Hukum Mengucapkan Salam Kepada Lawan Jenis
Rabu, 10 Februari 2021 - 15:34 WIB
Allah Subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepada kita untuk saling mengucapkan salam . Dan ketika diberi salam, maka wajib menjawabnya. Bahkan di antara faedahnya, ucapan salam ini bisa menjadi ikatan kasih terhadap sesama . Tentang ucapan salam ini, Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An Nisa’: 86).
Mengenai keutamaan mengucapkan salam disebutkan dalam hadis Abu Hurairah di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Perintah mengucapkan salam adalah umum untuk seluruh orang beriman. Perintah ini mencakup laki-laki dan perempuan. Seorang pria boleh mengucapkan salam pada mahramnya dan di antara keduanya dianjurkan untuk memulai mengucapkan salam, dan wajib bagi yang lain untuk membalas salam tersebut.
Namun, hal ini dikecualikan jika seorang pria mengucapkan salam pada perempuan non mahram. Dalam masalah terakhir ini ada hukum tersendiri. Ada mudharat yang mesti dipertimbangkan ketika memulai atau membalas salam. Bentuk mudharatnya adalah godaan dari si perempuan pada beberapa keadaan.
Lantas bagaimana hukumnya seorang laki-laki mengucapakan salam kepada seorang wanita yang bukan mahramnya ini? Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., MHI dalam ceramahnya di kanal muslim menjelaskan ada beberapa hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang hal tersebut. Salah satunya adalah hadis Ummu Hani Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
أتيت النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَوْمَ الفَتْح وَهُو يَغْتسِلُ وَفاطِمةُ تَسْتُرهُ بِثَوْبٍ فَسَلَّمْتُ
“Pernah aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari ketika beliau menaklukkan kota Mekah. Ketika itu beliau sedang mandi dan Fatimah menutup beliau dengan pakaian. Kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau Alaihish Shalatu was Salam.” (HR. Muslim)
Dan ini menunjukkan bahwa seorang perempuan pun boleh mengucapkan salam kepada seorang laki-laki yang bukan mahramnya sebagaimana seorang laki-laki boleh mengucapkan salam kepada seorang wanita yang bukan mahramnya selama tidak menimbulkan godaan atau fitnah.
Kemudian hadis dari Asma’ binti Yazid Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata:
مر علينا النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا
“Pernah suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati kami sejumlah wanita lalu beliau mengucapkan salam kepada kami.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi Rahimahullah, kata Asma’ binti Yazid Radhiyallahu ‘Anha:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An Nisa’: 86).
Mengenai keutamaan mengucapkan salam disebutkan dalam hadis Abu Hurairah di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Perintah mengucapkan salam adalah umum untuk seluruh orang beriman. Perintah ini mencakup laki-laki dan perempuan. Seorang pria boleh mengucapkan salam pada mahramnya dan di antara keduanya dianjurkan untuk memulai mengucapkan salam, dan wajib bagi yang lain untuk membalas salam tersebut.
Namun, hal ini dikecualikan jika seorang pria mengucapkan salam pada perempuan non mahram. Dalam masalah terakhir ini ada hukum tersendiri. Ada mudharat yang mesti dipertimbangkan ketika memulai atau membalas salam. Bentuk mudharatnya adalah godaan dari si perempuan pada beberapa keadaan.
Lantas bagaimana hukumnya seorang laki-laki mengucapakan salam kepada seorang wanita yang bukan mahramnya ini? Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., MHI dalam ceramahnya di kanal muslim menjelaskan ada beberapa hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang hal tersebut. Salah satunya adalah hadis Ummu Hani Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata:
أتيت النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَوْمَ الفَتْح وَهُو يَغْتسِلُ وَفاطِمةُ تَسْتُرهُ بِثَوْبٍ فَسَلَّمْتُ
“Pernah aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari ketika beliau menaklukkan kota Mekah. Ketika itu beliau sedang mandi dan Fatimah menutup beliau dengan pakaian. Kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau Alaihish Shalatu was Salam.” (HR. Muslim)
Baca Juga
Dan ini menunjukkan bahwa seorang perempuan pun boleh mengucapkan salam kepada seorang laki-laki yang bukan mahramnya sebagaimana seorang laki-laki boleh mengucapkan salam kepada seorang wanita yang bukan mahramnya selama tidak menimbulkan godaan atau fitnah.
Kemudian hadis dari Asma’ binti Yazid Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata:
مر علينا النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا
“Pernah suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati kami sejumlah wanita lalu beliau mengucapkan salam kepada kami.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi Rahimahullah, kata Asma’ binti Yazid Radhiyallahu ‘Anha: