Legasi KH Abdullah Syukri Zarkasyi
Kamis, 22 Oktober 2020 - 22:54 WIB
Hariqo
Penulis Buku Seni Mengelola Tim Medsos
Di Gontor ada masa perkenalan untuk santri baru dan lama. Tahun 1994 saya alami masa perkenalan itu, sama sekali tidak diminta bawa batu kali, jangkrik atau yang aneh-aneh. Masa perkenalan di Gontor lebih banyak diisi pembekalan kejiwaan dengan ceramah, perlombaan olahraga dan seni, pramuka serta metode lainnya.
Makanya saya herse (heran sekali) waktu pertama kuliah di Serang, Banten, panitia OSPEK menyuruh bawa karung, ember, beras, muka dikasih arang, dll. Saya protes, gak mau ikut dan milih tidur. Pindah kuliah ke Yogyakarta juga begitu, saya tinggal tidur lagi. ( )
Saat masa perkenalan di Gontor itu, siangnya santri wajib tidur, sorenya dilarang olahraga, agar malamnya siap diisi. KH Abdullah Syukri Zarkasyi (Pak Syukri) mengatakan, "Anak-anakku, kalian harus siap diisi dan mengisi".
Pak Syukri kemudian menjelaskan lima panca jiwa: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah, berjiwa bebas. Tahun pertama saya gak paham yang disampaikannya, pikiran ini selalu ke orang tua, ingin pulang, dll.
Barulah tahun keempat dan seterusnya saya renungi, termasuk soal berjiwa bebas yang menurut saya sangat modern dan asyik. Bagian paling lama dijelaskan Pak Syukri adalah yang pertama yaitu keikhlasan, sebab tanpa ini Panca jiwa kedua, ketiga, keempat dan kelima bakal rapuh pijakannya, mirip Pancasila yang Rohnya pada sila pertama.
Sesuai namanya " Abdullah Syukri " yang berarti "hamba Allah yang bersyukur". Pak Syukri menjelaskan ikhlas itu ilmu super tinggi, keyakinan permanen bahwa kebaikan yang kita lakukan pasti dibalas oleh yang menciptakan kita, ini pasti, pasti, pasti. ( )
Menurut Pak Syukri, ikhlas itu bukan saja berani tidak dibayar, tidak dikenal, menahan diri tidak menceritakan kebaikan, tapi juga berani berkorban sepanjang hidup.
Kata beliau ini doktrin lama Para Kiyai yang bikin para Santri berani mati melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia. Dasar berani itu ya keyakinan bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang ikhlas-sabar hidup gelisah apalagi susah.
Sistem keikhlasan itu berjalan baik di Gontor , karena dicontohkan langsung oleh para pimpinan, guru dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih Kiyaiku, kami yakin Pak Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi husnul khatimah dan ditempatkan di surga Allah. Allahumma Amiin. (
)
Penulis Buku Seni Mengelola Tim Medsos
Di Gontor ada masa perkenalan untuk santri baru dan lama. Tahun 1994 saya alami masa perkenalan itu, sama sekali tidak diminta bawa batu kali, jangkrik atau yang aneh-aneh. Masa perkenalan di Gontor lebih banyak diisi pembekalan kejiwaan dengan ceramah, perlombaan olahraga dan seni, pramuka serta metode lainnya.
Makanya saya herse (heran sekali) waktu pertama kuliah di Serang, Banten, panitia OSPEK menyuruh bawa karung, ember, beras, muka dikasih arang, dll. Saya protes, gak mau ikut dan milih tidur. Pindah kuliah ke Yogyakarta juga begitu, saya tinggal tidur lagi. ( )
Saat masa perkenalan di Gontor itu, siangnya santri wajib tidur, sorenya dilarang olahraga, agar malamnya siap diisi. KH Abdullah Syukri Zarkasyi (Pak Syukri) mengatakan, "Anak-anakku, kalian harus siap diisi dan mengisi".
Pak Syukri kemudian menjelaskan lima panca jiwa: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah, berjiwa bebas. Tahun pertama saya gak paham yang disampaikannya, pikiran ini selalu ke orang tua, ingin pulang, dll.
Barulah tahun keempat dan seterusnya saya renungi, termasuk soal berjiwa bebas yang menurut saya sangat modern dan asyik. Bagian paling lama dijelaskan Pak Syukri adalah yang pertama yaitu keikhlasan, sebab tanpa ini Panca jiwa kedua, ketiga, keempat dan kelima bakal rapuh pijakannya, mirip Pancasila yang Rohnya pada sila pertama.
Sesuai namanya " Abdullah Syukri " yang berarti "hamba Allah yang bersyukur". Pak Syukri menjelaskan ikhlas itu ilmu super tinggi, keyakinan permanen bahwa kebaikan yang kita lakukan pasti dibalas oleh yang menciptakan kita, ini pasti, pasti, pasti. ( )
Menurut Pak Syukri, ikhlas itu bukan saja berani tidak dibayar, tidak dikenal, menahan diri tidak menceritakan kebaikan, tapi juga berani berkorban sepanjang hidup.
Kata beliau ini doktrin lama Para Kiyai yang bikin para Santri berani mati melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia. Dasar berani itu ya keyakinan bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang ikhlas-sabar hidup gelisah apalagi susah.
Sistem keikhlasan itu berjalan baik di Gontor , karena dicontohkan langsung oleh para pimpinan, guru dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih Kiyaiku, kami yakin Pak Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi husnul khatimah dan ditempatkan di surga Allah. Allahumma Amiin. (
Baca Juga
(rhs)