Tiga Orang yang Tidak Akan Dilihat Allah pada Hari Kiamat
Senin, 12 Oktober 2020 - 18:24 WIB
Yang ketiga, seorang laki-laki yang membai’at imam (pemimpin), ternyata dia membai’atnya hanya karena dunia saja. Jika ia diberi dunia oleh imam, dia akan mau menaati imam tersebut. Jika tidak diberikan dunia oleh imam, dia tidak mau menaati pemimpinnya. Maka orang ini di hari kiamat nanti tidak akan disucikan oleh Allah, tidak akan dilihat oleh Allah, bahkan akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adzab yang pedih, Allah pun tidak mau mengajak bicara dia. Hal ini karena Allah murka kepadanya.
(Baca juga : Wakapolri: Anggota Polri Pelanggar Protokol Kesehatan Bakal Dicopot )
Karena sesungguhnya dalam Islam, kita menaati pemimpin baik kita susah maupun senang, baik dia memberi ataupun tidak, baik kita ridka ataupun tidak ridha, di dalam Islam kewajiban kita membai’at pemimpin dalam setiap keadaan. Anas bin Malik berkata:
بايعنا رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على السمع والطاعة في العسر واليسر، وعلى أثرة علينا
“Kami sudah membai’at Rasulullah untuk senantiasa mendengar dan taat kepada pemimpin di saat kami susah maupun kami senang, demikian pula saat pemimpin lebih mementingkan dirinya daripada rakyatnya.”
Kesabaran kita di dunia hanyalah sementara. Karena sesungguhnya orang yang bersabar itu pasti Allah akan bantu dia.
إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
(Baca juga : Longsor Terjang Kudus, Dua Pekerja Tewas Tertimbun Tanah Sedalam 2 Meter )
Akan tetapi, seringkali hawa nafsu dan syahwat mengalahkan perintah dan titah Allah dan RasulNya. Ketika diperintahkan oleh Allah dan RasulNya untuk kita sabar menghadapi pemimpin yang zalim, untuk kita sabar dan senantiasa taat kepada pemimpin selama bukan maksiat. Akan tetapi seringkali kita tidak peduli dengan batasan-batasan agama demi perut-perut kita, demi hawa nafsu kita dan syahwat kita, kita campakkan agama kita dan syariat Allah Jalla wa ‘Ala, kita tidak peduli apakah Allah ridha atau tidak, yang jelas kata mereka bahwa ini tidak sesuai dengan keinginan kami, ini merugikan kami dan yang lainnya.
Allahul musta’an. Kewajiban seorang muslim -ketika mendengar dalil dia mengatakan menaati Allah dan RasulNya itu lebih baik. Hal ini sebagaimana Abu Rafi’ berkata:
نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَمْرٍ كَانَ لَنَا نَافِعًا
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang kami dari suatu perkara yang dulunya bermanfaat bagi kami (pada riwayat yang lain dijelaskan mengkiraa’ tanah).”
وَطَوَاعِيَةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ أَنْفَعُ لَنَا
“Akan tetapi menaati Allah dan RasulNya lebih bermanfaat buat kami.” (HR. Muslim)
(Baca juga : UAS: Kerja Keraslah, Sampai yang Menghinamu Searching Kamu di Google )
Itulah keimanan, itulah ketakwaan, itulah orang-orang yang yakin bahwa janji Allah tidak akan pernah Allah tidak tepati, pasti tepati! Orang yang menaati Allah pasti Allah bela, orang yang menaati Allah pasti Allah tolong. Karena sesungguhnya Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan hamba-hambaNya yang beriman.
Wallahu A'lam
(Baca juga : Wakapolri: Anggota Polri Pelanggar Protokol Kesehatan Bakal Dicopot )
Karena sesungguhnya dalam Islam, kita menaati pemimpin baik kita susah maupun senang, baik dia memberi ataupun tidak, baik kita ridka ataupun tidak ridha, di dalam Islam kewajiban kita membai’at pemimpin dalam setiap keadaan. Anas bin Malik berkata:
بايعنا رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على السمع والطاعة في العسر واليسر، وعلى أثرة علينا
“Kami sudah membai’at Rasulullah untuk senantiasa mendengar dan taat kepada pemimpin di saat kami susah maupun kami senang, demikian pula saat pemimpin lebih mementingkan dirinya daripada rakyatnya.”
Kesabaran kita di dunia hanyalah sementara. Karena sesungguhnya orang yang bersabar itu pasti Allah akan bantu dia.
إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
(Baca juga : Longsor Terjang Kudus, Dua Pekerja Tewas Tertimbun Tanah Sedalam 2 Meter )
Akan tetapi, seringkali hawa nafsu dan syahwat mengalahkan perintah dan titah Allah dan RasulNya. Ketika diperintahkan oleh Allah dan RasulNya untuk kita sabar menghadapi pemimpin yang zalim, untuk kita sabar dan senantiasa taat kepada pemimpin selama bukan maksiat. Akan tetapi seringkali kita tidak peduli dengan batasan-batasan agama demi perut-perut kita, demi hawa nafsu kita dan syahwat kita, kita campakkan agama kita dan syariat Allah Jalla wa ‘Ala, kita tidak peduli apakah Allah ridha atau tidak, yang jelas kata mereka bahwa ini tidak sesuai dengan keinginan kami, ini merugikan kami dan yang lainnya.
Allahul musta’an. Kewajiban seorang muslim -ketika mendengar dalil dia mengatakan menaati Allah dan RasulNya itu lebih baik. Hal ini sebagaimana Abu Rafi’ berkata:
نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَمْرٍ كَانَ لَنَا نَافِعًا
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah melarang kami dari suatu perkara yang dulunya bermanfaat bagi kami (pada riwayat yang lain dijelaskan mengkiraa’ tanah).”
وَطَوَاعِيَةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ أَنْفَعُ لَنَا
“Akan tetapi menaati Allah dan RasulNya lebih bermanfaat buat kami.” (HR. Muslim)
(Baca juga : UAS: Kerja Keraslah, Sampai yang Menghinamu Searching Kamu di Google )
Itulah keimanan, itulah ketakwaan, itulah orang-orang yang yakin bahwa janji Allah tidak akan pernah Allah tidak tepati, pasti tepati! Orang yang menaati Allah pasti Allah bela, orang yang menaati Allah pasti Allah tolong. Karena sesungguhnya Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan hamba-hambaNya yang beriman.
Wallahu A'lam
(wid)