Mengulang-ulang Taubat, Bolehkah Dilakukan?
Kamis, 21 Oktober 2021 - 07:04 WIB
Melakukan perbuatan dosa berkali-kali, telah menjadi sifat dasar manusia. Berbuat kesalahan kemudian menyesal dan taubat , tetapi kemudian diulangi lagi ketika ada kesempatan. Lalu bertaubat lagi, mengulang dosa lagi, bertaubat lagi. Begitulah sifat manusia. Yang menjadi pertanyaan, bolehkah kita mengulang-ulang taubat?
Tentang perintah bertaubat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap manusia pasti banyak berbuat salah dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat," (HR. Tirmidzi, at-Albani dalam Al Jami Ash Shaghir, 291/18).
Apakah sering bertaubat sama dengan mengulang-ulang taubat? Dikutip dari kitab 'Sabil An Najah Min Syu’mi Al Ma’shiyyah', karya Muhammad bin Abdullah As Duwaisy, dijelaska bahwa setan memang sengaja bersandar pada kelemahan manusia tersebut. Setan sengaja meyakinkan supaya manusia tidak bertaubat, dan membuatnya bukan orang yang bersungguh-sungguh.
Tetapi jika manusia berpikir dengan sungguh-sungguh, ia akan mengatakan: dosa yang pertama telah berlalu dan aku telah bertaubat darinya, sedangkan ini dosa yang lainnya dan aku harus bertaubat darinya. Lebih baik aku meninggal dalam keadaan bertaubat daripada aku mati dalam keadaan tetap melakukan dosa.
Dalam Sunnah Nabawiyah ada riwayat yang menegaskan makna di atas. Dalam Ash Shahihain dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu'anhu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Kemudian tidak lama kemudian ia melakukan dosa lagi, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Kemudian tidak lama kemudian ia melakukan dosa lagi, maka ia berkata, ‘Aku telah melakukan dosa kembali, maka ampunilah dosaku!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Tiga kali; maka lakukanlah apa yang ia suka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu'anhu bahwa seorang pria datang kepada Rasulullah ﷺ seraya mengatakan “Wahai Rasulullah, salah seorang kami melakukan dosa.” Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya.’ Ia mengatakan, ‘Kemudian dia beristighfar dan bertaubat darinya.’ Beliau bersabda, ‘Dia diampuni dan diterima taubatnya,’ Ia berkata, “Lalu ia kembali melakukan dosa.” Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya.’ Ia berkata, “Kemudian beristighfar dan bertaubat darinya. “Beliau bersabda, ‘Ia diampuni dan diterima taubatnya.’ Ia berkata, ‘Lalu ia kembali melakukan dosa.’ Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya. Allah tidak bosan sehingga kamu sekalian bosan.’ (HR. Al Hakim, 4/285)
Ia berkomentar: Ini hadis shahih menurut kriteria Al Bukhari tapi keduanya (Al Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya. Disepakati oleh Adz Dzahabi, dan dikeluarkan oleh Ath Thabraniy dalam Al Kabir sebagaimana dalam Al Majma’, 10/200, dan ia menilainya sanadnya hasan)
Ibnu Abi Ad Dunya dengan sanadnya meriwayatkan dari Ali radhiyallahu'anhu, Ia mengatakan, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, “Jika ia mengulanginya lagi?” Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan, “Jika ia kembali berbuat dosa?” Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan, “Sampai kapan?” Dia menjawab, “Sampai setan berputus asa.”
Pernah ditanyakan kepada Al Hasan, “Kenapa salah seorang dari kita tidak malu kepada Tuhannya, dia memohon ampunan dari dosanya kemudian mengulangi lagi, beristighfar kemudian mengulanginya lagi.” Ia menjawab, “Setan ingin menanamkan demikian kepada kalian. Karena itu, janganlah kalian bosan beristighfar.”
Wallahu A'lam
Tentang perintah bertaubat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap manusia pasti banyak berbuat salah dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat," (HR. Tirmidzi, at-Albani dalam Al Jami Ash Shaghir, 291/18).
Apakah sering bertaubat sama dengan mengulang-ulang taubat? Dikutip dari kitab 'Sabil An Najah Min Syu’mi Al Ma’shiyyah', karya Muhammad bin Abdullah As Duwaisy, dijelaska bahwa setan memang sengaja bersandar pada kelemahan manusia tersebut. Setan sengaja meyakinkan supaya manusia tidak bertaubat, dan membuatnya bukan orang yang bersungguh-sungguh.
Tetapi jika manusia berpikir dengan sungguh-sungguh, ia akan mengatakan: dosa yang pertama telah berlalu dan aku telah bertaubat darinya, sedangkan ini dosa yang lainnya dan aku harus bertaubat darinya. Lebih baik aku meninggal dalam keadaan bertaubat daripada aku mati dalam keadaan tetap melakukan dosa.
Dalam Sunnah Nabawiyah ada riwayat yang menegaskan makna di atas. Dalam Ash Shahihain dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu'anhu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Kemudian tidak lama kemudian ia melakukan dosa lagi, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Kemudian tidak lama kemudian ia melakukan dosa lagi, maka ia berkata, ‘Aku telah melakukan dosa kembali, maka ampunilah dosaku!’ Tuhannya berfirman, ‘Hambaku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni Hambaku.’ Tiga kali; maka lakukanlah apa yang ia suka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu'anhu bahwa seorang pria datang kepada Rasulullah ﷺ seraya mengatakan “Wahai Rasulullah, salah seorang kami melakukan dosa.” Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya.’ Ia mengatakan, ‘Kemudian dia beristighfar dan bertaubat darinya.’ Beliau bersabda, ‘Dia diampuni dan diterima taubatnya,’ Ia berkata, “Lalu ia kembali melakukan dosa.” Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya.’ Ia berkata, “Kemudian beristighfar dan bertaubat darinya. “Beliau bersabda, ‘Ia diampuni dan diterima taubatnya.’ Ia berkata, ‘Lalu ia kembali melakukan dosa.’ Beliau bersabda, ‘Dicatat dosanya. Allah tidak bosan sehingga kamu sekalian bosan.’ (HR. Al Hakim, 4/285)
Ia berkomentar: Ini hadis shahih menurut kriteria Al Bukhari tapi keduanya (Al Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya. Disepakati oleh Adz Dzahabi, dan dikeluarkan oleh Ath Thabraniy dalam Al Kabir sebagaimana dalam Al Majma’, 10/200, dan ia menilainya sanadnya hasan)
Ibnu Abi Ad Dunya dengan sanadnya meriwayatkan dari Ali radhiyallahu'anhu, Ia mengatakan, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, “Jika ia mengulanginya lagi?” Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan, “Jika ia kembali berbuat dosa?” Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.” Ditanyakan, “Sampai kapan?” Dia menjawab, “Sampai setan berputus asa.”
Pernah ditanyakan kepada Al Hasan, “Kenapa salah seorang dari kita tidak malu kepada Tuhannya, dia memohon ampunan dari dosanya kemudian mengulangi lagi, beristighfar kemudian mengulanginya lagi.” Ia menjawab, “Setan ingin menanamkan demikian kepada kalian. Karena itu, janganlah kalian bosan beristighfar.”
Wallahu A'lam
(wid)