Hakikat Tawakkal dan Doa yang Diajarkan Rasulullah
Selasa, 02 Juni 2020 - 08:03 WIB
Banyak yang bertanya bagaimana sebenarnya tawakkal yang diajarkan oleh syariat. Secara bahasa, tawakkal atau tawwakkul (توكُل) artinya menyerahkan. Secara umum tawakkal adalah berserah diri sepenuh hati dan menyandarkan segala urusan hanya kepada Allah Ta'ala.
Dalam Al-Qur'an , Allah Ta'ala berfirman: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah" (QS Ali Imran: 159).(Baca Juga: Mengubah Takut dan Bimbang Dengan Tawakkal Kepada Allah)
Dalam kajian Majlis Ta'lim Darul Murtadza beberapa waktu lalu, Ulama Malaysia Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid menukil pendapat Imam Hathim Al-Ashan terkait tawakkal . Imam Hathim Al-Asham (wafat pada tahun 237 H), seorang ulama besar asal Khurasan dikenal mempunyai tawakkal yang tinggi. Beliau pernah ditanya: "Wahai Hathim, apa pemahamanmu tentang tawakkal ?" Beliau menjawab:
1️. Saya yakin kalau rezeki saya sudah dijamin Allah, maka saya tak risau tentang rezeki.
2️. Saya yakin amal perbuatan yang patut saya buat, tak mungkin orang lain buat, maka saya sibuk dengan amal saya.
3️. Saya yakin kalau kematian itu datang secara mengejutkan, maka saya mendahului sebelum dia (ajal) tiba. (mempersiapkan diri setiap waktu).
4️. Saya yakin pandangan Allah Ta'ala senantiasa melihat saya, maka saya senantiasa mengawasi 'pandangan' Allah.
Dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy (wafat 1309) menukil satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada putri tercintanya, Fathimah Az-Zahra radhiallahu 'anha.(Baca Juga: Ustaz Muchlis: Jangan Mengandalkan Diri, Libatkan Selalu Allah Ta'ala)
Nabi Muhammad SAW mengajarkan tawakkal kepada Sayyidah Fatimah RA dengan berdoa di setiap pagi dan petang:
Artinya:
Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. (HR Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim).
Syeikh Syeikh Ibnu 'Athoillah mengatakan, kebanyakan manusia mengandalkan urusannya kepada dirinya, kepintarannya, amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang menginginkan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang 'aslama wajhahu' (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah Ta'ala.(Baca Juga: Beginilah Tawakkal yang Diajarkan Habib Jindan (2))
Wallahu Subhanahu wa Ta'ala A'lam
Lihat Juga: Ulama Sepuh dan Ribuan Warga 21 Kecamatan Lombok Timur Kukuhkan Dukungan untuk Rohmi-Firin
Dalam Al-Qur'an , Allah Ta'ala berfirman: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah" (QS Ali Imran: 159).(Baca Juga: Mengubah Takut dan Bimbang Dengan Tawakkal Kepada Allah)
Dalam kajian Majlis Ta'lim Darul Murtadza beberapa waktu lalu, Ulama Malaysia Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid menukil pendapat Imam Hathim Al-Ashan terkait tawakkal . Imam Hathim Al-Asham (wafat pada tahun 237 H), seorang ulama besar asal Khurasan dikenal mempunyai tawakkal yang tinggi. Beliau pernah ditanya: "Wahai Hathim, apa pemahamanmu tentang tawakkal ?" Beliau menjawab:
1️. Saya yakin kalau rezeki saya sudah dijamin Allah, maka saya tak risau tentang rezeki.
2️. Saya yakin amal perbuatan yang patut saya buat, tak mungkin orang lain buat, maka saya sibuk dengan amal saya.
3️. Saya yakin kalau kematian itu datang secara mengejutkan, maka saya mendahului sebelum dia (ajal) tiba. (mempersiapkan diri setiap waktu).
4️. Saya yakin pandangan Allah Ta'ala senantiasa melihat saya, maka saya senantiasa mengawasi 'pandangan' Allah.
Dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy (wafat 1309) menukil satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada putri tercintanya, Fathimah Az-Zahra radhiallahu 'anha.(Baca Juga: Ustaz Muchlis: Jangan Mengandalkan Diri, Libatkan Selalu Allah Ta'ala)
Nabi Muhammad SAW mengajarkan tawakkal kepada Sayyidah Fatimah RA dengan berdoa di setiap pagi dan petang:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ! أَصْلِحْ لِي شَأْنِيَ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
Artinya:
Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. (HR Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim).
Syeikh Syeikh Ibnu 'Athoillah mengatakan, kebanyakan manusia mengandalkan urusannya kepada dirinya, kepintarannya, amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang menginginkan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah yang 'aslama wajhahu' (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya, seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah Ta'ala.(Baca Juga: Beginilah Tawakkal yang Diajarkan Habib Jindan (2))
Wallahu Subhanahu wa Ta'ala A'lam
Lihat Juga: Ulama Sepuh dan Ribuan Warga 21 Kecamatan Lombok Timur Kukuhkan Dukungan untuk Rohmi-Firin
(rhs)