Sunan Drajat: Pendukung Aliran Putih yang Melarang Makan Ikan Talang
Rabu, 28 April 2021 - 05:02 WIB
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono ngiyub marang wong kang kudanan
Artinya kurang lebih demikian:
Berilah tongkat kepada orang buta
Berilah makan kepada orang yang kelaparan
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan
Adapun maksudnya adalah:
Berilah petunjuk kepada orang bodoh (buta)
Sejahterakanlah kehidupan rakyat yang miskin (kurang makan)
Ajarkanlah budi pekerti (etika) kepada orang yang tidak tahu malu atau belum punya beradaban tinggi.
Berilah perlindungan kepada orang-orang yang menderita atau ditimpa bencana.
Ajarannya ini sangat supel, siapapun dapat mengamalkan sesuai dengan tingkat dan kemampuan masing-masing. Bahkan pemeluk agama lainpun tidak berkeberatan untuk mengamalkannya.
Di samping terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa dermawan dan sosial, beliau juga dikenal sebagai anggota Wali Songo yang turut serta mendukung dinasti Demak dan ikut pula mendirikan Masjid Demak, simbol kebesaran umat Islam pada waktu itu.
Di bidang kesenian, di samping terkenal sebagai ahli ukir, beliau juga pertama kali yang menciptakan Gending Pangkur. Hingga sekarang gending tersebut masih disukai rakyat Jawa.
Sunan Drajad, demikian gelar Raden Qosim, diberikan kepadanya karena beliau bertempat tinggal di sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan tingkat ilmunya yang tinggi, yaitu tingkat atau derajat para ulama’ muqarrobin. Ulama yang dekat dengan Allah SWT.
Beliau wafat dan dimakamkan di desa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa peninggalan di zaman Wali Sanga. Khususnya peninggalan beliau di bidang kesenian.
Menehono ngiyub marang wong kang kudanan
Artinya kurang lebih demikian:
Berilah tongkat kepada orang buta
Berilah makan kepada orang yang kelaparan
Berilah pakaian kepada orang yang telanjang
Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan
Adapun maksudnya adalah:
Berilah petunjuk kepada orang bodoh (buta)
Sejahterakanlah kehidupan rakyat yang miskin (kurang makan)
Ajarkanlah budi pekerti (etika) kepada orang yang tidak tahu malu atau belum punya beradaban tinggi.
Berilah perlindungan kepada orang-orang yang menderita atau ditimpa bencana.
Ajarannya ini sangat supel, siapapun dapat mengamalkan sesuai dengan tingkat dan kemampuan masing-masing. Bahkan pemeluk agama lainpun tidak berkeberatan untuk mengamalkannya.
Di samping terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa dermawan dan sosial, beliau juga dikenal sebagai anggota Wali Songo yang turut serta mendukung dinasti Demak dan ikut pula mendirikan Masjid Demak, simbol kebesaran umat Islam pada waktu itu.
Di bidang kesenian, di samping terkenal sebagai ahli ukir, beliau juga pertama kali yang menciptakan Gending Pangkur. Hingga sekarang gending tersebut masih disukai rakyat Jawa.
Sunan Drajad, demikian gelar Raden Qosim, diberikan kepadanya karena beliau bertempat tinggal di sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan tingkat ilmunya yang tinggi, yaitu tingkat atau derajat para ulama’ muqarrobin. Ulama yang dekat dengan Allah SWT.
Beliau wafat dan dimakamkan di desa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa peninggalan di zaman Wali Sanga. Khususnya peninggalan beliau di bidang kesenian.
(mhy)
Lihat Juga :