Surat At-Taubah Ayat 128-129 dan Keutamaannya
Selasa, 07 September 2021 - 23:48 WIB
Surat At-Taubah Ayat 128-129 merupakan dua ayat yang agung dengan kandungan hikmah dan rahasia besar. Kedua ayat ini secara khusus menegaskan sifat mulia Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan perintah bertawakkal kepada Allah.
Untuk diketahui, Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata "At-Taubah" berulang kali disebut dalam surat ini.
Surat ini dinamakan juga dengan "Baraah" yang berarti berlepas diri. Maksudnya pernyataan pemutusan perhubunga, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.
Surat At-Taubah merupakan pernyataan perang dengan kaum musyrikin sehingga tidak diawali dengan lafaz "Basmalah". Surat ini turun sesudah Nabi Muhammad kembali dari peperangan Tabuk pada Tahun 9 Hijriyah.
Keutamaan 2 Ayat Terakhir At-Taubah
Keutamaan ayat terakhir Surat At-Taubah disebutkan dalam riwayat Hadis. Banyak ulama menganjurkan untuk mendawamkan wirid dua ayat terakhir ini.
"Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS At-Taubah Ayat 128)
"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung." (QS At-Taubah Ayat 129)
Dari ayat di atas (128) dapat dipahami tentang kesucian nasab Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui tentang hal ini. Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad. Kedua sifat itu merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "Ar-Rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "Ar-Rahim" (penyayang).
Ayat berikutnya (129) memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya bahwa apabila orang-orang kafir dan munafik itu tidak juga mau beriman setelah didatangkan kepada mereka petunjuk, katakanlah kepada mereka: "Cukuplah Allah bagiku, dan Dia akan menolongku, tidak ada Tuhan yang lain yang disembah, selain Dia, hanya kepada-Nya-lah aku bertawakal dan menyerahkan diri, dan hanya Dialah yang mengatur dan mengurus alam semesta, Dia memiliki 'Arsy yang Agung."
Adapun rahasia yang terkandung di dalamnya sangat besar dan mengandung manfaat bagi pengamalnya. Di antaranya dapat menangkal sihir dan guna-guna. Selain itu juga memudahkan segala hajat.
Dalam hadis dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu disebutkan bahwa: "Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut di Shubuh dan sore hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan memberi kecukupan bagi kepentingan dunia dan akhiratnya." (HR Ibnu Sunni No 71 secara marfu' (sampai pada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), Abu Daud secara mauquf (sampai pada sahabat) (4/321, No 5081). Syekh Syu'aib dan Abdul Qodir Al Arnauth menyatakan sanad hadits ini shahih dalam Zaadul Ma’ad (2/376).
Wallahu A'lam
Untuk diketahui, Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata "At-Taubah" berulang kali disebut dalam surat ini.
Surat ini dinamakan juga dengan "Baraah" yang berarti berlepas diri. Maksudnya pernyataan pemutusan perhubunga, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.
Surat At-Taubah merupakan pernyataan perang dengan kaum musyrikin sehingga tidak diawali dengan lafaz "Basmalah". Surat ini turun sesudah Nabi Muhammad kembali dari peperangan Tabuk pada Tahun 9 Hijriyah.
Keutamaan 2 Ayat Terakhir At-Taubah
Keutamaan ayat terakhir Surat At-Taubah disebutkan dalam riwayat Hadis. Banyak ulama menganjurkan untuk mendawamkan wirid dua ayat terakhir ini.
لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ
"Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS At-Taubah Ayat 128)
فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِىَ اللّٰهُ ۖ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ؕ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ ؕ وَهُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِيۡمِ
"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung." (QS At-Taubah Ayat 129)
Dari ayat di atas (128) dapat dipahami tentang kesucian nasab Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui tentang hal ini. Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad. Kedua sifat itu merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "Ar-Rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "Ar-Rahim" (penyayang).
Ayat berikutnya (129) memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya bahwa apabila orang-orang kafir dan munafik itu tidak juga mau beriman setelah didatangkan kepada mereka petunjuk, katakanlah kepada mereka: "Cukuplah Allah bagiku, dan Dia akan menolongku, tidak ada Tuhan yang lain yang disembah, selain Dia, hanya kepada-Nya-lah aku bertawakal dan menyerahkan diri, dan hanya Dialah yang mengatur dan mengurus alam semesta, Dia memiliki 'Arsy yang Agung."
Adapun rahasia yang terkandung di dalamnya sangat besar dan mengandung manfaat bagi pengamalnya. Di antaranya dapat menangkal sihir dan guna-guna. Selain itu juga memudahkan segala hajat.
Dalam hadis dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu disebutkan bahwa: "Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut di Shubuh dan sore hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan memberi kecukupan bagi kepentingan dunia dan akhiratnya." (HR Ibnu Sunni No 71 secara marfu' (sampai pada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), Abu Daud secara mauquf (sampai pada sahabat) (4/321, No 5081). Syekh Syu'aib dan Abdul Qodir Al Arnauth menyatakan sanad hadits ini shahih dalam Zaadul Ma’ad (2/376).
Wallahu A'lam
(rhs)