Syam Pilih Takluk ke Muslim, Lepas dari Tangan Besi Romawi
Kamis, 08 Oktober 2020 - 11:36 WIB
PERANG Fihl atau Perang Baisan atau juga Peristiwa Lumpur dimenangkan kaum Muslimin. Tatkala pasukan muslim di bawah pimpinan Abul-A'war masih mengepung Tabariah, Syurahbil keluar dari Fihl bersama Amr bin As dan pasukannya menuju Baisan (Scythopolis) untuk mengadakan pengepungan.
Di sisi lain, pihak Baisan di setiap tempat sudah memperkuat diri dan berusaha hendak membendung pasukan Muslimin. (
)
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menyebutkan mereka melakukan itu karena sudah tahu bahwa Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah sudah kembali ke Damsyik dan akan mengadakan perjalanan dengan pasukannya ke Flims, bahwa Abul-A'war masih mengepung Tabariah dan bahwa kekuatan pasukan Muslimin terbagi-bagi di beberapa tempat di Syam .
Angkatan bersenjata yang masih tinggal di sana untuk mengepung mereka bukan tidak bisa dibendung. Tetapi perlawanan mereka tidak lama. Mereka terpaksa menyerah dan menerima perdamaian seperti perdamaian Damsyik. ( )
Soalnya, secara moral keadaan mereka sudah amat lemah karena nasib yang menimpa mereka di Yarmuk, kemudian di Damsyik dan Fihl. Di samping itu penduduk Syam tidak begitu memusuhi pasukan Muslimin. Mereka sekadar membantu pihak Romawi dalam mengadakan perlawanan.
Pihak Romawi memerintah mereka dengan kekerasan dan tangan besi sehingga tak ada yang mau mendukungnya atau mengharapkan tetap bertahan. Penduduk Syam sendiri terdiri dari kabilah-kabilah Arab dan Nasrani . Sudah lama ikatan serumpun dan ikatan seagama bersaing di antara mereka. Mereka orang-orang Arab, seperti kaum Muslimin, dan juga kaum Nasrani, seperti orang-orang Romawi. ( )
Sesudah melihat kelemahan Fleraklius serta kepengecutan istananya dan kekalahan perwira-perwiranya, sebagian mereka berpihak kepada orang-orang Arab Muslim dan ditunjukkannya kepada mereka titik-titik kelemahan Romawi, di samping kemenangan yang begitu menyilaukan mata mereka dan membuat orang begitu kagum kepada pemenangnya dan ikut bergabung kepadanya.
Pengalaman pihak Tabariah (Tiberias) juga sama dengan yang dialami oleh pihak Baisan. Meminta kepada Abul-A'war untuk berdamai dengan Syurahbil. Maka mereka pun dipertemukan dengan panglima itu lalu diadakan persetujuan perdamaian seperti yang dilakukan dengan pihak Baisan menurut perdamaian Damsyik, yakni membagi dua rumah-rumah di kota-kota dan sekitarnya dengan kaum Muslimin dan yang separuh lagi buat mereka; membayar jizyah per tahun satu dinar tiap kepala dan sejumlah tertentu hasil gandum menurut kadar tertentu tanahnya. ( )
Demikian juga Azri'at (Dar'a atau Edrei), Amman, Jarasy, Ma'ab (Moab) dan Busra (Bostra) mengikuti cara-cara di atas dan mengadakan persetujuan perdamaian seperti dengan mereka dulu.
Demikian juga dengan Yordania, Hauran sampai ke pedalamannya. Dan penguasa Muslimin yang membangun pasukan di kota-kota setuju menyerahkan kepengurusan administrasinya kepada warga setempat, dengan syarat administrasi itu harus dilaksanakan secara adil dan tidak berat sebelah.
Sumber Tabari dari Saif bin Amr dan dari mereka yang mengutipnya, bahwa Pertempuran Yarmuk terjadi dalam bulan Rajab tahun tiga belas (September 634) dan Damsyik dikepung pada bulan Syawal tahun itu juga, dan dapat dibebaskan pada permulaan tahun berikutnya (antara Desember 634 dengan permulaan musim semi tahun 635), sementara Pertempuran Fihl terjadi sesudah Damsyik pada musim panas tahun 635, kemudian menyusul kota-kota lain di Yordania.
Setelah Pertempuran Fihl itu Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berangkat ke Hims, sementara Hasyim bin Utbah kembali lagi ke Irak.
Sementara dari Madinah, di bawah pimpinan Sa'd bin Abi Waqqas, berangkat pula sebagai bala bantuan kepada angkatan bersenjata Muslimin di Irak. Mereka yang berangkat dari Syam sebanyak 10.000 anggota pasukan. Mereka dikirim ke Irak untuk mengikis kekuasaan Persia di seluruh Irak. (Bersambung)
Di sisi lain, pihak Baisan di setiap tempat sudah memperkuat diri dan berusaha hendak membendung pasukan Muslimin. (
Baca Juga
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menyebutkan mereka melakukan itu karena sudah tahu bahwa Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah sudah kembali ke Damsyik dan akan mengadakan perjalanan dengan pasukannya ke Flims, bahwa Abul-A'war masih mengepung Tabariah dan bahwa kekuatan pasukan Muslimin terbagi-bagi di beberapa tempat di Syam .
Angkatan bersenjata yang masih tinggal di sana untuk mengepung mereka bukan tidak bisa dibendung. Tetapi perlawanan mereka tidak lama. Mereka terpaksa menyerah dan menerima perdamaian seperti perdamaian Damsyik. ( )
Soalnya, secara moral keadaan mereka sudah amat lemah karena nasib yang menimpa mereka di Yarmuk, kemudian di Damsyik dan Fihl. Di samping itu penduduk Syam tidak begitu memusuhi pasukan Muslimin. Mereka sekadar membantu pihak Romawi dalam mengadakan perlawanan.
Pihak Romawi memerintah mereka dengan kekerasan dan tangan besi sehingga tak ada yang mau mendukungnya atau mengharapkan tetap bertahan. Penduduk Syam sendiri terdiri dari kabilah-kabilah Arab dan Nasrani . Sudah lama ikatan serumpun dan ikatan seagama bersaing di antara mereka. Mereka orang-orang Arab, seperti kaum Muslimin, dan juga kaum Nasrani, seperti orang-orang Romawi. ( )
Sesudah melihat kelemahan Fleraklius serta kepengecutan istananya dan kekalahan perwira-perwiranya, sebagian mereka berpihak kepada orang-orang Arab Muslim dan ditunjukkannya kepada mereka titik-titik kelemahan Romawi, di samping kemenangan yang begitu menyilaukan mata mereka dan membuat orang begitu kagum kepada pemenangnya dan ikut bergabung kepadanya.
Pengalaman pihak Tabariah (Tiberias) juga sama dengan yang dialami oleh pihak Baisan. Meminta kepada Abul-A'war untuk berdamai dengan Syurahbil. Maka mereka pun dipertemukan dengan panglima itu lalu diadakan persetujuan perdamaian seperti yang dilakukan dengan pihak Baisan menurut perdamaian Damsyik, yakni membagi dua rumah-rumah di kota-kota dan sekitarnya dengan kaum Muslimin dan yang separuh lagi buat mereka; membayar jizyah per tahun satu dinar tiap kepala dan sejumlah tertentu hasil gandum menurut kadar tertentu tanahnya. ( )
Demikian juga Azri'at (Dar'a atau Edrei), Amman, Jarasy, Ma'ab (Moab) dan Busra (Bostra) mengikuti cara-cara di atas dan mengadakan persetujuan perdamaian seperti dengan mereka dulu.
Demikian juga dengan Yordania, Hauran sampai ke pedalamannya. Dan penguasa Muslimin yang membangun pasukan di kota-kota setuju menyerahkan kepengurusan administrasinya kepada warga setempat, dengan syarat administrasi itu harus dilaksanakan secara adil dan tidak berat sebelah.
Sumber Tabari dari Saif bin Amr dan dari mereka yang mengutipnya, bahwa Pertempuran Yarmuk terjadi dalam bulan Rajab tahun tiga belas (September 634) dan Damsyik dikepung pada bulan Syawal tahun itu juga, dan dapat dibebaskan pada permulaan tahun berikutnya (antara Desember 634 dengan permulaan musim semi tahun 635), sementara Pertempuran Fihl terjadi sesudah Damsyik pada musim panas tahun 635, kemudian menyusul kota-kota lain di Yordania.
Setelah Pertempuran Fihl itu Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berangkat ke Hims, sementara Hasyim bin Utbah kembali lagi ke Irak.
Sementara dari Madinah, di bawah pimpinan Sa'd bin Abi Waqqas, berangkat pula sebagai bala bantuan kepada angkatan bersenjata Muslimin di Irak. Mereka yang berangkat dari Syam sebanyak 10.000 anggota pasukan. Mereka dikirim ke Irak untuk mengikis kekuasaan Persia di seluruh Irak. (Bersambung)
(mhy)