Puasa, Alat Detoksifikasi Diri dari Berbagai Keburukan
Minggu, 25 April 2021 - 17:43 WIB
Dr H Jazilul Fawaid SQ MA
Wakil Ketua MPR RI
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji
Puasa memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menghilangkan 'racun-racun' atau tabiat buruk di dalam tubuh. Puasa juga menjadi alat peredam diri, stabilizer emosi atau detoksifikasi spiritual.
Dengan kita berpuasa bisa menghilangkan racun-racun setan yang ada di dalam tubuh kita. Jadi ketika kita sedang berpuasa maka pada saat bersamaan kita melakukan detoksifikasi untuk pembersihan diri dari hawa nafsu setan, tabiat buruk, marah, apa saja yang tabiat buruk.
Nanti setelah 30 hari ini, diri kita menjadi kembali bersih atau suci ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri. Ketika kita berpuasa namun racun, kotoran atau tabiat buruk dalam diri kita tidak hilang maka itu tandanya kita harus belajar lagi tentang rahasia dari puasa.
Dikatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW), ada sebagian orang berpuasa namun hanya mendapat lapar dan haus karena salah metode berpuasanya. Puasa juga bisa menjadi obat penyakit jiwa seperti perasaan sombong, tamak, rakus, iri hati, suka marah atau emosi yang sering terganggu. Dengan berpuasa kita dapat meninggalkan keinginan atau menahan diri (imsak) untuk tidak makan, minum dan berhubungan seksual. Jika sebelum Ramadhan kita bisa melakukan semuanya maka ketika Ramadhan, orang Islam diwajibkan untuk menahan diri.
Ada yang mengatakan bahwa puasa itu alat pengendalian diri terbaik. Cara membebaskan diri dari semua tekanan adalah dengan berpuasa. Bahkan, tidak hanya orang Islam yang mengakui itu, namun orang non muslim pun mengakui dan melakukannya. Seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi yang juga melakukan ritual puasa.
Ritual berpuasa sudah diajarkan sejak zaman Nabi Adam sampai Rasulullah Muhammad SAW. Nabi Adam AS melakukan puasa setiap Jumat. Sementara Nabi Daud sehari puasa sehari tidak. Ada puasa seperti Nabi Yunus yakni ketika berada di dalam perut ikan. Sementara Nabi Yusuf setelah diangkat menjadi menteri perbandaran negara selalu berpuasa dengan tujuan agar merasakan lapar atau sengsaranya orang miskin.
Puasa dapat juga menjadi sarana untuk menyucikan diri dan meninggikan spiritual. Kalau kita lihat puasa dari Nabi yang satu ke Nabi yang lain sampai ke Rasulullah, aturan-aturannya ataupun sunah-sunahnya, intinya adalah menahan diri. Puasa yang seperti kita lakukan dalam pengertian puasa Ramadan yang diwajibkan itu adalah imsak, menahan diri untuk tidak makan, minum, dan hubungan seksual dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Tidak hanya di dalam Islam, di tradisi Indonesia, pada zaman Kerajaan Majapahit, Patih Gadjah Mada juga berpuasa atau menahan diri dengan tidak akan makan enak sebelum Nusantara bersatu atau yang dikenal dengan istilah Sumpah Palapa.
Dalam kehidupan ini, kita akan selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Maka, cara atau metode dalam Islam agar bisa terhindar dan keluar dari masalah adalah dengan bersabar dan sholat. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 45, Allah memerintahkan untuk menjadikan sabar dan salat sebagai penolong. "Wastainu bisshobri wassholah". Hendaklah kamu bersabar.
Yang dimaksud dengan sabar itu menahan dan cara untuk menahan dan mengendalikan diri yang efektif adalah puasa. Pasangan suami istri kok suka bertengkar di rumah maka berpuasalah.
Di dunia modern, cara ini memang kurang populer. Banyak anak muda zaman sekarang yang kerap kali mencari pelampiasan untuk menghilangkan stres atau keluar dari masalah dengan cara pergi ke diskotek dan lainnya. Justru dengan mengikuti semua keinginannya itu dia malah menemukan kebuntuan makanya puasa itu sebenarnya mengkontrol keinginan. Karena itu, metode yang diajarkan dalam Islam yaitu dengan puasa dan salat.
Sekilas, memang berpuasa itu seolah memang menyakiti diri karena ada beberapa larangan, tapi sebenarnya ada manfaat yang luar biasa yaitu untuk menguatkan diri. Puasa adalah menahan diri untuk menikmati. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kenikmatan yakni kenikmatan ketika berbuka dan kenikmatan ketika bertemu dengan Allah nanti di akhirat.
Wallahu A'lam bish-Shawabi
Wakil Ketua MPR RI
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji
Puasa memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menghilangkan 'racun-racun' atau tabiat buruk di dalam tubuh. Puasa juga menjadi alat peredam diri, stabilizer emosi atau detoksifikasi spiritual.
Dengan kita berpuasa bisa menghilangkan racun-racun setan yang ada di dalam tubuh kita. Jadi ketika kita sedang berpuasa maka pada saat bersamaan kita melakukan detoksifikasi untuk pembersihan diri dari hawa nafsu setan, tabiat buruk, marah, apa saja yang tabiat buruk.
Nanti setelah 30 hari ini, diri kita menjadi kembali bersih atau suci ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri. Ketika kita berpuasa namun racun, kotoran atau tabiat buruk dalam diri kita tidak hilang maka itu tandanya kita harus belajar lagi tentang rahasia dari puasa.
Dikatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW), ada sebagian orang berpuasa namun hanya mendapat lapar dan haus karena salah metode berpuasanya. Puasa juga bisa menjadi obat penyakit jiwa seperti perasaan sombong, tamak, rakus, iri hati, suka marah atau emosi yang sering terganggu. Dengan berpuasa kita dapat meninggalkan keinginan atau menahan diri (imsak) untuk tidak makan, minum dan berhubungan seksual. Jika sebelum Ramadhan kita bisa melakukan semuanya maka ketika Ramadhan, orang Islam diwajibkan untuk menahan diri.
Ada yang mengatakan bahwa puasa itu alat pengendalian diri terbaik. Cara membebaskan diri dari semua tekanan adalah dengan berpuasa. Bahkan, tidak hanya orang Islam yang mengakui itu, namun orang non muslim pun mengakui dan melakukannya. Seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi yang juga melakukan ritual puasa.
Ritual berpuasa sudah diajarkan sejak zaman Nabi Adam sampai Rasulullah Muhammad SAW. Nabi Adam AS melakukan puasa setiap Jumat. Sementara Nabi Daud sehari puasa sehari tidak. Ada puasa seperti Nabi Yunus yakni ketika berada di dalam perut ikan. Sementara Nabi Yusuf setelah diangkat menjadi menteri perbandaran negara selalu berpuasa dengan tujuan agar merasakan lapar atau sengsaranya orang miskin.
Puasa dapat juga menjadi sarana untuk menyucikan diri dan meninggikan spiritual. Kalau kita lihat puasa dari Nabi yang satu ke Nabi yang lain sampai ke Rasulullah, aturan-aturannya ataupun sunah-sunahnya, intinya adalah menahan diri. Puasa yang seperti kita lakukan dalam pengertian puasa Ramadan yang diwajibkan itu adalah imsak, menahan diri untuk tidak makan, minum, dan hubungan seksual dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.
Tidak hanya di dalam Islam, di tradisi Indonesia, pada zaman Kerajaan Majapahit, Patih Gadjah Mada juga berpuasa atau menahan diri dengan tidak akan makan enak sebelum Nusantara bersatu atau yang dikenal dengan istilah Sumpah Palapa.
Dalam kehidupan ini, kita akan selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Maka, cara atau metode dalam Islam agar bisa terhindar dan keluar dari masalah adalah dengan bersabar dan sholat. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 45, Allah memerintahkan untuk menjadikan sabar dan salat sebagai penolong. "Wastainu bisshobri wassholah". Hendaklah kamu bersabar.
Yang dimaksud dengan sabar itu menahan dan cara untuk menahan dan mengendalikan diri yang efektif adalah puasa. Pasangan suami istri kok suka bertengkar di rumah maka berpuasalah.
Di dunia modern, cara ini memang kurang populer. Banyak anak muda zaman sekarang yang kerap kali mencari pelampiasan untuk menghilangkan stres atau keluar dari masalah dengan cara pergi ke diskotek dan lainnya. Justru dengan mengikuti semua keinginannya itu dia malah menemukan kebuntuan makanya puasa itu sebenarnya mengkontrol keinginan. Karena itu, metode yang diajarkan dalam Islam yaitu dengan puasa dan salat.
Sekilas, memang berpuasa itu seolah memang menyakiti diri karena ada beberapa larangan, tapi sebenarnya ada manfaat yang luar biasa yaitu untuk menguatkan diri. Puasa adalah menahan diri untuk menikmati. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kenikmatan yakni kenikmatan ketika berbuka dan kenikmatan ketika bertemu dengan Allah nanti di akhirat.
Wallahu A'lam bish-Shawabi
(rhs)