Keperkasaan Daulah Fathimiyah, Penjaga dan Penguasa Perairan Laut Mediterania
Senin, 08 November 2021 - 05:15 WIB
Keperkasaan Daulah Fathimiyah sebagai penguasa dan penjaga perairan Laut Mediterania menjadikan angkatan laut dinasti ini yang terbesar dan terkuat setelah angkatan laut Daulah Umayyah .
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan angkatan laut Daulah Fathimiyah menguasai wilayah perairan Mesir, Syam, dan Afrika Utara.
Prestasi tersebut menempatkan dinasti ini pada posisi terhormat dalam barisan negara-negara bahari. "Bahkan, para ahli sejarah menempatkan daulah ini dalam posisi kedua setelah Daulah Umayyah dalam pengembangan dunia maritim Islam," tulis Syaikh Abdul Aziz.
Daulah Fathimiyah pantas kuat karena didukung pimpinan yang peduli terhadap sektor maritim. Di samping itu, sumber daya wilayah kekuasaan dinasti ini sangat mendukung. Tenaga terampil di sektor perkapalan dan kelautan melimpah. Begitu juga bahan baku untuk membangun industri perkapalan.
Sumber Daya Pendukung
Kehidupan maritim merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini, baik dalam bidang sosial atau ekonomi. Luasnya perairan wilayah Afrika Utara menjadikan penduduknya handal dalam bidang kelautan.
Ibnu Khaldun menulis, “Penduduknya hidup di alam laut yang keras dan pantai-pantai ganas. Kenyataan ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan yang tidak dialami oleh bangsa-bangsa bahari lainnya.
Bangsa Romawi, Eropa, dan Outh ada di dataran tinggi utara negeri dari wiayah laut Romawi ini. Aktivitas-aktivitas perang dan perdagangan sering mereka lakukan di kapal-kapal. Karena itu, mereka handal dalam mengarungi lautan dan piawai berperang dengan menggunakan armada laut...”
Selain tenaga kerja terampil, angkatan laut Daulah Fathimiyah menjadi kuat juga karena ketersediaan bahan baku industri perkapalan yang melimpah. Kayu, besi, bahan sabut, cat, dan minyak banyak tersedia.
Bahan-bahan ini didatangkan dari wilayah sangat luas yang masuk dalam wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah. Kayu-kayu didatangkan dari pohon-pohon yang banyak tumbuh di wilayah Sicilia, Cyprus, lembah Bijayah, dan daerah Kistamah (sekarang berada di tengah dan selatan wilayah Aljazair).
Tahun 305 H, Daulah Fathimiyah membangun pabrik pembuatan kapal di wilayah Al-Mahdiyah, Sousa, dan kota Marsa Al-Kharaz. Pabrik-pabrik ini dibangun untuk melengkapi pabrik-pabrik yang berada di Tunisa dan peninggalan Daulah Umayyah.
Kota Pelabuhan Strategis
Wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah memiliki kota-kota pelabuhan yang strategis. Garis pantai Tunisia dan Aljazair, misalnya, sangat panjang. Di sebelah timur, garis pandai tersebut tersambung dengan pantai Burgah dan Tripoli. Di sebelah barat tersambung dengan pantai-pantai Maghrib Al-Agsha.
Kondisi geografi ini menyebabkan banyaknya pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan utama dan penting. Selain itu, wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak teluk yang masuk hingga wilayah terdalam daratan. Kondisi ini juga menyebabkan pelabuhan-pelabuhan yang ada aman dari embusan angin kencang dan arus air deras.
Perairan Laut Putih juga memiliki banyak pulau kecil dan besar. Keberadaan pulau-pulau tersebut berdampak positif bagi armada laut Islam dalam menghadapi armada Byzantium dan Eropa.
Daulah Fathimiyah menguasai sejumlah besar pulau-pulau di bagian barat wilayah negeri. Pulau-pulau tersebut menjadi benteng terdepan untuk menghadang gerakan armada musuh yang hendak merapat ke pantai-pantai Maghribi.
Di sisi lain, pulau-pulau tersebut juga menjadi garda depan untuk melakukan ekspansi ke wilayah musuh yang berada di selatan Eropa.
Daulah Fathimiyah berhasil menguasai Sicilia, Sardinia, Garsyagah (Carseca), Malta, Gushirah, Oarganah, Malthiyah, Jarbah, Qimlariyah, pulau-pulau Kreta, Jamurfi, Zarga, Ahasi, dan pulau-pulau lain yang berada di Laut Mediterania bagian barat.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan angkatan laut Daulah Fathimiyah menguasai wilayah perairan Mesir, Syam, dan Afrika Utara.
Prestasi tersebut menempatkan dinasti ini pada posisi terhormat dalam barisan negara-negara bahari. "Bahkan, para ahli sejarah menempatkan daulah ini dalam posisi kedua setelah Daulah Umayyah dalam pengembangan dunia maritim Islam," tulis Syaikh Abdul Aziz.
Daulah Fathimiyah pantas kuat karena didukung pimpinan yang peduli terhadap sektor maritim. Di samping itu, sumber daya wilayah kekuasaan dinasti ini sangat mendukung. Tenaga terampil di sektor perkapalan dan kelautan melimpah. Begitu juga bahan baku untuk membangun industri perkapalan.
Sumber Daya Pendukung
Kehidupan maritim merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini, baik dalam bidang sosial atau ekonomi. Luasnya perairan wilayah Afrika Utara menjadikan penduduknya handal dalam bidang kelautan.
Ibnu Khaldun menulis, “Penduduknya hidup di alam laut yang keras dan pantai-pantai ganas. Kenyataan ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan yang tidak dialami oleh bangsa-bangsa bahari lainnya.
Bangsa Romawi, Eropa, dan Outh ada di dataran tinggi utara negeri dari wiayah laut Romawi ini. Aktivitas-aktivitas perang dan perdagangan sering mereka lakukan di kapal-kapal. Karena itu, mereka handal dalam mengarungi lautan dan piawai berperang dengan menggunakan armada laut...”
Selain tenaga kerja terampil, angkatan laut Daulah Fathimiyah menjadi kuat juga karena ketersediaan bahan baku industri perkapalan yang melimpah. Kayu, besi, bahan sabut, cat, dan minyak banyak tersedia.
Bahan-bahan ini didatangkan dari wilayah sangat luas yang masuk dalam wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah. Kayu-kayu didatangkan dari pohon-pohon yang banyak tumbuh di wilayah Sicilia, Cyprus, lembah Bijayah, dan daerah Kistamah (sekarang berada di tengah dan selatan wilayah Aljazair).
Tahun 305 H, Daulah Fathimiyah membangun pabrik pembuatan kapal di wilayah Al-Mahdiyah, Sousa, dan kota Marsa Al-Kharaz. Pabrik-pabrik ini dibangun untuk melengkapi pabrik-pabrik yang berada di Tunisa dan peninggalan Daulah Umayyah.
Kota Pelabuhan Strategis
Wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah memiliki kota-kota pelabuhan yang strategis. Garis pantai Tunisia dan Aljazair, misalnya, sangat panjang. Di sebelah timur, garis pandai tersebut tersambung dengan pantai Burgah dan Tripoli. Di sebelah barat tersambung dengan pantai-pantai Maghrib Al-Agsha.
Kondisi geografi ini menyebabkan banyaknya pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan utama dan penting. Selain itu, wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak teluk yang masuk hingga wilayah terdalam daratan. Kondisi ini juga menyebabkan pelabuhan-pelabuhan yang ada aman dari embusan angin kencang dan arus air deras.
Perairan Laut Putih juga memiliki banyak pulau kecil dan besar. Keberadaan pulau-pulau tersebut berdampak positif bagi armada laut Islam dalam menghadapi armada Byzantium dan Eropa.
Daulah Fathimiyah menguasai sejumlah besar pulau-pulau di bagian barat wilayah negeri. Pulau-pulau tersebut menjadi benteng terdepan untuk menghadang gerakan armada musuh yang hendak merapat ke pantai-pantai Maghribi.
Di sisi lain, pulau-pulau tersebut juga menjadi garda depan untuk melakukan ekspansi ke wilayah musuh yang berada di selatan Eropa.
Daulah Fathimiyah berhasil menguasai Sicilia, Sardinia, Garsyagah (Carseca), Malta, Gushirah, Oarganah, Malthiyah, Jarbah, Qimlariyah, pulau-pulau Kreta, Jamurfi, Zarga, Ahasi, dan pulau-pulau lain yang berada di Laut Mediterania bagian barat.