Tuhan-Tuhan Bani Israel dan Misi Tauhid Nabi Musa

Kamis, 04 Juni 2020 - 14:19 WIB
"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (QS al-A'raaf: 138).

Bukan hanya sampai di sini saja kelancangan mereka. Tatkala mereka ditinggal Nabi Musa 'alaihi sallam untuk mengambil wahyu, dan berbicara langsung bersama Rabbnya, mereka mulai beribadah kepada kepala patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri, hingga akhirnya Allah ta'ala murka kepada mereka, dan dikatakan sebagai orang-orang yang dimurkai oleh Allah, sehingga pada akhirnya mereka mendapat kehinaan dan kerendahan dari Allah yang maha agung.

Keyakinan Penduduk Mesir:

Ada yang berpendapat bahwa penduduk Mesir kuno adalah paganisme tulen yang memiliki dan menyembah tuhan yang sangat beragam. Di antara tuhan-tuhan yang mereka sembah ada yang berupa bintang semisal bintang-bintang yang berada di sebelah kanan, matahari, gemini dan yang lainnya.

Bahkan yang lebih banyak lagi, para ulama menyatakan, 'Sesungguhnya mereka menyembah binatang, seperti anak sapi dan sapinya, kera, kucing, dan buaya'.

Para ulama mengatakan ketika menafsirkan firman Allah tabaraka wa ta'ala:

﴿ وَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِ فِرۡعَوۡنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوۡمَهُۥ لِيُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَۚ ١٢٧﴾ [ الأعراف: 127 ]

"Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". (QS al-A'raaf: 127).

Mereka biasa menyembah sesuatu yang dianggap baik dari seekor sapi, oleh sebab itu Samiri mengeluarkan kepala lembu yang bertubuh dan bersuara, seraya menyeru, 'Inilah tuhan kalian dan juga tuhannya Musa'. Kemudian kepala lembu tersebut menjadi sesembahan di kalangan kaum Nabi Musa 'alaihi sallam. Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Sudi.

Ada yang menyatakan bahwa Fir'aun yang meletakkan patung kecil pada setiap rumah kaumnya lalu memerintahkan untuk menyembahnya. Sedangkan al-Hasan mengatakan, 'Adapun Fir'aun maka dia adalah penyembah berhala'.



Profesor Doktor Muhammad bin Abdillah Daraz dalam bukunya ad-Din, saat mengomentari masa-masa Dinasti Fir'aun, menuturkan sesungguhnya kumpulan lembaran berharga yang ada di kota Berlin dan London menunjukan kalau penduduk Mesir kuno semenjak lama telah mengenali Tuhan yang esa yang ghaib lagi kekal yang tidak bisa diraba dengan panca indera tidak pula bisa diilustrasikan serta dibatasi dengan sesuatu.

Akan tetapi, aqidah tersebut banyak tergerus pada kalangan awamnya dengan pemikiran bahwa Tuhan tersebut telah menyerupai atau menjadi sebuah tubuh atau menyatu dengan beberapa makhluk yang istimewa, mulai dari manusia, hewan atau benda-benda mati.

Mereka menyakini kalau kekuatan mengatur itu berada pada raja-rajanya, sedangkan kekuatan alam, tanaman secara umum berada pada sungai Nil, dan kekuatan binatang berada pada anak lembu (Abis) dengan menyandarkan penyerbukannya pada pancaran cahaya mentari.

Mereka mengakui kalau benda-benda yang ada secara khusus ini adalah makhluk yang berhak untuk disucikan dan disembah dengan sebab adanya hubungan erat mereka bersama Tuhan yang ada di atas.

Tujuan pendapat ini ialah untuk menyanggah pendapat pertama, yang secara tidak langsung mereka menegaskan bahwa penduduk Mesir kuno bukan berada pada ajaran paganisme tulen, namun, aqidah yang mereka miliki asalnya adalah aqidah tauhid.

Adapun perilaku mereka dengan menjadikan tuhan-tuhan yang begitu banyak, maka itu hanyalah sebagai simbol semata, yang menunjukan pada keberadaan sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan yang Esa. Artinya tuhan-tuhan yang mereka buat hanya sebagai simbol dari sifat-sifat serta hakekat tuhan sejati.



Jadi, sesungguhnya masyarakat Mesir kuno tidak menyembah pada benda-benda tersebut secara hakaket, namun, mereka menjadikan sebagai simbol tuhan sejati yang maha mampu, yang telah menyatu bersama ruhnya –menurut klaim mereka-, yang efeknya bisa dirasakan.

Dan perbuatan ini disebabkan oleh perilaku para tukang sihir yang mempunyai peran penting dalam keberadaan agama-agama Mesir kuno. Yaitu mengubah-ubah simbol yang sangat beragam untuk para tuhan-tuhannya, begitulah agama yang mengajarkan untuk menyembah satu Tuhan lambat laun bergeser. Pada awalnya hanya dalam bentuk seseorang Aton lalu berkembang pada Ra (dewa matahari) atau bola matahari, selanjutnya pada pribadi Amon serta fenomena alam kemudian berlanjut dengan raja-raja dan para pembesarnya.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

(QS. Al-Hadid Ayat 20)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More