Tiga Kisah Hikmah: Pertanggungjawaban, Kepalsuan, Pelajaran dan Kafilah

Selasa, 10 November 2020 - 08:01 WIB
Ilustrasi/Ist
Tiga kisah hikmah berikut dinukil dari buku The Way of the Sufi karya Idries Shah dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul " Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat ". ( )

PERTANGGUNGJAWABAN

Suatu malam, seorang pencuri yang berusaha memanjat jendela sebuah rumah yang hendak ia curi, terjatuh karena kusen jendela patah, membentur tanah dan mematahkan kakinya.

Ia pergi ke pengadilan menuntut pemilik rumah. Katanya:

"Tuntutlah tukang kayu yang memasangnya."



Tukang kayu menjawab:

"Tukang batu tidak membuat lubang yang cukup."

Ketika tukang batu dipanggil, ia berkata:

"Kesalahanku disebabkan oleh perempuan cantik yang melintas ketika aku sedang mengerjakan jendela."

Perempuan tersebut ditemukan, katanya:

"Saat itu aku mengenakan baju yang bagus. Biasanya, tidak seorang pun memandangku. Itu kesalahan bajunya, yang dicelup dalam garis-garis aneka warna."

"Sekarang kita memiliki orang yang berbuat kejahatan," ujar hakim, "panggil orang yang mencelupnya, dan ia harus bertanggung jawab atas kerusakan kaki pencuri."

Ketika mereka menemukan pencelupnya, ia berbalik ke suami perempuan tersebut. Begitulah bahwa ia - pencuri itu sendiri.





KEPALSUAN


Suatu hari seorang laki-laki pergi ke guru Sufi dan menjelaskan bagaimana guru yang salah menentukan latihan-latihan untuk pengikutnya.

"Orang tersebut jelas seorang penipu. Ia meminta muridnya untuk 'tidak berpikir apa pun'. Mudah mengatakan, yang karena mengesankan banyak orang. Tetapi mustahil untuk tidak berpikir apa pun."

Guru berkata padanya:
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat.  (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang.  (2) Wanita-wanita berpakaian tetapi (seperti) bertelanjang (pakaiannya terlalu minim, tipis, ketat, atau sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.

(HR. Muslim No. 3971)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More