Merawat Kesalehan di Luar Ramadhan
Selasa, 19 Mei 2020 - 09:05 WIB
JAKARTA - Buah terbesar dari ibadah yang dikerjakan, termasuk ibadah pada Ramadhan , adalah takwa. Karena itu, ketakwaan yang didapatkan selama umat muslim berpuasa seyogianya bisa dipertahankan pada bulan-bulan lain di luar Ramadhan.
Merawat takwa harus menjadi tekad setiap pribadi muslim. Setelah selesai berpuasa, seyogianya ada peningkatan keimanan yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan. Kesalehan individual dan kesalehan sosial yang menguat saat Ramadan seyogianya terus terpatri dalam kehidupan sehari-hari. Takwa yang terjaga bisa terlihat ketika seseorang selalu konsisten dalam ibadah, menunjukkan akhlak yang baik, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, dan membela agama.
Di dalam Alquran, Allah SWT juga memerintahkan, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan..." [QS Al-Baqarah: 208].
Merawat ketakwaan di luar Ramadan tidak hanya mewujud pada ibadah mahdah, tetapi juga pada saat saat bermuamalah, misalnya dalam menjalankan pekerjaan, menekuni hobi, saat belajar dan mengajar, melakukan makan dan minum, berbusana, berdandan. (Baca: 4 Keutamaan Bagi Orang yang Bersabar Menghadapi Musibah)
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Ustadz Fauzan Amin mengatakan, di antara tanda-tanda diterimanya ibadah puasa seseorang terlihat pada perilakunya ketika Ramadan telah berlalu. Jika ibadah yang dilakukannya diterima maka dia akan semakin bertambah ketakwaanya kepada Allah SWT. Namun, jika dilakukan tidak sungguh-sungguh maka yang berlaku kebalikannya.
Fauzan menjelaskan, riwayat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa di antara tanda diterimanya amal saleh saat Ramadan adalah keadaan seorang muslim menjadi lebih baik setelah dibandingkan sebelumnya. Karena pada dasarnya, kebaikan akan mengajak pada kebaikan (selanjutnya) dan amal saleh akan mengajak pada amal saleh lainnya.
“Maka agar nilai nilai puasa selama Ramadan tetap terpatri dalam pribadi seorang muslim, hendaknya dia selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Fauzan ketika dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Fauzan melanjutkan, umat muslim pun bisa mengamalkan sebuah doa agar ibadahnya diterima Allah SWT. Doa tersebut diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang tertulis di Surah Al-Baqarah ayat 127 yang berbunyi, “Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ketua Komisi Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia Sodikun berharap agar pada Ramadan 1441 H ini seluruh umat Islam bisa terpacu, termotivasi, dan semakin mengakar jiwa, raga, rasa, dan pikirannya untuk mencintai Allah SWT. (Baca juga: Ini Kunci Hidup Bahagia Menurut Aa Gym)
Menurutnya, sudah selayaknya dan wajib bagi umat muslim untuk mencintai Sang Maha Pencipta. Bahkan, sangat ironis jika seorang hamba diciptakan Allah SWT dengan raga yang sempurna dan jiwa yang luar biasa, memiliki kelebihan pemikiran dan akal, tetapi malah jauh dengan Sang Pencipta.
"Mudah-mudahan dengan momentum Ramadan ini kita mendapat curahan cinta kasih dan cinta kita kepada Allah, kita semua menjadi manusia yang mulia dengan cara selalu bermahabah kepada Allah yang Maha Rahman dan Rahim," katanya melalui laman YouTube Kata Ulama #04 : Ramadan Bulan Mahabah.
Sodikun melanjutkan, umat muslim diberikan kesempatan yang luar biasa pada bulan ini sebab bulan penuh rahmat ini terjadi pada 10 hari pertama. Selanjutnya merupakan detik-detik pengampunan yang diberikan oleh Alah SWT pada 10 hari kedua, dan pada 10 hari terakhir ialah waktu untuk memohon kepada Allah agar terbebas dari api neraka.
Dia menjelaskan, seorang hamba yang sadar dan yakin kepada Sang Pencinta pasti akan lebih mencintai Allah dari segala yang ada di jagat raya ini. Memang bukan berarti tidak boleh mencintai yang lain seperti cinta keluarga, cinta hidup, ataupun cinta kedudukan; namun dibandingkan dengan cinta Allah maka kesemuanya itu harus dijadikan medium saja, sebab di saat manusia lebih mencintai Allah maka jawaban yang Allah berikan adalah wujud kecintaan juga kepada hamba-Nya.
Melalui instrumen ibadah pada Ramadan yang hanya tersisa beberapa hari lagi, dia mengajak seluruh umat muslim untuk mengubah watak dan tabiat, serta seluruh perasaan hingga akal dan raganya bahwa semuanya adalah milik Allah SWT. Keyakinan itu harus dijadikan jembatan agar cinta umat manusia sampai kepada Allah SWT.
"Hidup akan penuh barakah dan selamat. Insya Allah akan diberikan kemuliaan dan kedahsyatan yang tidak pernah Allah berikan kepada hamba selain cinta Allah kepada kita," ujarnya. (Neneng Zubaidah)
Merawat takwa harus menjadi tekad setiap pribadi muslim. Setelah selesai berpuasa, seyogianya ada peningkatan keimanan yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan. Kesalehan individual dan kesalehan sosial yang menguat saat Ramadan seyogianya terus terpatri dalam kehidupan sehari-hari. Takwa yang terjaga bisa terlihat ketika seseorang selalu konsisten dalam ibadah, menunjukkan akhlak yang baik, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, dan membela agama.
Di dalam Alquran, Allah SWT juga memerintahkan, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan..." [QS Al-Baqarah: 208].
Merawat ketakwaan di luar Ramadan tidak hanya mewujud pada ibadah mahdah, tetapi juga pada saat saat bermuamalah, misalnya dalam menjalankan pekerjaan, menekuni hobi, saat belajar dan mengajar, melakukan makan dan minum, berbusana, berdandan. (Baca: 4 Keutamaan Bagi Orang yang Bersabar Menghadapi Musibah)
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadis Indonesia Ustadz Fauzan Amin mengatakan, di antara tanda-tanda diterimanya ibadah puasa seseorang terlihat pada perilakunya ketika Ramadan telah berlalu. Jika ibadah yang dilakukannya diterima maka dia akan semakin bertambah ketakwaanya kepada Allah SWT. Namun, jika dilakukan tidak sungguh-sungguh maka yang berlaku kebalikannya.
Fauzan menjelaskan, riwayat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa di antara tanda diterimanya amal saleh saat Ramadan adalah keadaan seorang muslim menjadi lebih baik setelah dibandingkan sebelumnya. Karena pada dasarnya, kebaikan akan mengajak pada kebaikan (selanjutnya) dan amal saleh akan mengajak pada amal saleh lainnya.
“Maka agar nilai nilai puasa selama Ramadan tetap terpatri dalam pribadi seorang muslim, hendaknya dia selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Fauzan ketika dihubungi KORAN SINDO kemarin.
Fauzan melanjutkan, umat muslim pun bisa mengamalkan sebuah doa agar ibadahnya diterima Allah SWT. Doa tersebut diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang tertulis di Surah Al-Baqarah ayat 127 yang berbunyi, “Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ketua Komisi Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia Sodikun berharap agar pada Ramadan 1441 H ini seluruh umat Islam bisa terpacu, termotivasi, dan semakin mengakar jiwa, raga, rasa, dan pikirannya untuk mencintai Allah SWT. (Baca juga: Ini Kunci Hidup Bahagia Menurut Aa Gym)
Menurutnya, sudah selayaknya dan wajib bagi umat muslim untuk mencintai Sang Maha Pencipta. Bahkan, sangat ironis jika seorang hamba diciptakan Allah SWT dengan raga yang sempurna dan jiwa yang luar biasa, memiliki kelebihan pemikiran dan akal, tetapi malah jauh dengan Sang Pencipta.
"Mudah-mudahan dengan momentum Ramadan ini kita mendapat curahan cinta kasih dan cinta kita kepada Allah, kita semua menjadi manusia yang mulia dengan cara selalu bermahabah kepada Allah yang Maha Rahman dan Rahim," katanya melalui laman YouTube Kata Ulama #04 : Ramadan Bulan Mahabah.
Sodikun melanjutkan, umat muslim diberikan kesempatan yang luar biasa pada bulan ini sebab bulan penuh rahmat ini terjadi pada 10 hari pertama. Selanjutnya merupakan detik-detik pengampunan yang diberikan oleh Alah SWT pada 10 hari kedua, dan pada 10 hari terakhir ialah waktu untuk memohon kepada Allah agar terbebas dari api neraka.
Dia menjelaskan, seorang hamba yang sadar dan yakin kepada Sang Pencinta pasti akan lebih mencintai Allah dari segala yang ada di jagat raya ini. Memang bukan berarti tidak boleh mencintai yang lain seperti cinta keluarga, cinta hidup, ataupun cinta kedudukan; namun dibandingkan dengan cinta Allah maka kesemuanya itu harus dijadikan medium saja, sebab di saat manusia lebih mencintai Allah maka jawaban yang Allah berikan adalah wujud kecintaan juga kepada hamba-Nya.
Melalui instrumen ibadah pada Ramadan yang hanya tersisa beberapa hari lagi, dia mengajak seluruh umat muslim untuk mengubah watak dan tabiat, serta seluruh perasaan hingga akal dan raganya bahwa semuanya adalah milik Allah SWT. Keyakinan itu harus dijadikan jembatan agar cinta umat manusia sampai kepada Allah SWT.
"Hidup akan penuh barakah dan selamat. Insya Allah akan diberikan kemuliaan dan kedahsyatan yang tidak pernah Allah berikan kepada hamba selain cinta Allah kepada kita," ujarnya. (Neneng Zubaidah)
(ysw)