Ramadhan Momen Istimewa Sucikan Jiwa dan Perkuat Silaturahmi
Rabu, 14 April 2021 - 10:30 WIB
JAKARTA - Umat Islam di berbagai belahan dunia sedang berbahagia menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1442 Hijriyah . Bulan ini menjadi momen istimewa karena identik dengan menyucikan jiwa, silaturahmi, dan saling memaafkan. Oleh karena itu Ramadhan selalu disambut dengan penuh suka cita dan rasa syukur.
Ramadhan juga menjadi bulan mulia untuk memperkuat kerukunan dan persatuan sebagai satu bangsa Indonesia. Milenial intelektual muslim Habib Husein Ja'far Hadar menyampaikan, Ramadhan merupakan bulan ampunan dari Allah SWT.
Oleh karena itu bulan ini harus disambut dengan perbaikan diri dengan beribadah untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT. “Setelah Ramadhan nanti kita akan terlahir kembali sebagai pribadi yang sudah dipenuhi oleh nilai cinta pada siapa pun,” kata Habib Husein di Jakarta, Selasa 13 April 2021.
Mengaitkan era kekinian, dai muda yang berdakwah melalui media sosial ini menuturkan dalam Islam diajarkan untuk berbicara dengan cara yang baik, dengan kata yang baik, penyampaian yang baik dan bijaksana agar jangan sampai ilmu atau informasi yang benar tidak diterima karena disampaikan dengan cara yang tidak baik.
“Apa pun isu yang ada di tengah kita hendaknya dikelola secara sehat, masyarakat dibiarkan berdiskusi tanpa harus diarahkan dan merasakan ketakutan di media sosial,” ujarnya.
Milenial intelektual muslim Habib Husein Ja'far Hadar. Foto/Istimewa
Habib Husen Ja’far juga menyampaikan, media sosial harusnya menjadi tempat diskusi secara sehat sehingga dari sana bisa lahir gagasan dan ide konstruktif untuk kemajuan bangsa.
Dia juga menjelaskan, Ramadhan juga merupakan bulan cinta ketika umat Islam diajarkan untuk menahan lapar dan haus untuk sesuatu yang lebih besar. Pada bulan Ramadhan juga bisa belajar untuk merelakan hak kita untuk kemaslahatan yang lebih luas.
“Ada dua semangat Ramadhan yang dapat kita ambil, yaitu Ramadhan sebagai bulan cinta dan menjadi pribadi yang dermawan yang mampu merelakan sesuatu hilang dari diri (hak) kita untuk kemaslahatan yang lebih luas,” tandasnya.
Momen Ramadhan saat ini, Habib Husein mengajak kaum milenial untuk belajar memahami Islam yang rahmatan lil alamin. Ajakannya itu menyikapi serentetan aksi teror yang terjadi di Tanah Air yang dilandasi pemahaman agama yang salah.
Dia tidak habis pikir, seorang yang mengaku beragama Islam dan memiliki iman bisa melakukan aksi terorisme seperti bom bunuh diri. “Siapa saja yang meledakkan rumah ibadah orang lain, maka yang hangus sejatinya iman mereka sendiri. Artinya dalam semua agama, apalagi dalam konteks islam, teror bukan hanya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, tapi meneror nilai-nilai islam itu sendiri,” kata Habib Husein.
Aksi terorisme, kata dia, sama saja meneror agamanya sendiri. Apalagi kata Islam sendiri artinya kesalamatan dan kedamaian. Siapa yang tidak memberikan keselamatan dan kedamaian, dia tidak layak disebut seorang muslim. Bahkan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau teror adalah musuh Islam.
“Yang terpenting, generasi milenial harus menciptakan ceruk-ceruk, tokoh inspiratif atau guru, agar mereka tidak salah paham. Mereka juga harus tetap semangat belajar sesuatu yang positif. Jangan sampai dimanfaatkan teroris yang mengatasnamakan agama," katanya.
Ramadhan juga menjadi bulan mulia untuk memperkuat kerukunan dan persatuan sebagai satu bangsa Indonesia. Milenial intelektual muslim Habib Husein Ja'far Hadar menyampaikan, Ramadhan merupakan bulan ampunan dari Allah SWT.
Oleh karena itu bulan ini harus disambut dengan perbaikan diri dengan beribadah untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT. “Setelah Ramadhan nanti kita akan terlahir kembali sebagai pribadi yang sudah dipenuhi oleh nilai cinta pada siapa pun,” kata Habib Husein di Jakarta, Selasa 13 April 2021.
Mengaitkan era kekinian, dai muda yang berdakwah melalui media sosial ini menuturkan dalam Islam diajarkan untuk berbicara dengan cara yang baik, dengan kata yang baik, penyampaian yang baik dan bijaksana agar jangan sampai ilmu atau informasi yang benar tidak diterima karena disampaikan dengan cara yang tidak baik.
“Apa pun isu yang ada di tengah kita hendaknya dikelola secara sehat, masyarakat dibiarkan berdiskusi tanpa harus diarahkan dan merasakan ketakutan di media sosial,” ujarnya.
Milenial intelektual muslim Habib Husein Ja'far Hadar. Foto/Istimewa
Habib Husen Ja’far juga menyampaikan, media sosial harusnya menjadi tempat diskusi secara sehat sehingga dari sana bisa lahir gagasan dan ide konstruktif untuk kemajuan bangsa.
Dia juga menjelaskan, Ramadhan juga merupakan bulan cinta ketika umat Islam diajarkan untuk menahan lapar dan haus untuk sesuatu yang lebih besar. Pada bulan Ramadhan juga bisa belajar untuk merelakan hak kita untuk kemaslahatan yang lebih luas.
“Ada dua semangat Ramadhan yang dapat kita ambil, yaitu Ramadhan sebagai bulan cinta dan menjadi pribadi yang dermawan yang mampu merelakan sesuatu hilang dari diri (hak) kita untuk kemaslahatan yang lebih luas,” tandasnya.
Momen Ramadhan saat ini, Habib Husein mengajak kaum milenial untuk belajar memahami Islam yang rahmatan lil alamin. Ajakannya itu menyikapi serentetan aksi teror yang terjadi di Tanah Air yang dilandasi pemahaman agama yang salah.
Dia tidak habis pikir, seorang yang mengaku beragama Islam dan memiliki iman bisa melakukan aksi terorisme seperti bom bunuh diri. “Siapa saja yang meledakkan rumah ibadah orang lain, maka yang hangus sejatinya iman mereka sendiri. Artinya dalam semua agama, apalagi dalam konteks islam, teror bukan hanya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, tapi meneror nilai-nilai islam itu sendiri,” kata Habib Husein.
Aksi terorisme, kata dia, sama saja meneror agamanya sendiri. Apalagi kata Islam sendiri artinya kesalamatan dan kedamaian. Siapa yang tidak memberikan keselamatan dan kedamaian, dia tidak layak disebut seorang muslim. Bahkan yang menyebabkan ketidaknyamanan atau teror adalah musuh Islam.
“Yang terpenting, generasi milenial harus menciptakan ceruk-ceruk, tokoh inspiratif atau guru, agar mereka tidak salah paham. Mereka juga harus tetap semangat belajar sesuatu yang positif. Jangan sampai dimanfaatkan teroris yang mengatasnamakan agama," katanya.
(dam)