Cerita Ajaran: Perusakan Sebuah Kota dan Kuda Ajaib

Selasa, 08 Desember 2020 - 06:44 WIB
Ilustrasi/Ist
CERITA yang mengandung ajaran ini dikenal dalam masyarakat dan dalam bentuk bagian dari kegiatan luar (fisik) para darwis. Dimaksudkan untuk meletakkan dasar dari pengetahuan tentang Sufisme dan metode-metode penalaran (berpikir) yang khas tersebut. Berikut cerita yang dinukil dari Idries Shah dalam The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat . ( )


PERUSAKAN SEBUAH KOTA

Seorang Sufi suatu saat berseru, di dalam keadaan lengang: "Aku akan menjadi sebab kerusakan kota ini."

Orang-orang telah mengira dia gila, atau sekadar mencoba menakut-nakuti masyarakat. Mereka tidak mengganggunya. Mereka juga tidak sedikit pun menaruh perhatian dengan apa yang dia katakan. Bagaimanapun, ia hanya seorang yang lemah dan tidak memiliki suatu kedudukan sosial.

Suatu hari, sang Sufi memanjat sebuah pohon dan jatuh. Tubuhnya menimpa dan mematahkan dinding waduk di bawahnya. Banjir yang diakibatkan oleh pecahnya dinding waduk tersebut, telah merusakkan dan menenggelamkan kota.



Hanya setelah peristiwa tersebut, ketika tubuhnya ditemukan, kata-katanya diingat orang.

( )



KUDA AJAIB


Seorang raja mempunyai dua putra. Si sulung, membantu masyarakat dengan bekerja demi mereka, dalam cara yang mereka pahami. Sedang putra kedua, disebut 'Pemalas' karena ia seorang pemimpi, sejauh yang dapat dilihat orang.

Putra pertama mendapat penghargaan tinggi di negerinya. Anak kedua, memperoleh kuda kayu dari tukang kayu dan menaikinya. Namun kuda kayu tersebut adalah kuda ajaib. Membawa penunggangnya, kalau ia bersungguh-sungguh, sesuai keinginan hatinya.

Menuruti hasrat hatinya, suatu hari sang pangeran muda menghilang bersama kuda ajaibnya. Ia menghilang dalam waktu yang lama. Setelah mengalami banyak petualangan, ia kembali bersama putri cantik dari Negeri Cahaya. Ayahnya sangat gembira karena ia kembali dengan selamat, serta mendengarkan cerita tentang kuda ajaib.

( )

Kuda tersebut dibuat, disediakan untuk siapa pun yang menginginkannya. Tetapi sebagian besar orang lebih suka memanfaatkan yang nyata, yang telah dibuktikan dengan tindakan oleh pangeran pertama kepada mereka, karena bagi mereka kuda kayu tersebut tampak seperti mainan. Mereka tidak menangkap atau mengerti di luar (melampaui) penampilan fisik kuda tersebut, yang memang tidak mengesankan -- hanya seperti mainan.

Ketika raja mangkat, 'pangeran yang suka bermain dengan mainan kanak-kanak' tersebut, karena harapan ayahnya, menjadi raja. Tetapi masyarakat pada umumnya membenci atau memandang rendah padanya. Mereka lebih suka pada kegembiraan, dan tertarik pada penemuan serta kegiatan praktis sang pangeran pertama.

Kalau tidak mendengar pangeran 'pemalas', kita tidak akan mengerti di luar penampilan fisik kuda kayu tersebut, baik dia mendapatkan seorang putri dari Negeri Cahaya atau tidak. Bahkan jika kita menyukai kuda, bukanlah bentuk luarnya yang dapat membantu kita bepergian hingga ke tujuan kita.( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More