Malaikat Izrail Tertawa dan Menangis Saat Mencabut Nyawa Manusia, Berikut Kisahnya
Senin, 17 Mei 2021 - 14:42 WIB
"Engkau tak akan sanggup," jawab Izrail singkat.
"Aku pasti sanggup," kata Nabi Ibrahim.
"Baiklah, berpalinglah dariku," ujar Malaikat pencabut nyawa ini.
Saat Nabi Ibrahim berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim jatuh pingsan.
Ketika tersadar, beliau pun berkata kepada Izrail: "Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya."
Dalam kisah yang diriwayatkan 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas ini, Nabi Ibrahim meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman. Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Nabi Ibrahim, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya.
Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.
"Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya," kata Nabi Ibrahim.
Meski bertugas sebagai Malaikat pencabut nyawa, Malaikat Maut juga merasakan mati. Allah lah yang Maha Hidup dan berdiri sendiri. Semua makhluk akan merasakan mati. Disebutkan, ketika seluruh makhluk hidup dicabut nyawanya pada hari Kiamat maka yang tersisa adalah Malaikat Izrail sendiri. Kemudian Allah menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya Sakarataul Maut.
Malaikat Maut pun berkata: "Ya Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tentu saya tidak akan tega mencabut nyawa seorang mukmin".
Demikian kisah Malaikat Izrail dalam menjalankan tugasnya. Semoga kisah ini menjadi ibrah untuk kita agar menyiapkan bekal sebelum menghadapi Sakaratul Maut.Mudah-mudahan kaum muslimin diberi kemudahan dan kasih sayang saat menghadapi kematian.
Wallahu A'lam
"Aku pasti sanggup," kata Nabi Ibrahim.
"Baiklah, berpalinglah dariku," ujar Malaikat pencabut nyawa ini.
Saat Nabi Ibrahim berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim jatuh pingsan.
Ketika tersadar, beliau pun berkata kepada Izrail: "Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya."
Dalam kisah yang diriwayatkan 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas ini, Nabi Ibrahim meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman. Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Nabi Ibrahim, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya.
Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.
"Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya," kata Nabi Ibrahim.
Meski bertugas sebagai Malaikat pencabut nyawa, Malaikat Maut juga merasakan mati. Allah lah yang Maha Hidup dan berdiri sendiri. Semua makhluk akan merasakan mati. Disebutkan, ketika seluruh makhluk hidup dicabut nyawanya pada hari Kiamat maka yang tersisa adalah Malaikat Izrail sendiri. Kemudian Allah menyuruhnya untuk mencabut nyawanya sendiri, demi melihat dahsyatnya Sakarataul Maut.
Malaikat Maut pun berkata: "Ya Allah seandainya saya tahu ternyata pedih sekali sakaratul maut ini, tentu saya tidak akan tega mencabut nyawa seorang mukmin".
Demikian kisah Malaikat Izrail dalam menjalankan tugasnya. Semoga kisah ini menjadi ibrah untuk kita agar menyiapkan bekal sebelum menghadapi Sakaratul Maut.Mudah-mudahan kaum muslimin diberi kemudahan dan kasih sayang saat menghadapi kematian.
Wallahu A'lam
(rhs)