Membaca Shalawat dengan Mengkhususkan Angka Tertentu, Bolehkah?
Kamis, 10 September 2020 - 22:09 WIB
Keutamaan bersalawat tak perlu diragukan lagi karena Allah Ta'ala sendiri memerintahkan orang beriman agar bershalawat dan mengucapkan salam penghormatan kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Perintah bershalwat ini terdapat dalam Surah Al-Ahzab Ayat 56. (
)
Ada yang bertanya tentang membaca Shalawat dengan mengkhususkan angka tertentu. Misalnya setiap hari ditarget untuk membaca Sholawat , kalau Senin 100 kali, Selasa 200 kali, Rabu 300 kali, Kamis 400 kali, Jumat 1.000 kali dan Sabtu 500 kali. Apakah hal ini termasuk Bid'ah?
( )
Berikut Jawaban Ustaz Farid Nu'man Hasan (Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia):
Kata beliau, salawat itu banyak keutamaannya dan sudah sama-sama diketahui. Adapun Shalawat diketahui ada dua model:
1. Muqayyad, yaitu Shalawat yang terikat oleh waktu atau hal tertentu misal saat disebut nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, masuk hari Jumat, mengawali khutbah, mengawali dan mengakhiri doa, tasyahud, menutup majelis. Semua ini ada dalam sunnah.
2. Muthlaq, yaitu Shalawat yang tidak terikat waktu atau hal tertentu. Bebas saja, mau dibaca saat pagi, siang, sore, di jalan, di kendaraan, saat di rumah, di kantor, sendiri, di keramaian, dan sebagainya. Adapun masalah angka-angka Shalawat para ulama sepakat sebanyak-banyaknya, sebab itu bagian dari dzikir. ( )
Adapun mengkhususkan angka tertentu, di hari tertentu diperselisihkan ulama. Sebagian membid'ahkan, sebagian membolehkan, seperti Imam Ibnu Taimiyah. Beliau membolehkan berdzikir dengan angka-angka tertentu, bahkan Beliau sendiri melakukannya, seperti yang diceritakan oleh murid terdekatnya Imam Ibnul Qayyim. Imam Ibnul Qayyim mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah:
من واظب على أربعين مرة كل يوم بين سنة الفجر وصلاة الفجر: يا حي يا قيوم، لا إله إلا أنت، برحمتك أستغيث حصلت له حياة القلب، ولم يمت قلبه
Siapa yang getol membaca sebanyak 40 kali setiap pagi antara salat sunnah Fajar (qabliyah subuh) dan fajar (subuh), "Ya Hayyu Ya Qayyum Laa Ilaaha Illa Anta, Birahmatika Astaghits" maka dia akan mendapatkan hati yang hidup, hatinya tidak akan mati. (Madarijus Salikin, 1/446)
Angka 40 dalam ucapan Ibnu Taimiyah di atas tidak ada dalam sunnah, itu adalah ijtihad Beliau. Padahal, Beliau dikenal sebagai ulama yang begitu keras terhadap bid'ah.
(
Sikap kita adalah seperti yang dikatakan oleh Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah:
إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه
"Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya." (Imam Abu Nu'aim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)
Bagi yang tidak menganggap itu sunnah, maka tinggalkan itu dan jangan mencela pelakunya. Lapang dada terhadap perbedaan fiqih. Demikian. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
Ada yang bertanya tentang membaca Shalawat dengan mengkhususkan angka tertentu. Misalnya setiap hari ditarget untuk membaca Sholawat , kalau Senin 100 kali, Selasa 200 kali, Rabu 300 kali, Kamis 400 kali, Jumat 1.000 kali dan Sabtu 500 kali. Apakah hal ini termasuk Bid'ah?
( )
Berikut Jawaban Ustaz Farid Nu'man Hasan (Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia):
Kata beliau, salawat itu banyak keutamaannya dan sudah sama-sama diketahui. Adapun Shalawat diketahui ada dua model:
1. Muqayyad, yaitu Shalawat yang terikat oleh waktu atau hal tertentu misal saat disebut nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, masuk hari Jumat, mengawali khutbah, mengawali dan mengakhiri doa, tasyahud, menutup majelis. Semua ini ada dalam sunnah.
2. Muthlaq, yaitu Shalawat yang tidak terikat waktu atau hal tertentu. Bebas saja, mau dibaca saat pagi, siang, sore, di jalan, di kendaraan, saat di rumah, di kantor, sendiri, di keramaian, dan sebagainya. Adapun masalah angka-angka Shalawat para ulama sepakat sebanyak-banyaknya, sebab itu bagian dari dzikir. ( )
Adapun mengkhususkan angka tertentu, di hari tertentu diperselisihkan ulama. Sebagian membid'ahkan, sebagian membolehkan, seperti Imam Ibnu Taimiyah. Beliau membolehkan berdzikir dengan angka-angka tertentu, bahkan Beliau sendiri melakukannya, seperti yang diceritakan oleh murid terdekatnya Imam Ibnul Qayyim. Imam Ibnul Qayyim mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah:
من واظب على أربعين مرة كل يوم بين سنة الفجر وصلاة الفجر: يا حي يا قيوم، لا إله إلا أنت، برحمتك أستغيث حصلت له حياة القلب، ولم يمت قلبه
Siapa yang getol membaca sebanyak 40 kali setiap pagi antara salat sunnah Fajar (qabliyah subuh) dan fajar (subuh), "Ya Hayyu Ya Qayyum Laa Ilaaha Illa Anta, Birahmatika Astaghits" maka dia akan mendapatkan hati yang hidup, hatinya tidak akan mati. (Madarijus Salikin, 1/446)
Angka 40 dalam ucapan Ibnu Taimiyah di atas tidak ada dalam sunnah, itu adalah ijtihad Beliau. Padahal, Beliau dikenal sebagai ulama yang begitu keras terhadap bid'ah.
(
Baca Juga
Sikap kita adalah seperti yang dikatakan oleh Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah:
إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه
"Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya." (Imam Abu Nu'aim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)
Bagi yang tidak menganggap itu sunnah, maka tinggalkan itu dan jangan mencela pelakunya. Lapang dada terhadap perbedaan fiqih. Demikian. ( )
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)