Menghormati dan Memuliakan Tetangga

Selasa, 06 Oktober 2020 - 13:07 WIB
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya tetangga bukan ahli waris kita. Kalau kita meninggal, tetangga tidak dapat mewarisi harta kita. Akan tetapi, karena sedemikian sering malaikat Jibrīl mewasiatkan kepada Rasulullah untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai Rasulullah menyangka malaikat Jibrīl akan menulis bahwa tetangga akan memiliki jatah warisan.

(Baca juga : Kemenag: Seluruh Pesantren di Tanah Air Harus Bentuk Satgas Penanganan COVID-19 )

Namun ternyata hal itu tidak terjadi. Hal ini hanyalah penekanan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam akan perhatian malaikat Jibril terhadap tetangga. Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa hak-hak Tetangga mirip dengan hak-hak kerabat, karena Tetangga seakan-akan menjadi ahli waris.

Siapakah Tetangga Itu?

Terdapat khilaf di antara para ulama tentang “Siapakah tetangga itu?” Sebagian ulama mengatakan, “Tetangga ialah orang-orang yang saling bertemu di masjid (satu masjid).” Artinya, semakin dekat seorang tetangga semakin tinggi haknya. Tetangga yang pintunya paling dekat dengan pintu rumah kita memiliki hak yang paling tinggi untuk ditunaikan hak-haknya, seperti hak untuk dikunjungi/diziarahi, hak untuk dijenguk ketika sakit, hak untuk diakrabi, hak untuk berbagi makanan, dan lai-lain.

Sebagaimana telah datang hadis-hadis yang tegas menyeru kita untuk berbuat baik kepada tetangga, maka demikian pula sebaliknya telah datang hadis-hadis yang tegas melarang mengganggu tetangga. Di antara hadis-hadis tersebut :

(Baca juga : Paceklik Penerbangan Masih Panjang, Bos Garuda Ngarep Peluang Emas di Akhir Tahun )

Rasulullah bersabda :

«وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ» قِيلَ: وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ»

“Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman !”. Dikatakan kepada Nabi, “Siapakah yang tidak beriman Ya Rasulullah?”. Nabi berkata, “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya” (HR Al-Bukhari No. 6016)

Juga hadis: "Dari Abu Hurairah ia berkata, seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah disebutkan tentang banyaknya sholatnya, puasanya, dan sedekahnya, hanya saja ia mengganggu tetangga-tetangganya dengan lisannya”. Nabi berkata, “Ia di neraka”. Lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya si fulanah disebutkan tentang sedikitnya puasa, sedekah, dan sholatnya, dan ia hanya bersedekah dengan beberapa potong susu yang dikeringkan, dan ia tidak mengganggu tetangga-tetangganya dengan lisannya”. Nabi berkata, “Ia di surga” (HR Ahmad No. 9675 dengan sanad yang hasan)

(Baca juga : 32 Persen Klaster Keluarga Terpapar dari Tempat Kerja, Pengawasan Perkantoran Diperketat )

Contoh sederhana mengganggu tetanga di antaranya dengan membuat gaduh di rumah sendiri yang terdengar sampai di rumah tetangga, menyetel radio atau TV dengan suara yang keras sehinga mengganggu ketenangan dan istirahat tetangga, saluran air bocor sehingga masuk ke lingkungan rumah tetangga, tidak segera membuang sampah dari halaman sehingga baunya sampai ke rumah tetangga, dan lain-lain. Semua itu dilarang dan bertentangan dengan hadis yang mulia ini.

Dengan demikian berbuat baik kepada tetangga bukan hanya berarti tidak mengganggu mereka, tetapi juga bertindak aktif untuk memberikan kebaikan kepada mereka. Misalnya dengan berbagi makanan jika kita memasak dan lain-lain yang akan membuat tetangga kita bahagia dan nyaman hidup berdampingan dengan kita.

(Baca juga : Berani! Ekonom Ini Duga Ada Permufakatan Jahat antara Pemerintah dan DPR Soal UU Ciptaker )

Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More