Trinita Tuhan-Tuhan Tandingan yang Disembah Manusia Sejak Zaman Awal
Minggu, 31 Januari 2021 - 17:01 WIB
"Tuhan-tuhan" tersebut di atas sebenarnya sangat dekat hubungannya satu sama lain, karena yang satu akan lebih mudah didapat dengan memperalat yang lainnya, sehingga tepat jika dikatakan " trinita tuhan-tuhan" atau "Tuhan-tuhan tiga ta: harta, takhta, dan wanita".
Muhammad Imaduddin Abdulrahim (1931-2008) dalam buku Kuliah Tauhid yang diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB (1980) menjelaskan ketiga "ta" ini adalah tuhan-tandingan yang selalu" disembah manusia dari zaman awal kejadiannya sehingga zaman nanti.
Manusia yang telah memperkembang potensi akal dan rasanya secara seimbang, sehingga mencapai tingkat minimal yang dikehendaki al-Qur'an akan mampu melihat dengan mata dan hatinya, bahwa ketiga "tuhan" tersebut di atas selain mempunyai sifat "kuasa" dan "menyenangkan" juga bersifat mengikat atau membatasi kemerdekaan manusia.
Manusia dengan tingkat kearifan seperti ini, terutama jika jiwanya telah matang dalam mentauhidkan Allah, bisa juga melihat kenyataan, bahwa tuhan tandingan seperti duit, pangkat, dan syahwat itu memang besar sekali manfaatnya, karena bisa menjamin banyak macam kebutuhan manusia. Namun, ia juga menyadari sepenuhnya, bahwa semua tuhan-tuhan tandingan ini tiada yang mutlak nilai kekuasaan dan pengaruhnya.
Baca Juga: Hati-hati dengan Si Pencuri Berita Langit, Siapakah Dia?
Secara sederhana bisa terlihat olehnya di dalam kenyataan hidupnya, bahwa banyak pula hal yang sangat penting bagi kebahagiaan manusia yang sejati tidak mungkin diperoleh dengan duit itu. Walaupun duit bisa membeli makanan yang enak-enak, umpamanya, namun duit tak mungkin membeli selera untuk seseorang yang memang sedang patah seleranya akibat sesuatu penyakit.
Duit memang bisa membeli obat, tapi bukan kesehatan. Duit memang bisa dipakai untuk membeli rumah yang indah bagaikan istana, namun tidak akan mampu membeli kebahagiaan suatu rumah tangga yang sakinah (rukun damai).
Duit boleh dipakai untuk membeli buku sebanyak sebuah perpustakaan, namun duit tidak akan bisa membuat si pembeli buku menjadi tahu ('alim) akan isi buku-buku itu.
Duit memang bisa dipakai untuk membeli perhiasan mewah dan permainan, namun ia tak berdaya menjadikan si pembeli cantik dan gembira oleh perhiasan dan permainan itu.
Pendek kata, Imaduddin menegaskan, hampir semua yang menyebabkan manusia bisa berbahagia, dalam arti kata yang sebenarnya, tidak dapat dibeli dengan duit itu. Oleh karena itu, sejarah kemanusiaan selalu membuktikan bahwa kebanyakan orang kaya (harta) mati dalam kesedihan, terutama jika hatinya tetap gelap tanpa sinaran iman.
Sajak di bawah ini sangat tepat menggambarkan kenyataan tersebut
$$$
What money will buy:
A bed but not sleep
Books but not brains
Food but not appetite
Finery but not beauty
A house but not a home
Medicine but not health
Muhammad Imaduddin Abdulrahim (1931-2008) dalam buku Kuliah Tauhid yang diterbitkan oleh Pustaka-Perpustakaan Salman ITB (1980) menjelaskan ketiga "ta" ini adalah tuhan-tandingan yang selalu" disembah manusia dari zaman awal kejadiannya sehingga zaman nanti.
Manusia yang telah memperkembang potensi akal dan rasanya secara seimbang, sehingga mencapai tingkat minimal yang dikehendaki al-Qur'an akan mampu melihat dengan mata dan hatinya, bahwa ketiga "tuhan" tersebut di atas selain mempunyai sifat "kuasa" dan "menyenangkan" juga bersifat mengikat atau membatasi kemerdekaan manusia.
Manusia dengan tingkat kearifan seperti ini, terutama jika jiwanya telah matang dalam mentauhidkan Allah, bisa juga melihat kenyataan, bahwa tuhan tandingan seperti duit, pangkat, dan syahwat itu memang besar sekali manfaatnya, karena bisa menjamin banyak macam kebutuhan manusia. Namun, ia juga menyadari sepenuhnya, bahwa semua tuhan-tuhan tandingan ini tiada yang mutlak nilai kekuasaan dan pengaruhnya.
Baca Juga: Hati-hati dengan Si Pencuri Berita Langit, Siapakah Dia?
Secara sederhana bisa terlihat olehnya di dalam kenyataan hidupnya, bahwa banyak pula hal yang sangat penting bagi kebahagiaan manusia yang sejati tidak mungkin diperoleh dengan duit itu. Walaupun duit bisa membeli makanan yang enak-enak, umpamanya, namun duit tak mungkin membeli selera untuk seseorang yang memang sedang patah seleranya akibat sesuatu penyakit.
Duit memang bisa membeli obat, tapi bukan kesehatan. Duit memang bisa dipakai untuk membeli rumah yang indah bagaikan istana, namun tidak akan mampu membeli kebahagiaan suatu rumah tangga yang sakinah (rukun damai).
Duit boleh dipakai untuk membeli buku sebanyak sebuah perpustakaan, namun duit tidak akan bisa membuat si pembeli buku menjadi tahu ('alim) akan isi buku-buku itu.
Duit memang bisa dipakai untuk membeli perhiasan mewah dan permainan, namun ia tak berdaya menjadikan si pembeli cantik dan gembira oleh perhiasan dan permainan itu.
Pendek kata, Imaduddin menegaskan, hampir semua yang menyebabkan manusia bisa berbahagia, dalam arti kata yang sebenarnya, tidak dapat dibeli dengan duit itu. Oleh karena itu, sejarah kemanusiaan selalu membuktikan bahwa kebanyakan orang kaya (harta) mati dalam kesedihan, terutama jika hatinya tetap gelap tanpa sinaran iman.
Sajak di bawah ini sangat tepat menggambarkan kenyataan tersebut
$$$
What money will buy:
A bed but not sleep
Books but not brains
Food but not appetite
Finery but not beauty
A house but not a home
Medicine but not health