Tuhan-Tuhan Bani Israel dan Misi Tauhid Nabi Musa
Kamis, 04 Juni 2020 - 14:19 WIB
NABI Yusuf Alaihi Sallam (AS) terlah diutus Allah di Mesir dan menjadi bendaharawan kerajaan Fir'aun . Di sini pula kemudian anak keturunan Nabi Ya'kub AS bermukim. Tidak ada tuhan selain Allah telah diajarkan Nabi Ya'kub dan Nabi Yusuf kepada anak keturunannya itu. Selanjutnya, pasca-kedua Nabi, apa yang sebenarnya terjadi sehingga mereka kembali menyembah patung-patung, hewan, matahari dan lainnya?
Berkata Ibnu Ishaq, "Allah ta'ala mengambil nyawa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Selanjutnya raja yang hidup sezaman dengan beliau juga meninggal, yang bernama Rayan bin al-Walid, kemudian kerajaanya diwarisi oleh raja-raja dari dinasti Fir'aun.
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub, Ishak dan Ibrahim, serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya.
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menuturkan nama raja tersebut ialah al-Walid bin Mush'ab.
Konon, belum ada Fir'aun yang lebih kejam dan lebih keras hatinya dari pada dia. Fir'aun generasi ini juga paling buruk perlakuannya terhadap Bani Israil. Ia menyiksa mereka, dan menjadikan sebagai pekerja paksa dan budak. Mereka dipilah-pilah untuk dipekerjakan. Ada sekelompok yang dipekerjakan untuk menjadi tukang bangunan, ada yang membajak sawah, ada pula yang bercocok tanam untuk raja tersebut. Intinya tugas mereka hanya bekerja saja.
Bagi siapa saja di kalangan Bani Israil yang tidak mau bekerja untuknya maka wajib bagi dirinya membayar upeti kepada raja.
Biarpun kondisi Bani Israel tertekan seperti itu mereka tetap berada di atas agamanya dan tidak ingin bertikai dan berpecah belah. Mereka menikahkan seorang wanita dari kalangan mereka kepada raja tersebut yang bernama Asiyah binti Muzahim, seorang wanita pilihan.
Tatkala Allah ingin mengakhiri kesengsaraan mereka, Allah mengangkat Musa untuk mengemban tugas risalah , seperti dikisahkan oleh Allah dalam firmanNya, Allah menyeru Musa:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠ ﴾ [ القصص: 30 ]
"Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam". (QS al-Qashash: 30).
Maka turunlah wahyu disaat itu, seperti yang Allah nukil didalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ يَٰمُوسَىٰٓ ١١ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى ١٢ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ ١٣ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ ١٥ فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنۡهَا مَن لَّا يُؤۡمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرۡدَىٰ ١٦ ﴾ [ طه: 11-16 ]
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS Thahaa: 11-16).
Kemudian ketika Allah azza wa jalla ingin mengujinya, sebelum diberi mukjizat dan disuruh untuk mendatangi Fir'aun maka Allah bertanya pada Musa perihal tongkat yang berada di tangan kanannya, selanjutnya Allah mengkisahkan kejadian tersebut didalam firmanNya:
Berkata Ibnu Ishaq, "Allah ta'ala mengambil nyawa Nabi Yusuf 'alaihi sallam. Selanjutnya raja yang hidup sezaman dengan beliau juga meninggal, yang bernama Rayan bin al-Walid, kemudian kerajaanya diwarisi oleh raja-raja dari dinasti Fir'aun.
Kemudian Allah menjadikan keturunan Bani Israil menyebar luas, dan keadaan mereka senantiasa berada di bawah kekuasaan dinasti Fir'aun. Pada saat itu, mereka masih berada di atas agama yang lurus yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Yusuf, Ya'qub, Ishak dan Ibrahim, serta berada dalam syariat Islam dan berpegang teguh dengannya.
Hingga sampai pada masanya, Fir'aun yang sezaman dengan Nabi Musa 'alaihi sallam. Belum pernah dijumpai sebelumnya ada raja dari dinasti Fir'aun yang lebih kafir kepada Allah. Tidak pula yang lebih didengar ucapannya dan paling lama kekuasaannya dari pada dia.
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria dalam buku: “Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah menuturkan nama raja tersebut ialah al-Walid bin Mush'ab.
Konon, belum ada Fir'aun yang lebih kejam dan lebih keras hatinya dari pada dia. Fir'aun generasi ini juga paling buruk perlakuannya terhadap Bani Israil. Ia menyiksa mereka, dan menjadikan sebagai pekerja paksa dan budak. Mereka dipilah-pilah untuk dipekerjakan. Ada sekelompok yang dipekerjakan untuk menjadi tukang bangunan, ada yang membajak sawah, ada pula yang bercocok tanam untuk raja tersebut. Intinya tugas mereka hanya bekerja saja.
Bagi siapa saja di kalangan Bani Israil yang tidak mau bekerja untuknya maka wajib bagi dirinya membayar upeti kepada raja.
Biarpun kondisi Bani Israel tertekan seperti itu mereka tetap berada di atas agamanya dan tidak ingin bertikai dan berpecah belah. Mereka menikahkan seorang wanita dari kalangan mereka kepada raja tersebut yang bernama Asiyah binti Muzahim, seorang wanita pilihan.
Tatkala Allah ingin mengakhiri kesengsaraan mereka, Allah mengangkat Musa untuk mengemban tugas risalah , seperti dikisahkan oleh Allah dalam firmanNya, Allah menyeru Musa:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠ ﴾ [ القصص: 30 ]
"Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam". (QS al-Qashash: 30).
Maka turunlah wahyu disaat itu, seperti yang Allah nukil didalam firmanNya:
﴿ فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ يَٰمُوسَىٰٓ ١١ إِنِّيٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوٗى ١٢ وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ ١٣ إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤ إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ ١٥ فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنۡهَا مَن لَّا يُؤۡمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرۡدَىٰ ١٦ ﴾ [ طه: 11-16 ]
"Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS Thahaa: 11-16).
Baca Juga
Kemudian ketika Allah azza wa jalla ingin mengujinya, sebelum diberi mukjizat dan disuruh untuk mendatangi Fir'aun maka Allah bertanya pada Musa perihal tongkat yang berada di tangan kanannya, selanjutnya Allah mengkisahkan kejadian tersebut didalam firmanNya: