Siapa Pendiri Daulah Abbasiyah? Berikut Ini Kisah Perjuangannya
Selasa, 03 Desember 2024 - 14:12 WIB
Abu Jafar membaiat mereka hingga salat Ashar bersama dan dilanjutkan salat Maghrib. Menjelang malam tiba, As-Saffah pun masuk.
Setelah itu, Abul Abbas As-Saffah keluar menuju pangkalan militer di Hamam Al-A'yun dan memberikan mandat kepada pamannya, Dawud bin Ali, untuk melaksanakan tugas pemerintahannya di Kufah.
Kala itu, Marwan berada di Harran yang didukung dengan kekuatan besar. Kemudian ia bergerak dari kota itu menuju Mosul. Abul Abbas memilih salah satu dari anggota keluarganya, yaitu pamannya Abdullah bin Ali sebagai komandan militer yang terpilih untuk melawan Marwan bin Muhammad.
Medan pertempuran kedua belah pihak berada di sungai Az-Zab Al-Ala, yang merupakan salah satu cabang dari sungai Tigris dari arah timur. Pertempuran tersebut sangat sengit dan berakhir dengan kemenangan Abdullah bin Ali dan pasukannya.
Marwan bin Muhammad sendiri berhasil melarikan diri. Peristiwa itu terjadi pada sebelas hari terakhir bulan Jumadal Akhir tahun 132 H.
Marwan ketika itu didukung 120 ribu tentara, yang terdiri dari tentara pilihan dari warga Syam. Setelah mengalami kekalahan telak tersebut, Marwan melarikan diri hingga mencapai Harran, yang ketika itu dipimpin oleh sepupunya, Aban bin Yazid bin Muhammad, dan menetap di sana selama 21 hari atau lebih.
Abdullah bin Ali terus mengejar Marwan. Saat Abdullah mendekati kota tersebut, maka Marwan melarikan diri darinya bersama keluarga dan anak-anaknya.
Abdullah bin Ali pun datang dan ditemui Aban dengan berpura-pura membaiatnya dan loyal pada kelompoknya. Abdullah bin Ali memberikan jaminan keamanan kepadanya bersama orang-orang yang berada di Harran dan Al-Jazirah.
Marwan terus bergerak hingga mencapai Qannasrin, sedangkan Abdullah bin Ali bergerak menuju Himsh (Homs) hingga sampai di Damaskus, yang dipimpin oleh Al-Walid bin Muawiyah bin Marwan.
Ketika Marwan merasakan bahwa Abdullah bin Ali semakin dekat, maka ia meninggalkannya. Lalu Abdullah datang dan menaklukkannya setelah melalui pertempuran sengit karena perlawanan rakyatnya dan Al-Walid bin Muawiyah sendiri terbunuh.
Setelah itu, Marwan bin Muhammad bergerak menuju Yordania dan Palestina, lalu dilanjutkan hingga sampai di Fusthath. Kemudian dari Fusthath bergerak menuju Bushair, yaitu sebuah perkampungan yang merupakan pusat kota Al-Wasithi di Bani Suwaif.
Adapun Abdullah bin Ali, ia mendapatkan surat dari Abul Abbas As-Saffah, yang memerintahkannya untuk mengirimkan Shaleh bin Ali agar mengejar Marwan bin Muhammad.
Shaleh bin Ali segera bergerak pada bulan Dzulqaidah tahun 132 H dengan menelusuri pesisir pantai dan berlayar mengikuti jejaknya hingga mencapai Mesir. Dari Mesir ini Shaleh bin Ali bergerak menuju Bushair. Di sana lah ia membunuh Marwan bin Muhammad pada tiga hari terakhir di bulan Dzulhijjah tahun 132 H.
Dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad ini, maka berakhirlah pemerintahan Dinasti Umayyah di wilayah Timur dan pondasi negara Abbasiyah semakin kuat.
Sedangkan Yazid bin Umair bin Hubairah ketika mengalami kekalahan dari pasukan Khurasan, ia bergerak ke Wasith dan membuat benteng di sana. Penasehatnya memberi masukan kepadanya agar bergerak ke Kufah untuk bertempur hingga ia terbunuh atau meraih kemenangan.
Mereka juga memperingatkannya di Wasith agar tidak menjadi tawanan dalam sebuah blokade militer. Tiada yang terjadi dalam blokade tersebut, kecuali pembunuhan. Akan tetapi Yazid bin Umair menentang saran tersebut.
Abu Salamah segera memobilisasi pasukannya di bawah komando Al-Hasan bin Quhthubah hingga terjadilah beberapa peperangan di antara mereka. Setelah itu, Ibnu Hubairah bersama pengikutnya bertahan di benteng-benteng mereka.
Setelah itu, Abul Abbas As-Saffah keluar menuju pangkalan militer di Hamam Al-A'yun dan memberikan mandat kepada pamannya, Dawud bin Ali, untuk melaksanakan tugas pemerintahannya di Kufah.
Menyerang Marwan
Setelah mereka berhasil meraih pencapaian ini, maka mereka pun memutuskan untuk menyerang pasukan Khalifah Dinasti Umayyah, Marwan bin Muhammad di Wasith, kota yang terletak antara Bashrah dan Kufah.Kala itu, Marwan berada di Harran yang didukung dengan kekuatan besar. Kemudian ia bergerak dari kota itu menuju Mosul. Abul Abbas memilih salah satu dari anggota keluarganya, yaitu pamannya Abdullah bin Ali sebagai komandan militer yang terpilih untuk melawan Marwan bin Muhammad.
Medan pertempuran kedua belah pihak berada di sungai Az-Zab Al-Ala, yang merupakan salah satu cabang dari sungai Tigris dari arah timur. Pertempuran tersebut sangat sengit dan berakhir dengan kemenangan Abdullah bin Ali dan pasukannya.
Marwan bin Muhammad sendiri berhasil melarikan diri. Peristiwa itu terjadi pada sebelas hari terakhir bulan Jumadal Akhir tahun 132 H.
Marwan ketika itu didukung 120 ribu tentara, yang terdiri dari tentara pilihan dari warga Syam. Setelah mengalami kekalahan telak tersebut, Marwan melarikan diri hingga mencapai Harran, yang ketika itu dipimpin oleh sepupunya, Aban bin Yazid bin Muhammad, dan menetap di sana selama 21 hari atau lebih.
Abdullah bin Ali terus mengejar Marwan. Saat Abdullah mendekati kota tersebut, maka Marwan melarikan diri darinya bersama keluarga dan anak-anaknya.
Abdullah bin Ali pun datang dan ditemui Aban dengan berpura-pura membaiatnya dan loyal pada kelompoknya. Abdullah bin Ali memberikan jaminan keamanan kepadanya bersama orang-orang yang berada di Harran dan Al-Jazirah.
Marwan terus bergerak hingga mencapai Qannasrin, sedangkan Abdullah bin Ali bergerak menuju Himsh (Homs) hingga sampai di Damaskus, yang dipimpin oleh Al-Walid bin Muawiyah bin Marwan.
Ketika Marwan merasakan bahwa Abdullah bin Ali semakin dekat, maka ia meninggalkannya. Lalu Abdullah datang dan menaklukkannya setelah melalui pertempuran sengit karena perlawanan rakyatnya dan Al-Walid bin Muawiyah sendiri terbunuh.
Setelah itu, Marwan bin Muhammad bergerak menuju Yordania dan Palestina, lalu dilanjutkan hingga sampai di Fusthath. Kemudian dari Fusthath bergerak menuju Bushair, yaitu sebuah perkampungan yang merupakan pusat kota Al-Wasithi di Bani Suwaif.
Adapun Abdullah bin Ali, ia mendapatkan surat dari Abul Abbas As-Saffah, yang memerintahkannya untuk mengirimkan Shaleh bin Ali agar mengejar Marwan bin Muhammad.
Shaleh bin Ali segera bergerak pada bulan Dzulqaidah tahun 132 H dengan menelusuri pesisir pantai dan berlayar mengikuti jejaknya hingga mencapai Mesir. Dari Mesir ini Shaleh bin Ali bergerak menuju Bushair. Di sana lah ia membunuh Marwan bin Muhammad pada tiga hari terakhir di bulan Dzulhijjah tahun 132 H.
Dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad ini, maka berakhirlah pemerintahan Dinasti Umayyah di wilayah Timur dan pondasi negara Abbasiyah semakin kuat.
Sedangkan Yazid bin Umair bin Hubairah ketika mengalami kekalahan dari pasukan Khurasan, ia bergerak ke Wasith dan membuat benteng di sana. Penasehatnya memberi masukan kepadanya agar bergerak ke Kufah untuk bertempur hingga ia terbunuh atau meraih kemenangan.
Mereka juga memperingatkannya di Wasith agar tidak menjadi tawanan dalam sebuah blokade militer. Tiada yang terjadi dalam blokade tersebut, kecuali pembunuhan. Akan tetapi Yazid bin Umair menentang saran tersebut.
Abu Salamah segera memobilisasi pasukannya di bawah komando Al-Hasan bin Quhthubah hingga terjadilah beberapa peperangan di antara mereka. Setelah itu, Ibnu Hubairah bersama pengikutnya bertahan di benteng-benteng mereka.
Lihat Juga :