Kisah Sultan Sulaiman Al-Qanuni Selamatkan Raja Prancis dari Tiang Gantungan
Senin, 13 September 2021 - 19:36 WIB
Sulaiman Al-Qanuni (1494-1566) adalah Sultan ke-10 Kerajaan Utsmani (Ottoman) yang menjadi penguasa muslim tersukses abad ke-16 Masehi. Di masa pemerintahannya, Turki Utsmani berhasil menjadi kerajaan adi kuasa yang belum pernah ada tandingannya sebelumnya.
Wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah tersebar di tiga benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Proses menuju keemasan ini sudah dimulai sejak jatuhnya Konstantinopel di tangan Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) Tahun 1453.
Sejarah Islam mencatat kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni menaklukkan Eropa, Persia hingga wilayah pesisir Arab. Salah satu kiprah beliau ketika menyelamatkan Raja Prancis I dari tiang gantungan. Masa pemerintahannya berlangsung dari Tahun 1520-1566.
Sulaiman Al-Qanuni lahir di Kota Trabzun, kawasan pantai Laut Hitam pada 6 November 1494 M. Beliau adalah putra Sultan Salim I. Sejak kecil sudah diajarkan ilmu sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Ketika menjadi Sultan, Sulaiman berhasil dalam ekspedisi militer ke Eropa, merebut Wina, Hungaria, hingga Persia, dan sepanjang wilayah pesisir Arab serta menguasai kembali wilayah Hijaz.
Selamatkan Raja Prancis I
Perlu diketahui, hubungan Prancis dan Islam sudah berlangsung lama. Dalam sejarah tercatat bagaimana Sultan Utsmani (Sulaiman Al-Qanuni) membantu Prancis membebaskan raja mereka (Francis I) di dalam peperangan Pavia pada tahun 1525.
Ketika itu, Prancis benar-benar merasa terhina dengan penawanan raja mereka lalu mereka meminta pertolongan Daulah Utsmaniyah. Sultan Sulaiman Al-Qanuni menjadi pahlawan bagi Prancis.
Raja Prancis mengirim utusan untuk menemui Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada 6 Desember 1525. Sultan Sulaiman pun mengabulkan permohonan sang raja. Sang Sultan kemudian itu menulis surat kepada Raja Prancis yang isinya: "Kami telah menerima surat yang diberikan oleh utusanmu saat kamu menyatakan musuh kamu telah menyerang negara kamu dan kamu telah ditawan dan meminta pertolongan kami untuk membebaskan kamu dari tawanan. Kami dengan ini menerima permohonanmu dan bersukacitalah dan jangan bimbang."
Sultan Utsmani mengerahkan pasukannya untuk menyelamatkan raja Prancis. Sulaiman Al-Qanuni berhasil menyelamatkan Raja Prancis tanpa meminta imbalan.
Dalam literatur lain dikutip dari Hidayatullah diceritakan, ketika Perang Mohacs pada tahun 1526, Sultan Utsmani mengalahkan kekaisaran Hungaria, yang merupakan sekutu terkuat monarki Habsburg Austria.
Setahun sebelum perang, Louise dari Savoy (ibu dari Raja Prancis, Francis I) menulis surat kepada khalifah, meminta bantuannya untuk mengeluarkan putranya dari penjara Habsburg. Sebagai sekutu utama Habsburg, Kekaisaran Hungaria menghadapi kekalahan mengerikan di tangan Utsmaniyah, menandai berakhirnya dinasti Jagiellonia. Charles V, Raja Habsburg, merasakan tekanan untuk datang ke meja perundingan dan membebaskan Francis I.
"Prancis meminta bantuan dari kekhalifahan Utsmaniyah di setiap kesempatan melawan Habsburg. Juga negara mendapat keuntungan dari dukungan Kekhalifahan Utsmaniyah ketika berjuang melawan dominasi Spanyol. Jadi, Utsamaniyah memiliki kesempatan campur tangan dalam politik Eropa dan mereka melakukannya," kata Profesor Feridun Mustafa Emecen, seorang Sejarawan Kekaisaran Utsmani di Istanbul 29 Mayis University.
Jika Utsmaniyah tidak memasuki Eropa tengah selama Perang Mohacs, Prancis akan berada di bawah hegemoni Habsburg. Setelah panggilan pertama untuk bantuan dari Kekaisaran Prancis menandai dimulainya hubungan Perancis-Utsmaniyah, Francis I kembali meminta bantuan Sulaiman yang Agung pada tahun 1528.
Charles V masih mengganggu raja Prancis, yang merasa rentan terhadap musuh Austria-nya karena tidak adanya dukungan Utsmaniyah. Selama pemerintahannya, Sultan Sulaiman menahan Habsburg. Dalam pertempuran Buda, bagian barat dari ibu kota Hungaria modern Budapest, Austria menghadapi kekalahan besar di tangan Utsmaniyah, yang memungkinkan penguasa Muslim menembus jauh di Eropa tengah. Setelah mengalahkan Austria, target Sulaiman selanjutnya adalah Wina. Pada 1529, Khalifah Utsmaniyah itu melakukan pengepungan Wina yang terkenal.
Utsmaniyah kembali menyelamatkan Francis I pada tahun 1543. Setelah kematian Francis I, pada Tahun 1550-an, kekhalifahan Utsmaniyah dan Prancis melakukan kampanye militer bersama melawan Spanyol. Bahkan Prancis meninggalkan salah satu pelabuhannya kepada Angkatan Laut Utsmaniyah. Prancis mendapat keuntungan dari kekuatan angkatan laut Utsmaniyah melawan Spanyol.
Sepanjang abad ke-16, Kekhalifahan Utsmaniyah tidak hanya membantu Prancis setiap hari, tetapi terus mengirimkan pasukan dan Angkatan Lautnya untuk membantu mereka mengusir serangan Kekaisaran Habsburg. Menurut Afyoncu, pada tahun 1533, Sulaiman yang Agung mengirimkan 100.000 keping emas kepada Francis I. Dengan uang itu, raja Prancis menjalin aliansi strategis dengan pangeran Inggris dan Jerman.
Begitulah kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni membantu Prancis di masa memimpin Daulah Utsmani. Sosok beliau dikenang sebagai pemimpin muslim yang hebat. Prancis memperoleh banyak manfaat dari hubungan baiknya dengan Daulah Utsmaniyah, baik di bidang militer, ekonomi, maupun politik.
Lihat Juga: Masjid Ayasofya Cami, Jejak Keberhasilan Kesultanan Ottoman Kalahkan Bizantium di Iznik Turki
Wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Utsmaniyah tersebar di tiga benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Proses menuju keemasan ini sudah dimulai sejak jatuhnya Konstantinopel di tangan Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II) Tahun 1453.
Sejarah Islam mencatat kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni menaklukkan Eropa, Persia hingga wilayah pesisir Arab. Salah satu kiprah beliau ketika menyelamatkan Raja Prancis I dari tiang gantungan. Masa pemerintahannya berlangsung dari Tahun 1520-1566.
Sulaiman Al-Qanuni lahir di Kota Trabzun, kawasan pantai Laut Hitam pada 6 November 1494 M. Beliau adalah putra Sultan Salim I. Sejak kecil sudah diajarkan ilmu sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Ketika menjadi Sultan, Sulaiman berhasil dalam ekspedisi militer ke Eropa, merebut Wina, Hungaria, hingga Persia, dan sepanjang wilayah pesisir Arab serta menguasai kembali wilayah Hijaz.
Selamatkan Raja Prancis I
Perlu diketahui, hubungan Prancis dan Islam sudah berlangsung lama. Dalam sejarah tercatat bagaimana Sultan Utsmani (Sulaiman Al-Qanuni) membantu Prancis membebaskan raja mereka (Francis I) di dalam peperangan Pavia pada tahun 1525.
Ketika itu, Prancis benar-benar merasa terhina dengan penawanan raja mereka lalu mereka meminta pertolongan Daulah Utsmaniyah. Sultan Sulaiman Al-Qanuni menjadi pahlawan bagi Prancis.
Raja Prancis mengirim utusan untuk menemui Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada 6 Desember 1525. Sultan Sulaiman pun mengabulkan permohonan sang raja. Sang Sultan kemudian itu menulis surat kepada Raja Prancis yang isinya: "Kami telah menerima surat yang diberikan oleh utusanmu saat kamu menyatakan musuh kamu telah menyerang negara kamu dan kamu telah ditawan dan meminta pertolongan kami untuk membebaskan kamu dari tawanan. Kami dengan ini menerima permohonanmu dan bersukacitalah dan jangan bimbang."
Sultan Utsmani mengerahkan pasukannya untuk menyelamatkan raja Prancis. Sulaiman Al-Qanuni berhasil menyelamatkan Raja Prancis tanpa meminta imbalan.
Dalam literatur lain dikutip dari Hidayatullah diceritakan, ketika Perang Mohacs pada tahun 1526, Sultan Utsmani mengalahkan kekaisaran Hungaria, yang merupakan sekutu terkuat monarki Habsburg Austria.
Setahun sebelum perang, Louise dari Savoy (ibu dari Raja Prancis, Francis I) menulis surat kepada khalifah, meminta bantuannya untuk mengeluarkan putranya dari penjara Habsburg. Sebagai sekutu utama Habsburg, Kekaisaran Hungaria menghadapi kekalahan mengerikan di tangan Utsmaniyah, menandai berakhirnya dinasti Jagiellonia. Charles V, Raja Habsburg, merasakan tekanan untuk datang ke meja perundingan dan membebaskan Francis I.
"Prancis meminta bantuan dari kekhalifahan Utsmaniyah di setiap kesempatan melawan Habsburg. Juga negara mendapat keuntungan dari dukungan Kekhalifahan Utsmaniyah ketika berjuang melawan dominasi Spanyol. Jadi, Utsamaniyah memiliki kesempatan campur tangan dalam politik Eropa dan mereka melakukannya," kata Profesor Feridun Mustafa Emecen, seorang Sejarawan Kekaisaran Utsmani di Istanbul 29 Mayis University.
Jika Utsmaniyah tidak memasuki Eropa tengah selama Perang Mohacs, Prancis akan berada di bawah hegemoni Habsburg. Setelah panggilan pertama untuk bantuan dari Kekaisaran Prancis menandai dimulainya hubungan Perancis-Utsmaniyah, Francis I kembali meminta bantuan Sulaiman yang Agung pada tahun 1528.
Charles V masih mengganggu raja Prancis, yang merasa rentan terhadap musuh Austria-nya karena tidak adanya dukungan Utsmaniyah. Selama pemerintahannya, Sultan Sulaiman menahan Habsburg. Dalam pertempuran Buda, bagian barat dari ibu kota Hungaria modern Budapest, Austria menghadapi kekalahan besar di tangan Utsmaniyah, yang memungkinkan penguasa Muslim menembus jauh di Eropa tengah. Setelah mengalahkan Austria, target Sulaiman selanjutnya adalah Wina. Pada 1529, Khalifah Utsmaniyah itu melakukan pengepungan Wina yang terkenal.
Utsmaniyah kembali menyelamatkan Francis I pada tahun 1543. Setelah kematian Francis I, pada Tahun 1550-an, kekhalifahan Utsmaniyah dan Prancis melakukan kampanye militer bersama melawan Spanyol. Bahkan Prancis meninggalkan salah satu pelabuhannya kepada Angkatan Laut Utsmaniyah. Prancis mendapat keuntungan dari kekuatan angkatan laut Utsmaniyah melawan Spanyol.
Sepanjang abad ke-16, Kekhalifahan Utsmaniyah tidak hanya membantu Prancis setiap hari, tetapi terus mengirimkan pasukan dan Angkatan Lautnya untuk membantu mereka mengusir serangan Kekaisaran Habsburg. Menurut Afyoncu, pada tahun 1533, Sulaiman yang Agung mengirimkan 100.000 keping emas kepada Francis I. Dengan uang itu, raja Prancis menjalin aliansi strategis dengan pangeran Inggris dan Jerman.
Begitulah kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanuni membantu Prancis di masa memimpin Daulah Utsmani. Sosok beliau dikenang sebagai pemimpin muslim yang hebat. Prancis memperoleh banyak manfaat dari hubungan baiknya dengan Daulah Utsmaniyah, baik di bidang militer, ekonomi, maupun politik.
Baca Juga
Lihat Juga: Masjid Ayasofya Cami, Jejak Keberhasilan Kesultanan Ottoman Kalahkan Bizantium di Iznik Turki
(rhs)