Melesat dan Melejit, Dahsyatnya Sunnah Awwaabiin (1)

Kamis, 05 Agustus 2021 - 21:16 WIB
KH Yusuf Mansur, Dai yang juga Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Quran Tangerang. Foto/dok SINDOnews
KH Yusuf Mansur

Pengasuh Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Tangerang

Bismillaah walhamdulillaah! Ini ada sesuatu yang benar-benar membuat melesat dan melejit. Dari salah satu ibadah Sunnah yang bila dilakukan seseorang akan benar-benar melesat dan melejit di berbagai bidangnya, sesuai potensinya masing-masing. Bahkan akan dimunculkan potensi-potensi lain.

Dengan izin Allah, Yusuf Mansur menulis ini dan menyampaikan ini dengan ridha dan dukungan semua pimpinan, semua kiyai, semua ibu-ibu nyai, semua pengurus dan Pengasuh Daarul Qur'an, Daarul Mansur, dan semua unit di lingkungan kita semua berikut keluarga besarnya. Agar menjadi program harian yang sifatnya Nasional. Buat semua juga keluarga Indonesia atau bahkan dunia, bukan hanya di lingkungan kita saja.



Agar semua bisa benar-benar melesat melejit termasuk bukan cuma di urusan doa-doanya dan hajat-hajatnya yang menjadi cita-cita dan impiannya. Tapi juga ada pengabulan dan percepatan turunnya pertolongan dan bantuan Allah di semua masalah, kesulitan, beban, penderitaan, kesedihan, kemalangan, persoalan, permasalahan dunia dan akhirat.

Dan jadi jalan pengampunan dan maaf dari Allah, yang sempurna. Satu bangsa satu dunia, melesat, melejit punya kemampuan super power, supra natural, dapat dan bisa punya keajaiban-keajaiban doa dan harapan, yang emang benar-benar ada dan nyata. Dengan posisi Allah ridha dan berkahi menjadi perkara bukan perkara dunia saja, tetapi juga perkara akhirat. Mengingat semua bakal wafat dan bakal ditimbang dan dihisab semua amal.

Ini bakal hebat. Demi Allah. Saya gak meihat ada perubahan, peningkatan, dan lompatan kompetensi (kemampuan), dari setiap anak bangsa, kecuali yang paling bagus, paling cepat, adalah lewat jalan sunnah. Seperti yang akan disampaikan berikut ini.

Semoga tersampaikan lagi dengan lisannya semua hamba Allah. Bismillaah walhamdulillaah, dekatin Sunnah banget. Apa saja sunnah "dihajar" aja. Lakuin aja. Dibalik sunnah ada kejayaan. Ada kemenangan, ada kehebatan, ada kesuksesan, ada kemudahan, ada ketenangan, ada ketentraman, ada keamanan, ada perlindungan. Di dunia ini dan kelak di akhirat.

Begini agar bisa melesat, melejit dan cepet dapat semua kebaikan dunia akhirat yang diharapkan. Cita-cita, impian, harapan, beres kasus, beres urusan, beres masalah, dikasih keindahan tawakkal yang bagus bener juga. Ini semua berawal dari Hadits Nabi. Ini hadits tergolong Targhiib Wattarhiib. Penyemangat dan motivasi beramal. Kelasnya dhaif, tapi sangat-sangat bisa dijadikan amalan dahsyat.

Haditsnya cukup banyak, lebih dari satu. Ini cuplikan satu haditsnya: "Man sholla sitta roka'aatin, ba'da sholaatil maghribi wal 'isyaa" siapa orang yang sholat Awwaabiin, antara Maghrib ke Isya. Katabawlloohu lahuu ibadah tsintai 'asyrota sanatan. Dicatat buat dia seakan ibadah penuh selama 12 tahun."

Dari sini semua berawal. 12 tahun ini penuh sempurna. Kaamilan banget, Taamman banget-banget. Gak ada wajib yang ketinggalan dan telat-telat. Dan gak ada sunnah apa aja, yang ketinggalan. Seakan-akan semua, selama 12 tahun penuh dikerjakan oleh semua yang melakukan sholat Sunnah Awwaabiin ini.

Kiranya inilah amalan yang mempercepat banget segala kebaikan. Bahkan di Hadits yang lain disebutkan 50 tahun, ganjarannya 50 tahun, Maasyaa Allah.

Kita sama-sama tau, orang ngerjain sepotong-sepotong aja. Misal, dia baik sama tetangga, baik sama orang tua, baik sama saudara, baik sama guru. Sesekali gak terus-terusan sepanjang 12 tahun. Itu aja sudah ngangkat banget apa yang menjadi hajat-hajatnya. Ngapus-ngapusin dosa dan maksiatnya.

Kita sama-sama tau, orang ngerjain sepotong-sepotong aja dari sunnah. Sedekah misalnya, Gak rutin cuma sesekali. Ini nendang banget kok. Apalagi misal rutin, tiap abis shubuh, tiap Jum'at. Tiap akhir atau awal bulan, ini pasti lebih nendang lagi. Tapi? Siapa yang sanggup melakukan 12 tahun berturut-turut?

Apalagi jika melakukan Awwaabiin misalnya, 10 Maghrib 10 malam? 10 hari? Itu skor nilainya, 120 tahun. Bahkan 500 tahun. Jika pakai hadits dorongan dan motivasi (targhiib wattarhiib). Selama 120 tahun, selama 500 tahun, seakan bersedekah gak putus. Sholluu 'Alan-Nabiy, kita bershalawat kepada Nabi Muhammad, yang mengabarkan kabar ringan tapi dahsyat ini kepada kita.

Shalawat sebagai hadiah dan bentuk terima kasih kita ke beliau dan keluarganya, turunan-turunannya, sahabat-sahabatnya dan ummatnya semua. Yang udah jadi mata rantai sampe ke kita. Mereka yang bantuin Nabi sejak Nabi masih hidup masih ada.

Alloohumma sholli wasallim wabaarik 'alaa Sayyidinaa wa Maulaanaa, Muhammad wa aalih, wa dzuriyyatih, wa ash-haabihii, wa ummatihi ajma'iin. 'Adada kholqih, wa ridho nafsih, wa zinata 'arsyih, wa midaada kalimaatih.

Oke lanjut. Siapa juga yang sanggup? Jagain shalat wajib berjamaah setiap waktu tanpa henti? 12 tahun, 50 tahun? Gak ada. Kecuali yang dikehendaki Allah. Lengkap dengan qobliyah ba'diyah, dengan bilangan qobliyah ba'diyah sempurna. Misal qobliyah zuhur, 4 rokaat dan qobliyah ashar, 4 rokaat. Shalat sunnah dengan rokaat mentok atas, hehehe.Shalat malamnya juga, ngikutin standar Allah.

Wuaah... Gak ada. Orang jatuh-jatuh, bisa ngerjain bisa enggak. Banyak enggaknya. Bahkan yang wajib, banyak "dientar-entarinnya", banyak telat-telatnya dan banyak lalainya. Baca Qur'an juga begitu. Siapa yang bener-bener sanggup ngerjain 12 tahun tanpa henti? Gak ada yang sanggup ibadah pol selama 12 tahun. Plus ngejaga diri dari gak maksiat sama sekali. Hidup manfaat di semua lini, yang diitung sebagai 12 tahun oleh Al 'Aziiz, Yang Maha Mulia, Yang ar Ro-uuf bil 'ibaad. Yang Maha Baik Banget, yang dengan Rahman RahimNya diringankan semua ummat manusia, hambaNya yang kacau-kacau model kita, hingga berpeluang bisa punya amalan hebat ini.

Sekarang kita sedikit bandingkan dengan Lailatul Qodar. Di luar "tafsir" bahwa Lailatul Qodar itu sesungguhnya, malam yang lebih baik dari seluruh malam sepanjang hidup. Bukan hanya 1000 bulan atau 83 tahun sesuai angka yang tertulis. Tidak. Bahwa katanya angka itu benar-benar menunjukkan ketiadaan tepi dan bilangan. Okelah, Gak ada lawan itu Lailatul Qodar. Ada Surahnya pula, Innaaa anzalnaahu fii lailatil qodr.

Tapi, biar gimana ada kata-kata 1000 bulan. Dan itu 83 tahun. Sudah gitu, relatif perlu kesungguhan dan perjuangan serius, ngejar malam-malam itu. Gak mudah bagi yang banyak urusannya, THR, kerjaan, lebaran, banyak pikiran.

Untungnya, Alhamdulillaah dalam Islam semua bisa jadi ibadah.

Sesungguhnya jika saja di 10 hari dan 10 malam terakhir, tetap diniatin apa aja ibadah. Maka silaturahim-silaturahim, ziarah sana sini, di akhir Ramadhan, pulang kampung, mudik, sebagaimana yang saya katakan beberapa waktu yang lalu. Maka jika diniatin ibadah dan mohon dijadikan amal saleh. Bisa juga semua ini jadi wasilah dapatnya Lailatul Qodr. Nah, apalagi kerja dan usaha, kerja dan dagang memperjuangkan nafkah orang banyak, hajat orang banyak, nasib orang banyak.

Juga buat pelajar, santri, murid, mahasiswa semua yang belajar di hari-hari 10 terakhir Ramadhan. Pagi sampai malam, semua bisa dijadikan ibadah dan amal saleh. Maka berlakulah hal yang sama. Namun sekali lagi, kalau Lailatul Qadr, misteri kapan jatuhnya, dirahasiakan. Ada ketidakpuasan batin juga kadang, bahwa dapat gak ya, malam yang disebut lebih baik dari 1000 bulan itu.

Tentu membandingkan ini bukan untuk melemahkan Lailatul Qadr. Bukan. Tidak. Sebab tetap suasana berbeda. Gak kebeli juga suasana itu. Jika ada kesempatan, kejar bareng-bareng Lailatul Qadr. Toh saya pribadi udah beri kisi-kisi bahwa bisa melakukan amal apapun di malam itu. Jadi orang baik aja. Tapi niatin segala kebaikan, buat Allah. Misal, nemenin orang tua yang lagi sakit di kampung, di 10 hari terakhir Ramadhan.

Namun, izinkan Yusuf Mansur mengatakan sebagai motivasi. Berbeda dengan Awwaabiin. Awwaabiin waktunya jelas. Ukurannya juga jelas dan mudah. Sebentar doang hanya 5-6 menit, 7-8 menit selesai. Gampang dikejar. mudah dikejar. Ringan dikejar asli jelas semuanya. Terang benderang. Pokoknya, semua yang melakukan, diganjar 12 tahun atau 50 tahun ibadah.

Lah, kalau kita "kejar" itu malam Lailatu Qadr? Udah mah masih nanti? Umur belum tentu ada ke 10 malam terakhir Ramadhan. Masih panjang pula, masih jauh. Waktu saya nulis ini masih tanggal 19 Juli, masih Dzulhijjah, masih jauh ke Ramadhan.

Padahal kita perlu booster, perlu hal-hal yang mempercepat hajat-hajat kita, hajat dunia akhirat kita, kekabul. Dengan jalan, wasilah, pintu, amal indah ini. Kita perlu juga penggugur dosa, penutup kesalahan, penyuci jiwa. Dari semua maksiat, kesalahan, keburukan, kejahatan, kelemahan, kekurangan, kelalaian, kedunguan, kebodohan, ketidakbersyukuran, kealpaan. Yang bertahun-tahun, bahkan berbelas-belas dan berpuluh-puluh tahun, kita lakukan di mana semua itu menjadi penghambat rezeki, penukar terang jadi gelap, membuat buntu jalan dan lain-lain keadaan yang kita tidak inginkan.

Nah, Sholat Sunnah Awwaabiin jadi efektif sekali. Dan bisa Maghrib hari ini juga. Gak perlu nunggu Ramadhan.

Jika Ramadhan datang, tentu berlipat-lipat ganda lagilah pahala dan kebaikan dari Awwaabiin dibanding di bulan-bulan biasa mengerjakannya.

(Bersambung)!

(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اُدۡعُوۡا رَبَّكُمۡ تَضَرُّعًا وَّخُفۡيَةً‌ ؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُعۡتَدِيۡنَ‌
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

(QS. Al-A'raf Ayat 55)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More