Tokoh-tokoh Tabiin yang Melakukan Ijtihad sebelum Mazhab-Mazhab
Senin, 23 Desember 2024 - 10:59 WIB
5.'Amir ibn Syarahil al-Sya'bi. Lahir 17 H. Sarjana Tabi'in yang paling terkemuka. Guru utama Imam Abu Hanifah. Belajar dari 'Ali, Abu Hurayrah, Ibn 'Abbas, 'A'isyah, Ibn 'Umar, dan sebagainya. Cukup menarik bahwa al-Sya'bi tidak suka kepada metode qiyas (analogi) yang menjadi ciri Ahl al-Ra'y yang dikembangkan muridnya, Abu Hanifah.
Kemudian dari Basrah, tampil tokoh-tokoh, antara lain:
1.Anas ibn Malik al-Anshari. Seorang khadam, karena ia Sahabat Nabi sejak Hijrah sampai wafat. Karena penampilannya sebagai sarjana dan peranannya dalam mendidik para Tabi'in maka ia termasukkan dalam daftar ini. Selain belajar dari Nabi juga banyak belajar dari Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman, Ubbay, dll. Wafat pada 90 H.
2. Abu al-'Aliyah Rafi' ibn Mahran al-Riyahi. Belajar dari Umar, Ibn Mas'ud, 'Ali dan 'A'isyah. Wafat pada 90 H.
3. Al-Hasan ibn Abi al-Hasan Yassar, klien Zayd ibn Tsabit. Dibesarkan di Madinah dan menghafal al-Qur'an di zaman Utsman. Seorang pejuang yang terkenal berani, di samping seorang sarjana terkemuka. Wafat pada 110 H.
4. Abu al-Syaitsa', Jabir ibn Zayd, kawan Ibn 'Abbas. Banyak belajar dari kawannya sendiri itu. Wafat pada 93 H.
5. Muhammad ibn Sirin, klien Anas ibn Malik. Belajar dari patronnya, kemudian dari Abu Hurayrah, Ibn 'Abbas dan Ibn Umar. Wafat pada 110 H.
6.Qatadah ibn Da'aman al-Dusi. Selain ahli hukum Islam, ia juga ahli bahasa, sejarah dan geneologi (al-nasab). Wafat pada 118 H.
Dari daerah Syam (Syria) beberapa tokoh ahli hukum tampil, seperti 'Abd-al-rahman ibn Gahnim al-Asy'ari, Abu Idris al-Khulani, Qabishah ibn Dzu'ayb, Makhul ibn Abi Muslim, Raja ibn Hayah al-Kindi, dan lain-lain.
Namun yang paling penting dari para sarjana Syam itu ialah Khalifah 'Umar ibn Abd-al-'Aziz, terkenal sebagai 'Umar II dan banyak dipandang sebagai yang kelima dari al-Khulafa' al-Rasyidin. Dialah yang mengukuhkan tarbi, (mengakui empat Khalifah pertama: Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali) dan mensponsori secara resmi (kenegaraan) usaha penulisan Sunnah atau Hadis. Dia wafat pada 101 H.
Mesir saat itu belum menjadi tandingan tempat-tempat yang tersebut di atas. Kota Kairo belum ada (baru didirikan oleh Dinasti Fathimiyah kelak, bersama Masjid-Universitas al-Azharnya), dan ibukota Mesir ialah Fusthath yang perkembangannya tidak terlalu pesat seperti lain-lain.
Walaupun begitu telah tampil pula di kalangan Mesir beberapa sarjana terkemuka, seperti 'Abd-Allah ibn al-'Ash (wafat pada 65 H.), 'Abd-al-Khayr ibn 'Abd-allah al-Yazani (wafat pada 90 H.), Yazid ibn Abi Habib yang disebut-sebut sebagai pelopor ilmu pengetahuan di Mesir dan ahli masalah halal dan haram (wafat pada 128 H.).
Di Jazirah Arabia sebelah selatan, yaitu Yaman, juga banyak muncul sarjana-sarjana dengan pengaruh yang jauh keluar dari batasan daerahnya sendiri. Mereka itu, antara lain, Thawus ibn Kaysan al-Jundi (wafat pada 106 H.) yang belajar dari Zaid ibn Tsabit, 'A'isyah, Abu Hurairah, dan lainnya.
Kemudian Wahb ibn Munabbin al-Shan'ani, yang belajar dari Ibn 'Umar, Ibn 'Abbas, Jabir, dan lainnya. Wafat pada 114 H. Selanjutnya ialah Yahya ibn Abi Katsir yang menurut sementara 'ulama' yang lain seperti Syu'bah dianggap lebih ahli tentang Hadis daripada al-Zuhri tersebut.
Para tokoh ahli hukum itu dan kegiatan ilmiah serta pengajarannya telah mendorong tumbuhnya para spesialis hukum angkatan berikutnya, seperti al-Awza'i, Sufyan al-Tsauri, al-Layts ibn Sa'd, dan lainnya.
Mereka ini, pada gilirannya, telah melapangkan jalan bagi tampilnya para imam mazhab yang sampai saat ini pengaruhnya masih amat kukuh seperti Abu Hanifah, Malik, al-Syafi'i, dan Ahmad ibn Hanbal.
Kemudian dari Basrah, tampil tokoh-tokoh, antara lain:
1.Anas ibn Malik al-Anshari. Seorang khadam, karena ia Sahabat Nabi sejak Hijrah sampai wafat. Karena penampilannya sebagai sarjana dan peranannya dalam mendidik para Tabi'in maka ia termasukkan dalam daftar ini. Selain belajar dari Nabi juga banyak belajar dari Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman, Ubbay, dll. Wafat pada 90 H.
2. Abu al-'Aliyah Rafi' ibn Mahran al-Riyahi. Belajar dari Umar, Ibn Mas'ud, 'Ali dan 'A'isyah. Wafat pada 90 H.
3. Al-Hasan ibn Abi al-Hasan Yassar, klien Zayd ibn Tsabit. Dibesarkan di Madinah dan menghafal al-Qur'an di zaman Utsman. Seorang pejuang yang terkenal berani, di samping seorang sarjana terkemuka. Wafat pada 110 H.
4. Abu al-Syaitsa', Jabir ibn Zayd, kawan Ibn 'Abbas. Banyak belajar dari kawannya sendiri itu. Wafat pada 93 H.
5. Muhammad ibn Sirin, klien Anas ibn Malik. Belajar dari patronnya, kemudian dari Abu Hurayrah, Ibn 'Abbas dan Ibn Umar. Wafat pada 110 H.
6.Qatadah ibn Da'aman al-Dusi. Selain ahli hukum Islam, ia juga ahli bahasa, sejarah dan geneologi (al-nasab). Wafat pada 118 H.
Dari daerah Syam (Syria) beberapa tokoh ahli hukum tampil, seperti 'Abd-al-rahman ibn Gahnim al-Asy'ari, Abu Idris al-Khulani, Qabishah ibn Dzu'ayb, Makhul ibn Abi Muslim, Raja ibn Hayah al-Kindi, dan lain-lain.
Namun yang paling penting dari para sarjana Syam itu ialah Khalifah 'Umar ibn Abd-al-'Aziz, terkenal sebagai 'Umar II dan banyak dipandang sebagai yang kelima dari al-Khulafa' al-Rasyidin. Dialah yang mengukuhkan tarbi, (mengakui empat Khalifah pertama: Abu Bakr, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali) dan mensponsori secara resmi (kenegaraan) usaha penulisan Sunnah atau Hadis. Dia wafat pada 101 H.
Mesir saat itu belum menjadi tandingan tempat-tempat yang tersebut di atas. Kota Kairo belum ada (baru didirikan oleh Dinasti Fathimiyah kelak, bersama Masjid-Universitas al-Azharnya), dan ibukota Mesir ialah Fusthath yang perkembangannya tidak terlalu pesat seperti lain-lain.
Walaupun begitu telah tampil pula di kalangan Mesir beberapa sarjana terkemuka, seperti 'Abd-Allah ibn al-'Ash (wafat pada 65 H.), 'Abd-al-Khayr ibn 'Abd-allah al-Yazani (wafat pada 90 H.), Yazid ibn Abi Habib yang disebut-sebut sebagai pelopor ilmu pengetahuan di Mesir dan ahli masalah halal dan haram (wafat pada 128 H.).
Di Jazirah Arabia sebelah selatan, yaitu Yaman, juga banyak muncul sarjana-sarjana dengan pengaruh yang jauh keluar dari batasan daerahnya sendiri. Mereka itu, antara lain, Thawus ibn Kaysan al-Jundi (wafat pada 106 H.) yang belajar dari Zaid ibn Tsabit, 'A'isyah, Abu Hurairah, dan lainnya.
Kemudian Wahb ibn Munabbin al-Shan'ani, yang belajar dari Ibn 'Umar, Ibn 'Abbas, Jabir, dan lainnya. Wafat pada 114 H. Selanjutnya ialah Yahya ibn Abi Katsir yang menurut sementara 'ulama' yang lain seperti Syu'bah dianggap lebih ahli tentang Hadis daripada al-Zuhri tersebut.
Para tokoh ahli hukum itu dan kegiatan ilmiah serta pengajarannya telah mendorong tumbuhnya para spesialis hukum angkatan berikutnya, seperti al-Awza'i, Sufyan al-Tsauri, al-Layts ibn Sa'd, dan lainnya.
Mereka ini, pada gilirannya, telah melapangkan jalan bagi tampilnya para imam mazhab yang sampai saat ini pengaruhnya masih amat kukuh seperti Abu Hanifah, Malik, al-Syafi'i, dan Ahmad ibn Hanbal.
(mhy)
Lihat Juga :