Kisah Dua Laki-laki Ini Membuat Rasulullah Tersenyum, Simak Ceritanya
Jum'at, 05 Maret 2021 - 22:31 WIB
Kisah dua laki-laki ini benar-benar mengagumkan hingga membuat Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersenyum. Berikut kisahnya diceritakan Dai yang juga Pengasuh Ponpes Daarut Tauhiid Bandung KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).
Kisah ini bersumber dari Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم sedang duduk, tiba-tiba kami melihat beliau tersenyum sehingga gigi seri beliau terlihat. Lantas, Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, apakah gerangan yang membuat engkau tersenyum?"
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab, "Aku melihat dua orang laki-laki dari kalangan umatku yang bersujud di hadirat Allah Yang Mahatinggi. Salah seorang di antara mereka berkata, 'Ya Allah, ambilkanlah hakku yang telah dirampas oleh saudaraku ini!'
Allah Ta'ala berfirman: "Berikanlah hak saudaramu yang telah kau rampas."
Orang itu menjawab, 'Wahai Tuhanku, tidak ada lagi amal baku yang masih tersisa.'
Kemudian Allah 'Azza wa Jalla bertanya kepada orang yang dizalimi, Apa yang harus Aku lakukan kepada saudaramu ini? Sebab, amal kebaikannya sudah habis.
Dia menjawab, "Wahai Tuhan, biarlah dia memikulkan sebagian dari beban dosaku. Kemudian, Rasulullah menangis seraya bersabda, "Sesungguhnya, itu adalah hari yang sangat dahsyat, yaitu ketika manusia membutuhkan orang lain untuk memikulkan beban dosa-dosa mereka!"
Beliau pun melanjutkan: "Setelah orang yang dizalimi itu menginginkan agar si perampas memikul sebagian dosanya, Allah menyuruh dia untuk mengangkat kepalanya untuk melihat surga."
Orang itu berkata, "Ya Tuhanku, aku lihat kota-kota terbuat dari perak dan istana-istana emas yang bertahtakan permata. Untuk Nabi yang manakah semua itu atau wali dan syuhada yang mana?
Allah Ta'ala menjawab: "Semua itu akan menjadi milik siapa saja yang bisa membayar harganya kepada-Ku. Orang itu bertanya, "Siapa yang bisa membayar itu?"
Allah Ta'ala menjawab: 'Engkau pun bisa'.
Orang itu pun berkata: "Bagaimana, wahai Tuhanku? Saya tidak memiliki apa-apa. Apa yang bisa saya lakukan agar dapat membayar surga itu?
Allah Al-Muqsith berfirman: "Ampunanmu kepada saudaramu, dengan membatalkan tuntutanmu atas apa yang telah diambilnya darimu."
Orang itu pun berkata, "Aku tidak lagi menuntut hakku".Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang lalu berfirman, 'Peganglah tangan saudaramu itu dan bawalah dia ke surga.'
Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Takutlah kepada Allah dan takutlah untuk saling menyakiti satu sama lain dan damaikanlah di antara kalian semua, sebab Allah Yang Maha Tinggi mendamaikan kaum beriman pada hari Kiamat." (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi)
"Itulah Allah Al-Muqsith, Allah Yang Maha Adil. Keadilan Nya bukan saja menjadikan orang mendapatkan apa yang menjadi haknya tanpa kurang sesuatu apapun keadilan Allah pun," kata Aa Gym.
Khususnya dalam mendamaikan dua orang yang berselisih, mampu memuaskan dan menyenangkan semua pihak dengan sangat sempurna. Dan, hal ini tidak mungkin bisa dilakukan secara sempurna oleh manusia. Hanya Allah semata yang bisa melakukannya.
Sumber:
Buku Asmaul Husna Untuk Hidup Penuh Makna
Kisah ini bersumber dari Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم sedang duduk, tiba-tiba kami melihat beliau tersenyum sehingga gigi seri beliau terlihat. Lantas, Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, apakah gerangan yang membuat engkau tersenyum?"
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab, "Aku melihat dua orang laki-laki dari kalangan umatku yang bersujud di hadirat Allah Yang Mahatinggi. Salah seorang di antara mereka berkata, 'Ya Allah, ambilkanlah hakku yang telah dirampas oleh saudaraku ini!'
Allah Ta'ala berfirman: "Berikanlah hak saudaramu yang telah kau rampas."
Orang itu menjawab, 'Wahai Tuhanku, tidak ada lagi amal baku yang masih tersisa.'
Kemudian Allah 'Azza wa Jalla bertanya kepada orang yang dizalimi, Apa yang harus Aku lakukan kepada saudaramu ini? Sebab, amal kebaikannya sudah habis.
Dia menjawab, "Wahai Tuhan, biarlah dia memikulkan sebagian dari beban dosaku. Kemudian, Rasulullah menangis seraya bersabda, "Sesungguhnya, itu adalah hari yang sangat dahsyat, yaitu ketika manusia membutuhkan orang lain untuk memikulkan beban dosa-dosa mereka!"
Beliau pun melanjutkan: "Setelah orang yang dizalimi itu menginginkan agar si perampas memikul sebagian dosanya, Allah menyuruh dia untuk mengangkat kepalanya untuk melihat surga."
Orang itu berkata, "Ya Tuhanku, aku lihat kota-kota terbuat dari perak dan istana-istana emas yang bertahtakan permata. Untuk Nabi yang manakah semua itu atau wali dan syuhada yang mana?
Allah Ta'ala menjawab: "Semua itu akan menjadi milik siapa saja yang bisa membayar harganya kepada-Ku. Orang itu bertanya, "Siapa yang bisa membayar itu?"
Allah Ta'ala menjawab: 'Engkau pun bisa'.
Orang itu pun berkata: "Bagaimana, wahai Tuhanku? Saya tidak memiliki apa-apa. Apa yang bisa saya lakukan agar dapat membayar surga itu?
Allah Al-Muqsith berfirman: "Ampunanmu kepada saudaramu, dengan membatalkan tuntutanmu atas apa yang telah diambilnya darimu."
Orang itu pun berkata, "Aku tidak lagi menuntut hakku".Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang lalu berfirman, 'Peganglah tangan saudaramu itu dan bawalah dia ke surga.'
Kemudian, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Takutlah kepada Allah dan takutlah untuk saling menyakiti satu sama lain dan damaikanlah di antara kalian semua, sebab Allah Yang Maha Tinggi mendamaikan kaum beriman pada hari Kiamat." (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi)
"Itulah Allah Al-Muqsith, Allah Yang Maha Adil. Keadilan Nya bukan saja menjadikan orang mendapatkan apa yang menjadi haknya tanpa kurang sesuatu apapun keadilan Allah pun," kata Aa Gym.
Khususnya dalam mendamaikan dua orang yang berselisih, mampu memuaskan dan menyenangkan semua pihak dengan sangat sempurna. Dan, hal ini tidak mungkin bisa dilakukan secara sempurna oleh manusia. Hanya Allah semata yang bisa melakukannya.
Sumber:
Buku Asmaul Husna Untuk Hidup Penuh Makna
(rhs)