Tafsir Surat Al Isra Ayat 35: Etika dalam Berniaga
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 23:02 WIB
Surat Al Isra Ayat 35, etika dalam berniaga perlu diketahui umat muslim. Islam mengatur secara rinci tentang aturan jual beli agar sesuai syariat Islam tanpa merugikan orang lain.
Dalam urusan perniagaan, Islam mengharamkan penipuan. Salah satu bentuk penipuan yang dihukumi dosa besar yaitu mengurangi takaran atau timbangan. Karena itu, kejujuran dan kebenaran merupakan hal penting dalam perkara jual beli.
Berikut etika berniaga yang dijelaskan dalam Al-Qur'an:
وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا۟ بِٱلْقِسْطَاسِ ٱلْمُسْتَقِيمِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً
"Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Surat Al-Isra Ayat 35)
Dalam tafsir ringkas Kementerian Agama RI dijelaskan, ayat di atas bermakna larangan mengurangi takaran untuk orang atau melebihkannya. Timbanglah dengan timbangan yang benar sesuai ukuran yang ditetapkan.
Itulah yang lebih utama bagi para pelaku niaga. Dengan demikian orang akan percaya dan merasa nyaman dalam bermuamalah dan lebih baik akibatnya bagi kehidupan manusia.
Dalam jual beli, setiap orang dilarang mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui. Jangan pula mengaku melihat apa yang tidak dilihatnya, tidak mengaku mendengar apa yang tidak didengarnya, atau mengalami apa yang tidak dia alami.
Apabila seorang hamba bersikap jujur, maka ia akan selamat dari berbagai tuntutan pertanggungjawaban pada Hari Kiamat dan berkah pun akan turun pada usahanya.
Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي (روه مسلم)
"Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." (HR Muslim No102)
Demikian adab dan etika dalam berniaga yang wajib diketahui kaum muslimin. Semoga kita termasuk orang yang jujur dan dijauhkan dari segala bentuk kezaliman.
Dalam urusan perniagaan, Islam mengharamkan penipuan. Salah satu bentuk penipuan yang dihukumi dosa besar yaitu mengurangi takaran atau timbangan. Karena itu, kejujuran dan kebenaran merupakan hal penting dalam perkara jual beli.
Berikut etika berniaga yang dijelaskan dalam Al-Qur'an:
وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا۟ بِٱلْقِسْطَاسِ ٱلْمُسْتَقِيمِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً
"Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Surat Al-Isra Ayat 35)
Dalam tafsir ringkas Kementerian Agama RI dijelaskan, ayat di atas bermakna larangan mengurangi takaran untuk orang atau melebihkannya. Timbanglah dengan timbangan yang benar sesuai ukuran yang ditetapkan.
Itulah yang lebih utama bagi para pelaku niaga. Dengan demikian orang akan percaya dan merasa nyaman dalam bermuamalah dan lebih baik akibatnya bagi kehidupan manusia.
Dalam jual beli, setiap orang dilarang mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui. Jangan pula mengaku melihat apa yang tidak dilihatnya, tidak mengaku mendengar apa yang tidak didengarnya, atau mengalami apa yang tidak dia alami.
Apabila seorang hamba bersikap jujur, maka ia akan selamat dari berbagai tuntutan pertanggungjawaban pada Hari Kiamat dan berkah pun akan turun pada usahanya.
Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي (روه مسلم)
"Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." (HR Muslim No102)
Demikian adab dan etika dalam berniaga yang wajib diketahui kaum muslimin. Semoga kita termasuk orang yang jujur dan dijauhkan dari segala bentuk kezaliman.
(rhs)