Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri Cina Ternyata Bukan Hadis Shahih
Rabu, 09 September 2020 - 23:11 WIB
Sedangkan Imam An-Nasa'i mengatakan: Laisa bi tsiqah (bukan orang terpercaya). Imam Ad-Daruquthni dan lainnya mengatakan: dhaif. (Al Hafizh Al Mizzi, Tahdzibul Kamal, 34/5. Muasasah Ar Risalah. Imam Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, 2/335. No. 3984. Darul Ma’rifah)
Imam Adz-Dzahabi juga menyebutkan bahwa para ulama telah ijma' (aklamasi) atas kedhaifannya. Bahkan As-Sulaimani mengatakan, Abu 'Atikah adalah orang yang dikenal sebagai pemalsu hadits. (Ibid, 4/542)
( )
Imam Ibnu Hibban mengatakan, namanya Tharif bin Sulaiman: Munkarul hadits jiddan (hadisnya sangat munkar), dia meriwayatkan hadis dari Anas: tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina. (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 1/382. Tahqiq: Muhammad Ibrahim Zaid).
Imam Ibnu Abdil Bar dalam Jami Bayan Al ‘Ilmi wa Fadhlihi, juga menyebut Tharif bin Sulaiman. Begitu pula dalam Lisanul Mizan, ditulis Tharif bin Sulaiman. Imam Ibnu Abi Hatim mengatakan, aku bertanya kepada ayahku (Imam Abu Hatim) tentangnya, katanya: haditsnya hilang dan lemah. (Al Jarh wa Ta’dil, 4/494. No. 2169. Dar Ihya At Turats) Imam Al ‘Uqaili dalam Adh Dhu’afa menyebutkan bahwa Abu ‘Atikah adalah matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan). (Al Hafizh Al ‘Uqaili, Adh Dhu’afa Al Kabir, 2/230. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Ustaz Farid Nu'man mengatakan, Hadis ini seandainya shahih tidaklah berarti kewajiban untuk menuntut ilmu ke negeri Cina, sebagaimana zahirnya. Cina hanyalah contoh saja. Secara esensi, maksudnya adalah Islam menganjurkan menuntut ilmu walau di negeri yang amat jauh. Imam Al Munawi memberikan komentar terhadap redaksi hadits ini, sebagai berikut:
أي ولو كان إنما يمكن تحصيله بالرحلة إلى مكان بعيد جدا كمدينة الصين فإن من لم يصبر على مشقة التعلم بقي عمره في عماية الجهالة ومن صبر عليها آل عمره إلى عز الدنيا والآخرة
"Yaitu walau untuk mendapatkan ilmu paling mungkin hanya dengan mengadakan perjalanan ke tempat yang sangat jauh seperti negeri Cina. Maka, sesungguhnya siapa saja yang tidak bersabar atas kesulitan menuntut ilmu, maka sisa umurnya berada dalam kebutaan dan kebodohan, dan siapa saja yang mampu bersabar atas hal itu, maka akan membawa usianya pada kemuliaan dunia dan akhirat.” (Faidhul Qadir, 1/692)
Tetapi, nyatanya hadis ini dhaif, batil, dan –kata Ibnu Hibban- tidak ada dasarnya. Meskipun demikian, Islam adalah agama yang sangat memuliakan ilmu, menuntut ilmu, dan ahli ilmu. Banyak sekali ayat dan hadis-hadis shahih yang menegaskan hal itu. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
Imam Adz-Dzahabi juga menyebutkan bahwa para ulama telah ijma' (aklamasi) atas kedhaifannya. Bahkan As-Sulaimani mengatakan, Abu 'Atikah adalah orang yang dikenal sebagai pemalsu hadits. (Ibid, 4/542)
( )
Imam Ibnu Hibban mengatakan, namanya Tharif bin Sulaiman: Munkarul hadits jiddan (hadisnya sangat munkar), dia meriwayatkan hadis dari Anas: tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina. (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 1/382. Tahqiq: Muhammad Ibrahim Zaid).
Imam Ibnu Abdil Bar dalam Jami Bayan Al ‘Ilmi wa Fadhlihi, juga menyebut Tharif bin Sulaiman. Begitu pula dalam Lisanul Mizan, ditulis Tharif bin Sulaiman. Imam Ibnu Abi Hatim mengatakan, aku bertanya kepada ayahku (Imam Abu Hatim) tentangnya, katanya: haditsnya hilang dan lemah. (Al Jarh wa Ta’dil, 4/494. No. 2169. Dar Ihya At Turats) Imam Al ‘Uqaili dalam Adh Dhu’afa menyebutkan bahwa Abu ‘Atikah adalah matrukul hadits (haditsnya ditinggalkan). (Al Hafizh Al ‘Uqaili, Adh Dhu’afa Al Kabir, 2/230. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Ustaz Farid Nu'man mengatakan, Hadis ini seandainya shahih tidaklah berarti kewajiban untuk menuntut ilmu ke negeri Cina, sebagaimana zahirnya. Cina hanyalah contoh saja. Secara esensi, maksudnya adalah Islam menganjurkan menuntut ilmu walau di negeri yang amat jauh. Imam Al Munawi memberikan komentar terhadap redaksi hadits ini, sebagai berikut:
أي ولو كان إنما يمكن تحصيله بالرحلة إلى مكان بعيد جدا كمدينة الصين فإن من لم يصبر على مشقة التعلم بقي عمره في عماية الجهالة ومن صبر عليها آل عمره إلى عز الدنيا والآخرة
"Yaitu walau untuk mendapatkan ilmu paling mungkin hanya dengan mengadakan perjalanan ke tempat yang sangat jauh seperti negeri Cina. Maka, sesungguhnya siapa saja yang tidak bersabar atas kesulitan menuntut ilmu, maka sisa umurnya berada dalam kebutaan dan kebodohan, dan siapa saja yang mampu bersabar atas hal itu, maka akan membawa usianya pada kemuliaan dunia dan akhirat.” (Faidhul Qadir, 1/692)
Tetapi, nyatanya hadis ini dhaif, batil, dan –kata Ibnu Hibban- tidak ada dasarnya. Meskipun demikian, Islam adalah agama yang sangat memuliakan ilmu, menuntut ilmu, dan ahli ilmu. Banyak sekali ayat dan hadis-hadis shahih yang menegaskan hal itu. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)