Patuhilah Cobaan-Cobaan, Agar Dapat Mengenal Diri Sendiri

Kamis, 03 September 2020 - 06:01 WIB
Ilustrasi/Ist
Musyawarah Burung (1184-1187) karya Faridu'd-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim atau Attar dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum sufi . Judul asli: Mantiqu't-Thair dan diterjemahan Hartojo Andangdjaja dari The Conference of the Birds (C. S. Nott). (Baca Juga: Hudhud


Hudhud menjawab, "Kau telah bicara dengan baik kita tak dapat mengharapkan yang lebih baik dari ini. Sebab bagaimana dapat kau tetap menguasai dirimu sendiri bila kau menuruti kesukaan-kesukaan dan kebencian-kebencianmu?"

"Tetapi bila kau taat dengan suka rela, kau dapat menjadi penguasa dirimu sendiri. Ia yang tunduk pada kepatuhan di Jalan ini terbebas dari tipu daya dan terhindar dari banyak kesulitan."



"Sesaat mengabdi Tuhan menurut hukum yang benar sama harganya dengan seumur hidup mengabdi dunia. Ia yang menerima penderitaan karena tak melakukan usaha apa pun sama halnya dengan anjing sesat yang harus menuruti keinginan setiap orang lalu. Tetapi ia yang menanggung biar sejenak pun penderitaan karena melakukan usaha di Jalan ini akan mendapat ganjaran sepenuhnya

Bayazid dan Tarmazi

Seorang alim yang pandai, poros dunia dan dianugerahi sifat-sifat utama, membeberkan yang berikut. "Suatu malam," katanya "Dalam mimpi kulihat Bayazid dan Tarmazi, yang minta padaku menjadi pemimpin mereka."



"Aku begitu heran kenapa kedua syaikh yang mulia ini memperlakukan aku dengan kehormatan semacam itu. Kemudian kuingat bahwa suatu pagi aku pernah mendesahkan keluh dari dasar hatiku, dan ketika membubung, keluh itu mengayunkan palu pengetuk gerbang suci, sehingga gerbang terbuka bagiku."

"Aku masuk, dan segala orang alim dan pengikut-pengikutnya yang bicara tanpa kata-kata, menanyakan sesuatu tentang diriku semua mereka, kecuali Bayazid Bistami yang ingin bertemu dengan aku tetapi tak menanyakan apa-apa.



Ia berkata, 'Ketika kudengar seruan hatimu, aku menyadari bahwa apa yang perlu bagiku hanyalah menaati perintah-perintahmu, dipimpin oleh kemauanmu. Karena aku ini tak berarti apa-apa, maka tak layak bagiku untuk mengatakan apa yang kuinginkan. Cukuplah bagi si hamba mengiakan kehendak-kehendak jujungannya.

Itulah sebabnya kedua syaikh itu memperlakukan aku dengan hormat, dan memberikan padaku tempat yang lebih tinggi. Bila seseorang berlaku patuh, ia berbuat sesuai dengan sabda Tuhan. Ia bukan hamba Allah yang membanggakan kedudukannya sebagai hamba. Hamba sejati memperlihatkan sifatnya pada saat diuji. Maka patuhilah cobaan-cobaan, agar kau dapat mengenal dirimu sendiri."

Hamba dan Jubah Kehormatan

Seorang raja memberi jubah kehormatan pada seorang hamba yang pergi dengan amat merasa bangga pada dirinya sendiri. Tengah ia berjalan, debu jalanan mengendap padanya dan tanpa pikir ia menghapus wajahnya dengan lengan jubah itu.



Seseorang yang iri terhadapnya tanpa buang-buang waktu melaporkan pada raja, yang karena murka pada pelanggaran adat kesopanan ini, menghukum hamba itu dengan hukum tusuk.

Ia yang merendahkan kehormatan dirinya sendiri dengan kelakuan yang tak pantas, tidaklah layak berseba pada permadani raja.







(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَحُشِرَ لِسُلَيۡمٰنَ جُنُوۡدُهٗ مِنَ الۡجِنِّ وَالۡاِنۡسِ وَالطَّيۡرِ فَهُمۡ يُوۡزَعُوۡنَ (١٧) حَتّٰٓى اِذَاۤ اَتَوۡا عَلٰى وَادِ النَّمۡلِۙ قَالَتۡ نَمۡلَةٌ يّٰۤاَيُّهَا النَّمۡلُ ادۡخُلُوۡا مَسٰكِنَكُمۡ‌ۚ لَا يَحۡطِمَنَّكُمۡ سُلَيۡمٰنُ وَجُنُوۡدُهٗۙ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُوۡنَ‏ (١٨) فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنۡ قَوۡلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوۡزِعۡنِىۡۤ اَنۡ اَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ الَّتِىۡۤ اَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وَالِدَىَّ وَاَنۡ اَعۡمَلَ صَالِحًـا تَرۡضٰٮهُ وَاَدۡخِلۡنِىۡ بِرَحۡمَتِكَ فِىۡ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيۡنَ (١٩)
Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.

(QS. An-Naml Ayat 17-19)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More