Canda Ala Sufi: Ketika Ajal Nashruddin Telah Tiba
Jum'at, 05 Februari 2021 - 19:03 WIB
Suatu hari, Nashruddin bermaksud untuk pergi ke desa tetangga, sementara para pemuda kampungnya tengah mempersiapkan sebuah pesta hiburan untuk bersenang-senang.
Karena menurut mereka pesta itu kurang meriah tanpa kehadiran Nashruddin, mereka kemudian berusaha agar Nashruddin dapat menunda kepergiannya itu.
Baca juga: Binatang Aneh Berubah Jadi Kaleng, Begini Celetukan Nashruddin
Ketika Nashruddin hendak pergi dengan keledainya, mereka menghadangnya dan bertanya, "Hai Nashruddin, hendak ke mana engkau?"
Nashruddin menjawab, "Aku akan pergi ke desa sebelah untuk menyelesaikan beberapa urusan penting."
Mereka lalu berkata, "Hai miskin, kamu tak dapat pergi karena kamu sudah mati... Penduduk desa ini akan memandikan dan mengafanimu sesuai dengan kedudukanmu. Kamu adalah sesepuh dan teman kakek-kakek kami."
Mendengar ucapan mereka itu, Nashruddin bingung dan pikirannya menjadi kacau, bahkan otot-ototnya pun ikut tegang. Nashruddin lalu menghampiri mereka dan berkata, "Wahai anak-anakku, kalian jangan bergurau, karena aku sungguh memiliki urusan yang penting. Biarkan aku pergi bersama orang-orang itu. Kalaupun aku memang benar-benar sudah mati, tentu aku tidak akan pergi sendirian."
Mereka pun ngotot dan mengatakan bahwa dia telah mati, sehingga mereka harus memandikan dan mengkafaninya. Dengan cara paksa mereka melepas pakaian Nashruddin dan memandikannya. Mereka juga sepakat, jika teman Nashruddin datang untuk pergi bersamanya, mereka akan menghentikannya.
Ternyata benar, begitu teman Nashruddin lewat di hadapan mereka, mereka menghentikannya dan berkata padanya, "Hai, Nashruddin telah meninggal, kamu harus melihat jenazahnya dan turut menguburnya."
Dia menjawab, "Aku ada pekerjaan penting, biarkan aku pergi dulu."
Namun mereka tetap tidak mengizinkannya. Ketika mereka berdebat, dari tempat untuk memandikan jenazah, Nashruddin mengangkat kepalanya lalu berkata, "Tak ada perlunya berdebat, kamu harus patuh pada mereka. Aku juga memiliki urusan dan harus cepat-cepat, tapi apa daya ajal telah tiba... Orang-orang sudah berkumpul, karenanya tidak ada jalan lain kecuali pergi ke kuburan."
===
Dinukil dari Canda Ala Sufi terjemahan Muhdor Assegaf dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra.
Karena menurut mereka pesta itu kurang meriah tanpa kehadiran Nashruddin, mereka kemudian berusaha agar Nashruddin dapat menunda kepergiannya itu.
Baca juga: Binatang Aneh Berubah Jadi Kaleng, Begini Celetukan Nashruddin
Ketika Nashruddin hendak pergi dengan keledainya, mereka menghadangnya dan bertanya, "Hai Nashruddin, hendak ke mana engkau?"
Nashruddin menjawab, "Aku akan pergi ke desa sebelah untuk menyelesaikan beberapa urusan penting."
Mereka lalu berkata, "Hai miskin, kamu tak dapat pergi karena kamu sudah mati... Penduduk desa ini akan memandikan dan mengafanimu sesuai dengan kedudukanmu. Kamu adalah sesepuh dan teman kakek-kakek kami."
Mendengar ucapan mereka itu, Nashruddin bingung dan pikirannya menjadi kacau, bahkan otot-ototnya pun ikut tegang. Nashruddin lalu menghampiri mereka dan berkata, "Wahai anak-anakku, kalian jangan bergurau, karena aku sungguh memiliki urusan yang penting. Biarkan aku pergi bersama orang-orang itu. Kalaupun aku memang benar-benar sudah mati, tentu aku tidak akan pergi sendirian."
Mereka pun ngotot dan mengatakan bahwa dia telah mati, sehingga mereka harus memandikan dan mengkafaninya. Dengan cara paksa mereka melepas pakaian Nashruddin dan memandikannya. Mereka juga sepakat, jika teman Nashruddin datang untuk pergi bersamanya, mereka akan menghentikannya.
Ternyata benar, begitu teman Nashruddin lewat di hadapan mereka, mereka menghentikannya dan berkata padanya, "Hai, Nashruddin telah meninggal, kamu harus melihat jenazahnya dan turut menguburnya."
Dia menjawab, "Aku ada pekerjaan penting, biarkan aku pergi dulu."
Namun mereka tetap tidak mengizinkannya. Ketika mereka berdebat, dari tempat untuk memandikan jenazah, Nashruddin mengangkat kepalanya lalu berkata, "Tak ada perlunya berdebat, kamu harus patuh pada mereka. Aku juga memiliki urusan dan harus cepat-cepat, tapi apa daya ajal telah tiba... Orang-orang sudah berkumpul, karenanya tidak ada jalan lain kecuali pergi ke kuburan."
===
Dinukil dari Canda Ala Sufi terjemahan Muhdor Assegaf dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra.
(mhy)