Asal Usul Munculnya Bacaan Dzikir dan Perintah Mengucapkannya
Minggu, 19 September 2021 - 21:17 WIB
Keutamaan berdzikir (mengingat Allah) dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi. Sedikitnya ada enam ayat yang memerintahkan manusia memperbanyak dzikir dan bertasbih kepada Allah.
Salah satunya yang masyhur diabadikan dalam ayat berikut: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS Al-Ahzab: 41-42)
Sebagaimana diketahui, bacaan dzikir yang lazim diamalkan umat muslim yaitu:
1. Tasbih (سُبْحَانَ ٱللَّٰهِ), Subhanallah (Maha Suci Allah).
2. Tahmid (اَلْحَمْدُ للَّهِ), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah Ta'ala).
3. Takbir (اللهُ أكْبَرُ), Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
4. Tahlil (لا إله إلاّ الله), La ilaha illalllah (Tiada Tuhan selain Allah).
5. Hawqolah (لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه), La hawla wa la quwwata illa billah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang bertasbih kepada Allah (setiap) setelah salat 33 kali, memuji Allah 33 kali, mengagungkan Allah 33 kali. Maka jumlah tersebut ada 99, dan beliau berkata, sempurnakan menjadi 100 kali (dengan membaca) Tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski sebanyak buih di lautan." (HR Muslim)
Asal Usul Bacaan Dzikir
Mengenai asal mulanya bacaan dzikir dijelaskan dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Layts as-Samarqandi (wafat pada Tahun 373 H atau 983 M). Sahabat Abdullah bin Abbas meriwayatkannya yang isinya kurang lebih sebagai berikut:
"Ketika Allah menciptakan 'Arsy, Dia perintahkan kepada sejumlah Malaikat untuk memikulnya. Kemudian, mereka merasakannya sebagai sebuah beban yang agak berat. Karena itu Allah berfirman kepada mereka: "Katakan SUBHANALLAH". Lalu, para Malaikat mengucapkan kalimat itu, hingga ringanlah beban pikulan mereka. Sejak saat itu mereka mengucapkan kalimat "SUBHANALLAH".
Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam 'alaihissalam. Ketika Allah menciptakan manusia pertama di muka bumi itu, Adam tiba-tiba bersin. Allah mengilhamkan kepadanya agar mengucapkan: "ALHAMDULILLAH" dan Adam pun mengucapkannya.
Usai Nabi Adam mengucapkan kalimat tersebut, Allah kemudian mengajarkan kalimat "Yarhamukallah" (semoga Allah menyayangimu) sebagai jawabannya. Dan dengan rahmat serta kasih sayang sajalah maka aku menciptakanmu."
Para Malaikat kemudian berkata: "Ini adalah kalimat yang sangat agung, karena itu ia tidak layak untuk dilalaikan."
Mereka pun kemudian menggabungkan kalimat ini dengan kalimat sebelumnya, sehingga mereka membacanya menjadi "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH". Dan, dengan dua kalimat ini terasa lebih ringan bagi mereka memikul ‘Arsy.
Kemudian dua kalimat ini mereka sebut-sebut dalam dzikir mereka sampai Allah mengutus Nabi Nuh 'alaihissalam. Umat Nabi Nuh adalah umat pertama yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai Tuhan. Kemudian, Allah mewahyukan kepada Nuh untuk menyampaikan kepada kaumnya kalimat: " LAA ILAAHA ILLALLAH" (Tiada Tuhan selain Allah).
Nabi Nuh pun dengan penuh taat menyampaikan kalimat tersebut kepada kaumnya. Mendengar kalimat ini para Malaikat merasa sangat berbahagia. Mereka kemudian menggabungkan kalimat terakhir ini dengan dua kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang waktu kalimat-kalimat: "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH".
Sampailah kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Ketika Allah mengutus Nabi Ibrahim dan memerintahkannya untuk berkurban dan menyembelih seekor domba sebagai ganti dari putranya Ismail, seketika itu dia berkata: "ALLAHU AKBAR" sebagai ungkapan rasa senang dan gembira.
Para Malaikat pun berkata: "Sungguh indah kalimat yang keempat ini." Dan para Malaikat pun menggabungkan kalimat ini dengan tiga kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang zaman kalimat-kalimat: "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAAHU AKBAR".
Ketika riwayat ini disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, dengan nada takjub Nabi shallalahu 'alaihi wasallam berkata: "LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA ILLAAHIL 'ALIYYIL 'AZHIM".
Mendengar kalimat tersebut kemudian Malaikat Jibril menggabungkan kalimat terakhir ini dengan empat kalimat sebelumnya sehingga menjadi:"SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAAHU AKBAR WA LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL'ALIYYIL'AZHIM."
Dan hingga saat ini kalimat tersebut sering diucapkan bahkan sampai akhir zaman.Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita agar dimudahkan dalam berdzikir.
Sumber:
- Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Layts as-Samarqandi
- Dakwah Islamiyyah
Salah satunya yang masyhur diabadikan dalam ayat berikut: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS Al-Ahzab: 41-42)
Sebagaimana diketahui, bacaan dzikir yang lazim diamalkan umat muslim yaitu:
1. Tasbih (سُبْحَانَ ٱللَّٰهِ), Subhanallah (Maha Suci Allah).
2. Tahmid (اَلْحَمْدُ للَّهِ), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah Ta'ala).
3. Takbir (اللهُ أكْبَرُ), Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
4. Tahlil (لا إله إلاّ الله), La ilaha illalllah (Tiada Tuhan selain Allah).
5. Hawqolah (لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه), La hawla wa la quwwata illa billah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang bertasbih kepada Allah (setiap) setelah salat 33 kali, memuji Allah 33 kali, mengagungkan Allah 33 kali. Maka jumlah tersebut ada 99, dan beliau berkata, sempurnakan menjadi 100 kali (dengan membaca) Tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski sebanyak buih di lautan." (HR Muslim)
Asal Usul Bacaan Dzikir
Mengenai asal mulanya bacaan dzikir dijelaskan dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Layts as-Samarqandi (wafat pada Tahun 373 H atau 983 M). Sahabat Abdullah bin Abbas meriwayatkannya yang isinya kurang lebih sebagai berikut:
"Ketika Allah menciptakan 'Arsy, Dia perintahkan kepada sejumlah Malaikat untuk memikulnya. Kemudian, mereka merasakannya sebagai sebuah beban yang agak berat. Karena itu Allah berfirman kepada mereka: "Katakan SUBHANALLAH". Lalu, para Malaikat mengucapkan kalimat itu, hingga ringanlah beban pikulan mereka. Sejak saat itu mereka mengucapkan kalimat "SUBHANALLAH".
Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam 'alaihissalam. Ketika Allah menciptakan manusia pertama di muka bumi itu, Adam tiba-tiba bersin. Allah mengilhamkan kepadanya agar mengucapkan: "ALHAMDULILLAH" dan Adam pun mengucapkannya.
Usai Nabi Adam mengucapkan kalimat tersebut, Allah kemudian mengajarkan kalimat "Yarhamukallah" (semoga Allah menyayangimu) sebagai jawabannya. Dan dengan rahmat serta kasih sayang sajalah maka aku menciptakanmu."
Para Malaikat kemudian berkata: "Ini adalah kalimat yang sangat agung, karena itu ia tidak layak untuk dilalaikan."
Mereka pun kemudian menggabungkan kalimat ini dengan kalimat sebelumnya, sehingga mereka membacanya menjadi "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH". Dan, dengan dua kalimat ini terasa lebih ringan bagi mereka memikul ‘Arsy.
Kemudian dua kalimat ini mereka sebut-sebut dalam dzikir mereka sampai Allah mengutus Nabi Nuh 'alaihissalam. Umat Nabi Nuh adalah umat pertama yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai Tuhan. Kemudian, Allah mewahyukan kepada Nuh untuk menyampaikan kepada kaumnya kalimat: " LAA ILAAHA ILLALLAH" (Tiada Tuhan selain Allah).
Nabi Nuh pun dengan penuh taat menyampaikan kalimat tersebut kepada kaumnya. Mendengar kalimat ini para Malaikat merasa sangat berbahagia. Mereka kemudian menggabungkan kalimat terakhir ini dengan dua kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang waktu kalimat-kalimat: "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH".
Sampailah kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Ketika Allah mengutus Nabi Ibrahim dan memerintahkannya untuk berkurban dan menyembelih seekor domba sebagai ganti dari putranya Ismail, seketika itu dia berkata: "ALLAHU AKBAR" sebagai ungkapan rasa senang dan gembira.
Para Malaikat pun berkata: "Sungguh indah kalimat yang keempat ini." Dan para Malaikat pun menggabungkan kalimat ini dengan tiga kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang zaman kalimat-kalimat: "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAAHU AKBAR".
Ketika riwayat ini disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, dengan nada takjub Nabi shallalahu 'alaihi wasallam berkata: "LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA ILLAAHIL 'ALIYYIL 'AZHIM".
Mendengar kalimat tersebut kemudian Malaikat Jibril menggabungkan kalimat terakhir ini dengan empat kalimat sebelumnya sehingga menjadi:"SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAAHU AKBAR WA LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL'ALIYYIL'AZHIM."
Dan hingga saat ini kalimat tersebut sering diucapkan bahkan sampai akhir zaman.Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita agar dimudahkan dalam berdzikir.
Sumber:
- Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Layts as-Samarqandi
- Dakwah Islamiyyah
(rhs)