Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 6)
Selasa, 15 Desember 2020 - 07:30 WIB
Ketika Abu Sulaiman ad-Darani sudah mendekati ajal , beberapa sahabatnya datang menjenguknya dan berkata: "Berbahagialah, karena engkau akan menghadap Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tapi Abu Sulaiman malah menjawab, "Apakah tidak sebaiknya kalian memperingatkan aku untuk waspada. Karena aku akan menghadap Tuhan yang akan menuntut tanggung jawabku atas dosa-dosa kecil yang pernah aku lakukan, dan yang akan menjatuhkan hukuman atas dosa-dosa besar yang aku lakukan?"
[Baca Juga: Kisah Mengharukan, Begini Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (3)]
Saat kematian hampir menjemput Abu Bakar al-Wasithi, beberapa temannya meminta wasiat terakhir darinya. Ia menjawab, "Jagalah keinginan Allah Yang Maha Huu; dalam diri kalian."
Istri seorang ulama sufi menangis melihat suaminya hendak mengembuskan nafas terakhir. Sang suami bertanya, "Apa yang kamu tangiskan?" "Aku menangis karenamu," jawab sang istri.
Sang suami berkata, "Kalau memang kamu harus menangis, tangisilah dirimu sendiri. Sebab, selama empat puluh tahun aku sudah menangis demi hari seperti ini."
Al-Junaid bertutur, "Aku menjenguk As-Sirri as-Siqthi ketika ia sedang sakit yang sampai merenggut nyawanya. Aku bertanya, "Apa yang engkau rasakan?"
Ia menjawab dengan sebuah syair:"Bagaimana aku mengadu kepada tabibku tentang sakit yang aku derita, sementara ia sendiri bisa menderita sakit sepertiku ini?"
Aku lalu mengambil sebuah kipas untuk mengipasinya. Tetapi ia malah mengatakan, "Bagaimana angin kipas terasa nyaman oleh orang yang jantungnya sedang terbakar?"
Ia kembali bersyair: "Hati terbakar, air mata bercucuran, derita menumpuk dan ketabahan terkoyak-koyak. Bagaimana berpijak pada orang, yang tak punya pijakan sama sekali, karena ia selalu didera oleh cinta, rindu, dan gelisah. Ya Tuhan, seandainya masih tersisa jalan keluar untukku tolong berikan itu padaku. Sepanjang aku masih bisa bernafas."
[Baca Juga: Simak Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 4)]
Diceritakan bahwa beberapa teman Asy-Syibli datang menemuinya saat ia hendak meninggal dunia . Mereka berkata kepadanya, "Katakan, tidak ada Tuhan selain Allah." Tapi ia malah melantunkan syair: "Rumah yang kamu huni, sudah tidak lagi butuh pelita. Wajah-Mu yang menyimpan penuh harapan adalah hujjahku. Ketika kelak orang-orang datang, dengan membawa hujjah masing-masing. Semoga Tuhan memberiku kelapangan ketika aku sedang sangat membutuhkannya."
Diriwayatkan bahwa Abu al-Abbas bin Atha' menjenguk Al-Junaid yang tengah dalam kondisi kritis, ia mengucapkan salam, tetapi Al-Junaid tidak menjawabnya. Al-Junaid baru menjawab salamnya beberapa saat kemudian, dan berkata, "Maaf, karena tadi aku sedang asyik membaca wiridku." Selanjutnya ia menghadap ke arah kiblat dan mengucapkan "Allahu Akbar", lalu meninggal dunia.
Saat akan mengembuskan nafas terakhir, Al-Kattani ditanya, "Apa saja amalmu?" Ia menjawab, "Kalau saja ajalku masih lama, tentu aku akan menceritakannya kepada kalian. Selama empat puluh tahun aku bediri di depan pintu hatiku. Dan setiap kali yang lewat di depannya bukan Allah, aku langsung menutupnya."
Al-Mu'tamir meriwayatkan, "Aku ada di dekat Al-Hakam bin Abdul Malik menjelang ia wafat. Aku berdoa, 'Ya Allah, berilah ia keringanan dalam menghadapi sakaratul maut , karena ia orang yang sangat dermawan.'
Tiba-tiba ia siuman lalu bertanya, 'Siapa yang berbicara tadi?'
Aku menjawab, "Aku!"
Ia berkata, 'Sungguh, tadi Malaikat Maut 'alaihissalam berkata kepadaku, "Aku bersama orang yang dermawan semasa hidupnya." Kemudian ia meninggal".
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang-orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 1)]
(Bersambung)!
Sumber:
Dibalik Tabir Kematian karya Imam Al-Ghazali
Tapi Abu Sulaiman malah menjawab, "Apakah tidak sebaiknya kalian memperingatkan aku untuk waspada. Karena aku akan menghadap Tuhan yang akan menuntut tanggung jawabku atas dosa-dosa kecil yang pernah aku lakukan, dan yang akan menjatuhkan hukuman atas dosa-dosa besar yang aku lakukan?"
[Baca Juga: Kisah Mengharukan, Begini Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (3)]
Saat kematian hampir menjemput Abu Bakar al-Wasithi, beberapa temannya meminta wasiat terakhir darinya. Ia menjawab, "Jagalah keinginan Allah Yang Maha Huu; dalam diri kalian."
Istri seorang ulama sufi menangis melihat suaminya hendak mengembuskan nafas terakhir. Sang suami bertanya, "Apa yang kamu tangiskan?" "Aku menangis karenamu," jawab sang istri.
Sang suami berkata, "Kalau memang kamu harus menangis, tangisilah dirimu sendiri. Sebab, selama empat puluh tahun aku sudah menangis demi hari seperti ini."
Al-Junaid bertutur, "Aku menjenguk As-Sirri as-Siqthi ketika ia sedang sakit yang sampai merenggut nyawanya. Aku bertanya, "Apa yang engkau rasakan?"
Ia menjawab dengan sebuah syair:"Bagaimana aku mengadu kepada tabibku tentang sakit yang aku derita, sementara ia sendiri bisa menderita sakit sepertiku ini?"
Aku lalu mengambil sebuah kipas untuk mengipasinya. Tetapi ia malah mengatakan, "Bagaimana angin kipas terasa nyaman oleh orang yang jantungnya sedang terbakar?"
Ia kembali bersyair: "Hati terbakar, air mata bercucuran, derita menumpuk dan ketabahan terkoyak-koyak. Bagaimana berpijak pada orang, yang tak punya pijakan sama sekali, karena ia selalu didera oleh cinta, rindu, dan gelisah. Ya Tuhan, seandainya masih tersisa jalan keluar untukku tolong berikan itu padaku. Sepanjang aku masih bisa bernafas."
[Baca Juga: Simak Ucapan Para Khalifah dan Orang Saleh Jelang Ajalnya (Bagian 4)]
Diceritakan bahwa beberapa teman Asy-Syibli datang menemuinya saat ia hendak meninggal dunia . Mereka berkata kepadanya, "Katakan, tidak ada Tuhan selain Allah." Tapi ia malah melantunkan syair: "Rumah yang kamu huni, sudah tidak lagi butuh pelita. Wajah-Mu yang menyimpan penuh harapan adalah hujjahku. Ketika kelak orang-orang datang, dengan membawa hujjah masing-masing. Semoga Tuhan memberiku kelapangan ketika aku sedang sangat membutuhkannya."
Diriwayatkan bahwa Abu al-Abbas bin Atha' menjenguk Al-Junaid yang tengah dalam kondisi kritis, ia mengucapkan salam, tetapi Al-Junaid tidak menjawabnya. Al-Junaid baru menjawab salamnya beberapa saat kemudian, dan berkata, "Maaf, karena tadi aku sedang asyik membaca wiridku." Selanjutnya ia menghadap ke arah kiblat dan mengucapkan "Allahu Akbar", lalu meninggal dunia.
Saat akan mengembuskan nafas terakhir, Al-Kattani ditanya, "Apa saja amalmu?" Ia menjawab, "Kalau saja ajalku masih lama, tentu aku akan menceritakannya kepada kalian. Selama empat puluh tahun aku bediri di depan pintu hatiku. Dan setiap kali yang lewat di depannya bukan Allah, aku langsung menutupnya."
Al-Mu'tamir meriwayatkan, "Aku ada di dekat Al-Hakam bin Abdul Malik menjelang ia wafat. Aku berdoa, 'Ya Allah, berilah ia keringanan dalam menghadapi sakaratul maut , karena ia orang yang sangat dermawan.'
Tiba-tiba ia siuman lalu bertanya, 'Siapa yang berbicara tadi?'
Aku menjawab, "Aku!"
Ia berkata, 'Sungguh, tadi Malaikat Maut 'alaihissalam berkata kepadaku, "Aku bersama orang yang dermawan semasa hidupnya." Kemudian ia meninggal".
[Baca Juga: Ucapan Para Khalifah dan Orang-orang Saleh Menjelang Ajalnya (Bagian 1)]
(Bersambung)!
Sumber:
Dibalik Tabir Kematian karya Imam Al-Ghazali
(rhs)