Bersikap Jujur dalam Amalan-amalan Hati

Jum'at, 04 Desember 2020 - 07:42 WIB
Orang yang tidak jujur di dalam niatnya, manusia tidak dapat mengetahuinya. Tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuka rahasia hati ini pada hari kiamat. Foto ilustrasi/ist
Kejujuran merupakan tingkatan martabat di bawah kenabian, dan seorang hamba mukmin harus jujur dalam semua dimensinya, baik itu jujur di dalam perkataannya, perbuatannya , maupun amalan hatinya , niat maksud dan tujuannya, yang itu hanya Allah yang tahu dan pemilik hati tersebut.

Dimensi-dimensi kejujuran mencakup segala hal. Hal ini dijelaskan Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam kajian Islam Ilmiah, baru-baru ini. Dai yang juga penulis buku "Mencetak Generasi Rabbani" ini mengatakan, bahwa jujur bukan hanya dalam ucapan, walaupun ketika kita berbicara “kejujuran” yang terlintas dalam benak kita adalah jujur dalam perkataan. Itu salah satu dimensi jujur dan ada dimensi lainnya, yaitu jujur dalam amal-amal hati kita. Jujur dalam cinta, jujur dalam rasa sayang, cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, khauf, tawakal, dan amalan-amalan hati lainnya.

(Baca juga : Pernikahan Fitnah )

Termasuk di dalamnya adalah jujur dalam keikhlasan , dalam niat yang menjadi salah satu syarat diterimanya sebuah amal. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menilai sejauh mana kejujuran kita di dalam keikhlasan. Dan kejujuran dalam beramal itu bergantung kepada tingkat kejujuran di dalam keikhlasan. Jika seorang hamba beramal bukan karena Allah, tapi karena yang lainnya, berarti dia tidak jujur dalam niatnya. Bahkan bisa dikatakan dia telah berdusta dan Allah akan vonis dia berdusta.

كَذَبْتَ

“Engkau berdusta.”

Hal ini karena niatnya tidak ditujukan kepada Allah (karena Allah), tapi karena yang lainnya. Yang mana hal ini tidak ada orang lain yang tahu.

(Baca juga : Mengenal Sifat Allah sebagai al-Mujib )

Pengisi rutin di beberapa kanal dakwah ini menyebutkan, orang yang tidak jujur di dalam niatnya, manusia tidak dapat mengetahuinya. Tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuka rahasia hati ini pada hari kiamat. Sebagaimana firman-Nya :

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ ﴿٩﴾

“Hari dimana akan dinyatakan segala yang rahasia.” (QS. At-Thariq: 9)

يَوْمُ التَّغَابُنِ

“Dinampakkan semua kesalahan-kesalahan.” (QS. At-Taghabun : 9)

(Baca juga : Sebaik-baiknya Pernikahan yang Paling Baik )

Termasuk di dalamnya adalah niat dan keikhlasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengungkap perkara yang tersembunyi ini pada hari kiamat nanti. Seperti yang disebutkan dalam hadis bahwa hamba yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah tiga jenis manusia.

Salah satunya adalah orang yang mati syahid. Mati syahid dalam kacamata pandangan manusia, tapi mansuai tidak tahu apa yang tersembunyi di dalam hati. Manusia hanya tahu apa yang nampak, apa yang nyata dan lahir. Dan kita menjalankan hukum dunia itu berdasarkan apa yang nampak. Kita tidak boleh menghukumi suatu yang tidak nampak, yaitu hati manusia. Yang kita bisa hakimi adalah perbuatan yang nampak darinya.

(Baca juga : Lusa Masa Tenang Pilkada 2020, Catat Sejumlah Potensi Pelanggaran Ini )

Orang ini, yang nampak dari manusia adalah bahwa dia mati syahid. Dia dibawa ke hadapan Allah untuk dihisab, diperlihatkan kepadanya semua nikmat yang telah diberikan di dunia dan dia mengakuinya, tidak ada yang bisa menyanggah dan menyangkal di hadapan Allah. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membeberkan semua nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita yang mungkin kita tidak sadari nikmat-nikmat itu dan baru kita sadari nikmat-nikmat itu ketika kita berada di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tidak bisa mengingkarinya, kita mengakuinya.

Allah bertanya kepadanya: “Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmatKu itu? Untuk apa kamu gunakan?” Maka dia menjawab: “Aku gunakan itu untuk berperang di jalanMu hingga aku gugur sebagai syahid,” begitu pengakuan lisannya. Tapi manusia tidak akan bisa menyembunyikan apa yang ada di dalam hatinya. Itu adalah hari yang sangat berat, diperlihatkan di hadapan kita rahasia-rahasia yang mungkin kita sendiri tidak menyadarinya. Atau kita lupa bahwa kita melakukan itu adalah bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(Baca juga : UU Cipta Kerja Atasi Tumpang Tindih Perizinan dan Aturan Hukum )
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Mu'adz bin Jabal bahwa Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam menggandeng tangannya dan berkata: Wahai Mu'adz, demi Allah, aku mencintaimu, aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan:  ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK (Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu (berdzikir kepada-Mu), dan bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.)

(HR. Sunan Abu Dawud No. 1301)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More