Penerus dan Guru-Guru Paling Lama

Kamis, 05 November 2020 - 09:26 WIB
Bahauddin Naqsabandi/Foto/Ilustrasi/ist/mhy
PENERUS

Zabit ibnu al-Munawwar, guru Sufi pencapaian tinggi, wafat, meninggalkan orang-orang yang tinggal di Balkh tanpa seorang guru sejati. Dari Turkistan, Elsayar yang patut dimuliakan, laki-laki berusia hampir empat puluhan, dikirim oleh Bahauddin menjadi pembimbing di tempat tersebut. ( )Ketika Elsayar (berkah atas kesadarannya yang paling dalam!) tiba di Balkh dan pergi ke Khanqah, ia menemui pemimpin ( Khalifah ) yang tengah duduk dikelilingi muridnya, mengatur persoalan komunitas.

Ia diberi tempat di dapur. Hanya satu orang yang mengenalinya sebagai Penerus, tetapi Elsayar memintanya untuk diam.

"Di sini kita berdua adalah kelas rendah," katanya.

Satu bulan kemudian, ketika Syaikh Agung dari Khurasan mengunjungi Khanqah, ia melewati dapur dan berseru, "Teman Sejati ada di sini! Dan teman yang semu ada di mana-mana!" ( )



Tidak seorang pun mengerti pernyataan ini sampai sebuah surat datang dari Khajagan, dialamatkan untuk Elsayar sebagai Penerus yang Ditunjuk.

Setelah itu ia diperlakukan dengan sangat.hormat. Azimzada, orang yang mengenali sang penerus, akhirnya menjadi kepala tempat ibadah.

***





GURU-GURU PALING LAMA


Bahauddin, dalam lamunan, membawa dirinya ke masa lalu.

Ia berkata pada sekelompok pencari yang berkunjung:

"Aku baru saja melihat, dan bersahabat dengan guru-guru di masa paling kuno, kendati mereka sudah lama wafat."

Mereka berkata padanya, "Tolong katakan pada kami, bagaimana penampakan mereka."

Katanya, "Seperti sikapmu terhadap ajaran, di mana mereka akan menganggap dirimu iblis."

"Persoalan-persoalan seperti itu, pernahkah kau melihat mereka, seharusnya kau menganggap mereka benar-benar tidak sesuai bersahabat denganmu. Janganlah bertanya tentang mereka." ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)