat kepada raja-raja tetangganya; kepada mereka diberi kesempatan memilih satu di antara tiga,; pertama, masuk Islam, kedua, membayar upeti, dan ketiga, perang.
Segera setelah itu, di antara raja-raja tersebut ada langsung tunduk dan bergabung dengannya, sehingga wilayahnya bertambah luas.
Selanjutnya Sultan Utsman I melakukan perluasan wilayah. Pertama-tama ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Kota Broessa tahun 1317 M kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibu kota Daulah Turki Utsmani.
Utsman I meninggal dunia tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M). Pada masa pemerintahannya, Daulah Turki Utsmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (3156 M).
Daerah ini adalah bagian dari Benua Eropa yang pertama kali ditaklukkan Daulah Turki Utsmani.
Perluasan wilayah semakin dikembangkan lagi ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa.
Ia dapat menaklukkan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota Daulah yang baru -Macedonia, Sopia (ibu kota Remulia), Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Utsmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Byzantium di Konstantinopel.
Oleh karena itu, bagi Kaisar tidak ada pilihan lain kecuali mengakui eksistensi Daulah Turki Utsmani di Eropa dan menyatakan bersahabat dengan Sultan tersebut.
Melihat kenyataan itu, timbullah kecemasan Kerajaan-kerajaan Balkan. Oleh sebab itu mereka meminta bantuan Paus Urban V agar sudi menjadi perantara meminta bantuan raja-raja Eropa Barat supaya sama-sama membendung gelombang kekuatan Islam ini.
Paus pun memenuhi permintaan mereka dengan mengirim surat-surat khusus kepada raja-raja Eropa Barat tersebut. Tetapi belum lagi bala bantuan yang diharapkan tiba, Orokh V Raja Serbia tidak sabar menunggu dan melancarkan serangan, maka pecahlah peperangan di Maritza.
Pada pertempuran ini Raja Serbia yang dibantu oleh Raja Bosnia menderita kekalahan berat, sehingga Balkan pun masuk ke dalam wilayah kekuasaan Sultan Murad I.
Kemudian Paus Urban V mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur tentara Turki Ustmani.
Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria, namun Bayazid, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam di tangan Turki Utsmani.
Perlu dijelaskan di sini bahwa daerah-daerah taklukan ini tidak pernah dipaksa masuk Islam. Kepemimpinan pemerintahan pun tetap mereka pegang, yang ada hanya mereka diharuskan membayar pajak jizyah.
Keadaan seperti ini sering dimanfaatkan mereka mengadakan perlawanan dan meminta pembebasan kembali. Sehingga Sultan selanjutnya terpaksa menyerang kembali wilayah-wilayah yang sama.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan ketika mereka pindah ke Asia Tengah berada di bawah tekanan serangan Bangsa Mongol pada abad ke-13 M sehingga mereka melarikan diri dan mencari tempat pengungsian.
"Mereka kemudian menetap di tengah-tengah saudara-saudara mereka dari Turki Seljuk di dataran tinggi Asia Kecil," lanjutnya.
Di Asia Kecil di bawah pimpinan Arthogol mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaiddin II yang ketika itu sedang berperang melawan Byzantium .
Berkat bantuan mereka, Sultan Alaiddin mendapat kemenangan, maka atas jasa baik mereka itu, Sultan Alaiddin menghadiahkan sebidang tanah kepada mereka di Asia Kecil dekat Byzantium.
Sejak itu mereka terus membina dan membangun wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Arthogol meninggal dunia tahun 1289 M kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya Utsman ibn Arthogol.
Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M, dia juga banyak berhasil membantu Sultan Alaiddin II, seperti keberhasilannya menduduki benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Pada tahun 699 H/1300 M, Bangsa Mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh, maka Utsman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah-daerah yang didudukinya.
Sejak saat inilah Daulah Turki Utsmani resmi berdiri di Asia Kecil dengan Sultan pertamanya Utsman I.
Semenjak Utsman menyatakan dirinya sebagai raja besar Daulah Utsmani pada tahun 699 H/1300 M di daerah tersebut, maka Sultan mengirim surat kepada raja-raja tetangganya; kepada mereka diberi kesempatan memilih satu di antara tiga,; pertama, masuk Islam, kedua, membayar upeti, dan ketiga, perang.
Segera setelah itu, di antara raja-raja tersebut ada langsung tunduk dan bergabung dengannya, sehingga wilayahnya bertambah luas.
Selanjutnya Sultan Utsman I melakukan perluasan wilayah. Pertama-tama ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan Kota Broessa tahun 1317 M kemudian pada tahun 1326 M dijadikannya sebagai ibu kota Daulah Turki Utsmani.
Utsman I meninggal dunia tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan (1326-1359 M). Pada masa pemerintahannya, Daulah Turki Utsmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (3156 M).
Daerah ini adalah bagian dari Benua Eropa yang pertama kali ditaklukkan Daulah Turki Utsmani.
Perluasan wilayah semakin dikembangkan lagi ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa.
Ia dapat menaklukkan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota Daulah yang baru -Macedonia, Sopia (ibu kota Remulia), Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Utsmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Byzantium di Konstantinopel.
Oleh karena itu, bagi Kaisar tidak ada pilihan lain kecuali mengakui eksistensi Daulah Turki Utsmani di Eropa dan menyatakan bersahabat dengan Sultan tersebut.
Melihat kenyataan itu, timbullah kecemasan Kerajaan-kerajaan Balkan. Oleh sebab itu mereka meminta bantuan Paus Urban V agar sudi menjadi perantara meminta bantuan raja-raja Eropa Barat supaya sama-sama membendung gelombang kekuatan Islam ini.
Paus pun memenuhi permintaan mereka dengan mengirim surat-surat khusus kepada raja-raja Eropa Barat tersebut. Tetapi belum lagi bala bantuan yang diharapkan tiba, Orokh V Raja Serbia tidak sabar menunggu dan melancarkan serangan, maka pecahlah peperangan di Maritza.
Pada pertempuran ini Raja Serbia yang dibantu oleh Raja Bosnia menderita kekalahan berat, sehingga Balkan pun masuk ke dalam wilayah kekuasaan Sultan Murad I.
Kemudian Paus Urban V mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur tentara Turki Ustmani.
Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria, namun Bayazid, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam di tangan Turki Utsmani.
Perlu dijelaskan di sini bahwa daerah-daerah taklukan ini tidak pernah dipaksa masuk Islam. Kepemimpinan pemerintahan pun tetap mereka pegang, yang ada hanya mereka diharuskan membayar pajak jizyah.
Keadaan seperti ini sering dimanfaatkan mereka mengadakan perlawanan dan meminta pembebasan kembali. Sehingga Sultan selanjutnya terpaksa menyerang kembali wilayah-wilayah yang sama.
(mhy)
Lihat Juga :