Pentingnya Mengajarkan Anak Menjaga Lisan
Selasa, 20 Oktober 2020 - 18:31 WIB
Salah satu akhlak yang paling penting adalah menjaga lisan . Bahkan, dapat kita katakan bahwa orang yang ingin mendapatkan dan meraih akhlak mulia ini, salah satu kiatnya adalah dimulai dari menjaga lisan.
Menjaga lisan adalah pintu gerbang akhlak mulia. Orang yang bisa menjaga lisannya, maka dia akan mudah untuk meraih akhlak-akhlak mulia lainnya, tapi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, maka dia akan susah untuk mendapatkan atau meraih akhlak-akhlak mulia yang lain.
(Baca juga : Dibalik Gayanya Ternyata Berbahaya )
Kebanyakan manusia itu musibahnya dari lisannya. Hingga ada peribahasa “Mulutmu harimaumu”. Artinya yaitu bahwa bahaya lisan ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dan mempengaruhi akhlak-akhlaknya yang lain. Kita bisa lihat orang yang tidak bisa menjaga lisannya, bagaimana akhlaknya?
Maka dari itu, ini juga harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sedari kecil. Bagaimana dia bertutur kata, mengajarinya bagaimana memilih kata-kata yang baik.
(Baca juga : Mengenal 11 Pendapat Tentang Jilbab )
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al Atsaary yang juga penulis buku "Mencetak Generasi Rabbani" ini, setiap anak mempunyai kecerdasan emosional di dalam bertutur kata, dia bisa menjaga kata-katanya ketika marah terutama. Karena orang bilang bahwa seseorang itu akan keluar aslinya kalau dia marah.
Dan kita tahu marahnya Nabi itu hanya dapat terlihat dari rona wajah beliau. Beliau marah tapi tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang keji ketika marah. Itu adalah cerminan pribadi seseorang. Coba lihat waktu marah, apa yang dia ucapkan, apa yang terlontar dari lisannya? Mungkin kita tidak sadar, tapi itulah sebenarnya kebiasaan orang itu. Itu yang tertanam pada dirinya.
(Baca juga : Parameter Berhias Kaum Suami )
Maka ketika seorang anak marah, maka dia pun terkadang mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Kalau anak-anak mungkin mereka belum mukallaf, mereka belum terhitung dosa dan pahala, mungkin tidak tercatat dosa, tapi kebiasaan ini akan dia bawa ketika dia baligh.
Maka coba perhatikan anak itu kalau dia marah bagaimana tutur katanya, itu harus dibiasakan dari kecil. Sehingga ketika dia marah, maka dia bisa menjaga lisannya. Kalaupun dia berbicara ketika marah, dia berbicara dengan kata-kata yang hikmah dan bijaksana. Kemarahan itu tidak menggiringnya kepada kedzaliman.
(Baca juga : UGM Keren! Bisa Bikin Alat Deteksi Covid Hanya Lewat Embusan Napas )
Banyak orang ketika marah, maka sumpah serapah, laknat dan lain sebagainya yang pada akhirnya dia harus menyesali apa yang sudah diucapkannya ketika marah tersebut. Walaupun kadang-kadang seseorang berdalih bahwa dia tidak sadar. Memang tidak sadar, tapi itu kebiasaan lisan yang muncul.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau marah, beliau menjaga lisan. Marah beliau hanya terlihat dari rona wajah beliau yang berubah, hanya sebatas itu, tidak mengeluarkan kata-kata yang keji. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
لَيْس المُؤْمِنُ بالطَّعَّانِ، وَلا اللَّعَّانِ، وَلا الْفَاحِشِ، وَلا الْبَذِيء
“Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, suka mengutuk, berkata keji dan juga bukan orang yang suka berkata kotor.” (HR. Tirmidzi)
(Baca juga : Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang )
Maka ini dijaga pada anak-anak kita, sehingga karakter atau tabiat ini sudah tertanam sejak kecil. Maka coba perhatikan anak kita kalau dia marah, ketika marah kadang-kadang muncul. Dan di situ kita harus mengawasi dan mengontrol anak-anak kita. Kita nasihati, kita arahkan, kita bimbing, supaya dia bisa menjaga kata-katanya.
Termasuk juga memilih kalimat-kalimat yang akan diucapkan, itu harus dilatih sejak kecil. Walaupun anak itu otaknya belum sempurna, tapi dibiasakan. Misalnya ketika dia berhadapan dengan orang yang lebih tua, dia pilih kata-kata yang terhormat, yang sopan, yang menunjukkan penghormatan kepada orang yang lebih tua.
(Baca juga : Polisi Telusuri WhatsApp Group Penggerak Pelajar Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja )
Demikian kepada orang yang lebih kecil darinya, mungkin adiknya, maka dia memilih kata-kata yang menunjukkan kasih sayang. Ini harus dibiasakan dari kecil. Karena kita lihat banyak anak-anak yang tidak punya kecerdasan untuk bertutur kata yang baik. Dia tidak peduli dengan siapa dia berhadapan. Bahkan dengan gurunya sekalipun dia tidak sopan kata-katanya.
Wallahu A'lam
Menjaga lisan adalah pintu gerbang akhlak mulia. Orang yang bisa menjaga lisannya, maka dia akan mudah untuk meraih akhlak-akhlak mulia lainnya, tapi orang yang tidak bisa menjaga lisannya, maka dia akan susah untuk mendapatkan atau meraih akhlak-akhlak mulia yang lain.
(Baca juga : Dibalik Gayanya Ternyata Berbahaya )
Kebanyakan manusia itu musibahnya dari lisannya. Hingga ada peribahasa “Mulutmu harimaumu”. Artinya yaitu bahwa bahaya lisan ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dan mempengaruhi akhlak-akhlaknya yang lain. Kita bisa lihat orang yang tidak bisa menjaga lisannya, bagaimana akhlaknya?
Maka dari itu, ini juga harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sedari kecil. Bagaimana dia bertutur kata, mengajarinya bagaimana memilih kata-kata yang baik.
(Baca juga : Mengenal 11 Pendapat Tentang Jilbab )
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al Atsaary yang juga penulis buku "Mencetak Generasi Rabbani" ini, setiap anak mempunyai kecerdasan emosional di dalam bertutur kata, dia bisa menjaga kata-katanya ketika marah terutama. Karena orang bilang bahwa seseorang itu akan keluar aslinya kalau dia marah.
Dan kita tahu marahnya Nabi itu hanya dapat terlihat dari rona wajah beliau. Beliau marah tapi tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang keji ketika marah. Itu adalah cerminan pribadi seseorang. Coba lihat waktu marah, apa yang dia ucapkan, apa yang terlontar dari lisannya? Mungkin kita tidak sadar, tapi itulah sebenarnya kebiasaan orang itu. Itu yang tertanam pada dirinya.
(Baca juga : Parameter Berhias Kaum Suami )
Maka ketika seorang anak marah, maka dia pun terkadang mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Kalau anak-anak mungkin mereka belum mukallaf, mereka belum terhitung dosa dan pahala, mungkin tidak tercatat dosa, tapi kebiasaan ini akan dia bawa ketika dia baligh.
Maka coba perhatikan anak itu kalau dia marah bagaimana tutur katanya, itu harus dibiasakan dari kecil. Sehingga ketika dia marah, maka dia bisa menjaga lisannya. Kalaupun dia berbicara ketika marah, dia berbicara dengan kata-kata yang hikmah dan bijaksana. Kemarahan itu tidak menggiringnya kepada kedzaliman.
(Baca juga : UGM Keren! Bisa Bikin Alat Deteksi Covid Hanya Lewat Embusan Napas )
Banyak orang ketika marah, maka sumpah serapah, laknat dan lain sebagainya yang pada akhirnya dia harus menyesali apa yang sudah diucapkannya ketika marah tersebut. Walaupun kadang-kadang seseorang berdalih bahwa dia tidak sadar. Memang tidak sadar, tapi itu kebiasaan lisan yang muncul.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau marah, beliau menjaga lisan. Marah beliau hanya terlihat dari rona wajah beliau yang berubah, hanya sebatas itu, tidak mengeluarkan kata-kata yang keji. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
لَيْس المُؤْمِنُ بالطَّعَّانِ، وَلا اللَّعَّانِ، وَلا الْفَاحِشِ، وَلا الْبَذِيء
“Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, suka mengutuk, berkata keji dan juga bukan orang yang suka berkata kotor.” (HR. Tirmidzi)
(Baca juga : Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang )
Maka ini dijaga pada anak-anak kita, sehingga karakter atau tabiat ini sudah tertanam sejak kecil. Maka coba perhatikan anak kita kalau dia marah, ketika marah kadang-kadang muncul. Dan di situ kita harus mengawasi dan mengontrol anak-anak kita. Kita nasihati, kita arahkan, kita bimbing, supaya dia bisa menjaga kata-katanya.
Termasuk juga memilih kalimat-kalimat yang akan diucapkan, itu harus dilatih sejak kecil. Walaupun anak itu otaknya belum sempurna, tapi dibiasakan. Misalnya ketika dia berhadapan dengan orang yang lebih tua, dia pilih kata-kata yang terhormat, yang sopan, yang menunjukkan penghormatan kepada orang yang lebih tua.
(Baca juga : Polisi Telusuri WhatsApp Group Penggerak Pelajar Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja )
Demikian kepada orang yang lebih kecil darinya, mungkin adiknya, maka dia memilih kata-kata yang menunjukkan kasih sayang. Ini harus dibiasakan dari kecil. Karena kita lihat banyak anak-anak yang tidak punya kecerdasan untuk bertutur kata yang baik. Dia tidak peduli dengan siapa dia berhadapan. Bahkan dengan gurunya sekalipun dia tidak sopan kata-katanya.
Wallahu A'lam
(wid)