Najamudin Kubra dan Orang yang Mudah Naik Darah
Kamis, 14 Mei 2020 - 15:35 WIB
SETELAH bertahun-tahun lamanya, seorang yang sangat mudah marah menyadari bahwa ia sering mendapat kesulitan karena sifatnya itu.
Pada suatu hari ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; iapun menemuinya untuk mendapatkan nasehat. ( )
Darwis itu berkata, "Pergilah ke perempatan anu. Di sana kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada siapapun yang lewat di depanmu."
Orang itu pun menjalankan nasehat tersebut. Hari demi hari berlalu, dan ia pun dikenal baik sebagai orang yang mengikuti sesuatu latihan kebaikan hati dan pengendalian diri, di bawah perintah seorang yang berpengetahuan sangat dalam.
( )
Pada suatu hari ada seorang lewat bergegas; ia membuang mukanya ketika ditawari air, dan meneruskan perjalanannya. Orang yang mudah naik darah itu pun memanggilnya berulang kali, "Hai, balas salamku! Minum air yang kusediakan ini, yang kubagikan untuk musafir!"
Namun, tak ada jawaban.
Karena sifatnya yang dulu, orang pertama itu tidak bisa lagi menguasai dirinya. Ia ambil senjatanya, yang digantungkannya dipohon mati itu; dibidiknya pengelana yang tak peduli itu, dan ditembaknya. Pengelana itupun roboh, mati.
Pada saat peluru menyusup ke tubuh orang itu, pohon mati tersebut, bagaikan keajaiban, tiba-tiba penuh dengan bunga.
( )
Orang yang baru saja terbunuh itu seorang pembunuh; ia sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan kejahatan yang paling mengerikan selama perjalanan hidupnya yang panjang.
Nah, ada dua macam penasehat. Yang pertama adalah penasehat yang memberi tahu tentang apa yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang pasti, yang diulang-ulang secara teratur. Macam yang kedua adalah Manusia Pengetahuan. Mereka yang bertemu dengan Manusia Pengetahuan akan meminta nasehat moral, dan menganggapnya sebagai moralis. Namun yang diabdinya adalah Kebenaran, bukan harapan-harapan saleh.
( )
Catatan
Guru Darwis yang digambarkan dalam kisah ini konon adalah Najamudin Kubra, salah seorang yang paling agung di antara para ulama Sufi. Ia mendirikan Mazhab Kubrawi 'Persaudaraan Lebih Besar' yang sangat mirip dengan Mazhab yang kemudian didirikan oleh Santo Fransiskus. Seperti Santo Asisi, Najamudin dikenal memiliki kekuasaan gaib atas binatang.
Najamudin adalah salah seorang di antara enam ratus ribu orang yang mati ketika Khwarizm di Asia Tengah dihancurkan pada tahun 1221. Konon, Jengis Khan Si Mongol Agung bersedia menolong jiwanya jika Najamudin mau menyerahkan diri, karena Sang Kaisar mengetahui kemampuan istimewa Sang Darwis. Tetapi Najamudin tetap berada di antara para pembela kota itu dan kemudian ditemukan di antara korban perang tersebut.
Karena telah mengetahui akan datangnya mala petaka itu, Najamudin menyuruh pergi semua pengikutnya ke tempat aman beberapa waktu sebelum munculnya gerombolan Mongol tersebut. ( )
Dinukil dari Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau oleh Idries Shah terjemahan Sapardi Djoko Damono.
Pada suatu hari ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; iapun menemuinya untuk mendapatkan nasehat. ( )
Darwis itu berkata, "Pergilah ke perempatan anu. Di sana kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada siapapun yang lewat di depanmu."
Orang itu pun menjalankan nasehat tersebut. Hari demi hari berlalu, dan ia pun dikenal baik sebagai orang yang mengikuti sesuatu latihan kebaikan hati dan pengendalian diri, di bawah perintah seorang yang berpengetahuan sangat dalam.
( )
Pada suatu hari ada seorang lewat bergegas; ia membuang mukanya ketika ditawari air, dan meneruskan perjalanannya. Orang yang mudah naik darah itu pun memanggilnya berulang kali, "Hai, balas salamku! Minum air yang kusediakan ini, yang kubagikan untuk musafir!"
Namun, tak ada jawaban.
Karena sifatnya yang dulu, orang pertama itu tidak bisa lagi menguasai dirinya. Ia ambil senjatanya, yang digantungkannya dipohon mati itu; dibidiknya pengelana yang tak peduli itu, dan ditembaknya. Pengelana itupun roboh, mati.
Pada saat peluru menyusup ke tubuh orang itu, pohon mati tersebut, bagaikan keajaiban, tiba-tiba penuh dengan bunga.
( )
Orang yang baru saja terbunuh itu seorang pembunuh; ia sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan kejahatan yang paling mengerikan selama perjalanan hidupnya yang panjang.
Nah, ada dua macam penasehat. Yang pertama adalah penasehat yang memberi tahu tentang apa yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang pasti, yang diulang-ulang secara teratur. Macam yang kedua adalah Manusia Pengetahuan. Mereka yang bertemu dengan Manusia Pengetahuan akan meminta nasehat moral, dan menganggapnya sebagai moralis. Namun yang diabdinya adalah Kebenaran, bukan harapan-harapan saleh.
( )
Catatan
Guru Darwis yang digambarkan dalam kisah ini konon adalah Najamudin Kubra, salah seorang yang paling agung di antara para ulama Sufi. Ia mendirikan Mazhab Kubrawi 'Persaudaraan Lebih Besar' yang sangat mirip dengan Mazhab yang kemudian didirikan oleh Santo Fransiskus. Seperti Santo Asisi, Najamudin dikenal memiliki kekuasaan gaib atas binatang.
Najamudin adalah salah seorang di antara enam ratus ribu orang yang mati ketika Khwarizm di Asia Tengah dihancurkan pada tahun 1221. Konon, Jengis Khan Si Mongol Agung bersedia menolong jiwanya jika Najamudin mau menyerahkan diri, karena Sang Kaisar mengetahui kemampuan istimewa Sang Darwis. Tetapi Najamudin tetap berada di antara para pembela kota itu dan kemudian ditemukan di antara korban perang tersebut.
Karena telah mengetahui akan datangnya mala petaka itu, Najamudin menyuruh pergi semua pengikutnya ke tempat aman beberapa waktu sebelum munculnya gerombolan Mongol tersebut. ( )
Dinukil dari Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau oleh Idries Shah terjemahan Sapardi Djoko Damono.
(mhy)