Kisah Sufi: Maruf Si Tukang Sepatu dan Istrinya Fatima
Minggu, 14 November 2021 - 16:16 WIB
Setelah itu, Maruf, istrinya, dan Sang Raja pun hidup bahagia bersama dalam kerajaan itu. Raja itu pun wafat dan Maruf naik menggantikannya sebagai raja.
Ia kini mempunyai seorang anak. Sang Putri tetap memiliki cincin ajaib itu. Lalu, putri itu pun jatuh sakit dan, setelah menyerahkan cincin itu dan pemeliharaan anaknya kepada Maruf pesannya agar suaminya itu mencurahkan perhatian yang sama kepada keduanya --ia meninggal.
Tak lama kemudian, ketika sedang berbaring di tempat tidur, Raja Maruf bangun dan kaget. Di sampingnya, tampak istri pertamanya, Fatima yang kejam, muncul di sana secara gaib. Wanita itu pun menceritakan apa yang telah menimpa dirinya.
Ketika Maruf menghilang, ia menyesal dan menjadi seorang pengemis. Kehidupan sangat sulit baginya; ia pun mengalami penderitaan yang amat sangat.
Pada suatu hari, tatkala mencoba memejamkan matanya untuk tidur, ia berseru sejadi-jadinya meratapi kepedihan hidupnya, dan sesosok jin muncul lalu mengatakan padanya mengenai petualangan Maruf semenjak terakhir kali mereka bertemu.
Si wanita minta jin itu membawanya ke Ikhtiyar; dan ia pun dibawa ke sana dengan kecepatan cahaya.
Kini, wanita itu merasa sangat berdosa, dan Maruf bersedia menerimanya kembali sebagai istrinya, memberitahunya bahwa ia sekarang adalah seorang raja dan pemilik sebuah cincin ajaib, tuan bagi jin yang agung, Bapak Kebahagian.
Dengan rendah hati, Si wanita berterima kasih, dan ia pun menjadi ratu di negeri itu. Namun, Ratu itu membenci sang Pangeran Kecil.
Biasanya, pada malam hari, Maruf melepas cincin ajaibnya. Fatima mengetahui hal itu, dan sudah menyusun siasat; sang Ratu mengendap-endap masuk ke kamar Raja dan mencuri cincinnya. Namun, Pangeran Kecil membuntutinya; ketika dilihatnya perbuatan Ratu, ia pun menghunus pedang kecilnya lalu membunuh wanita yang hatinya busuk itu, khawatir kalau-kalau ia akan mempergunakan kekuatan cincin.
Begitulah, Fatima yang bohong akhirnya menemui ajal di tempat kehormatan terbesar dalam hidupnya. Kini, Maruf pun mengangkat si petani Jujur, yang telah menjadi sarana penyelamatannya, menjadi perdana menteri. Dinikahinya anak gadis petani itu. Dan, mereka pun akhirnya hidup bahagia dan berhasil.
Idries Shah mengatakan seperti berbagai kisah darwis lainnya, kisah ini terdapat juga dalam "Malam-malam Arab" (Arabian Nights). Tetapi tak seperti kebanyakan alegori Sufi, kisah ini tak berbentuk sajak.
Selain itu, kata Idries Shah, tak seperti kebanyakan pula, kecuali cerita tentang Mulla Nasrudin, kisah ini kadang-kadang dimainkan di Chaikhanas (kedai teh) sebagai drama.
"Cerita ini tak mengandung pesan moral, sebagaimana orang-orang di Barat terbiasa dengannya, namun menekankan hubungan-hubungan sebab-akibat tertentu yang merupakan salah satu ciri khas sebagian kepustakaan Sufi," ujar Idries Shah.
Ia kini mempunyai seorang anak. Sang Putri tetap memiliki cincin ajaib itu. Lalu, putri itu pun jatuh sakit dan, setelah menyerahkan cincin itu dan pemeliharaan anaknya kepada Maruf pesannya agar suaminya itu mencurahkan perhatian yang sama kepada keduanya --ia meninggal.
Tak lama kemudian, ketika sedang berbaring di tempat tidur, Raja Maruf bangun dan kaget. Di sampingnya, tampak istri pertamanya, Fatima yang kejam, muncul di sana secara gaib. Wanita itu pun menceritakan apa yang telah menimpa dirinya.
Ketika Maruf menghilang, ia menyesal dan menjadi seorang pengemis. Kehidupan sangat sulit baginya; ia pun mengalami penderitaan yang amat sangat.
Pada suatu hari, tatkala mencoba memejamkan matanya untuk tidur, ia berseru sejadi-jadinya meratapi kepedihan hidupnya, dan sesosok jin muncul lalu mengatakan padanya mengenai petualangan Maruf semenjak terakhir kali mereka bertemu.
Si wanita minta jin itu membawanya ke Ikhtiyar; dan ia pun dibawa ke sana dengan kecepatan cahaya.
Kini, wanita itu merasa sangat berdosa, dan Maruf bersedia menerimanya kembali sebagai istrinya, memberitahunya bahwa ia sekarang adalah seorang raja dan pemilik sebuah cincin ajaib, tuan bagi jin yang agung, Bapak Kebahagian.
Dengan rendah hati, Si wanita berterima kasih, dan ia pun menjadi ratu di negeri itu. Namun, Ratu itu membenci sang Pangeran Kecil.
Biasanya, pada malam hari, Maruf melepas cincin ajaibnya. Fatima mengetahui hal itu, dan sudah menyusun siasat; sang Ratu mengendap-endap masuk ke kamar Raja dan mencuri cincinnya. Namun, Pangeran Kecil membuntutinya; ketika dilihatnya perbuatan Ratu, ia pun menghunus pedang kecilnya lalu membunuh wanita yang hatinya busuk itu, khawatir kalau-kalau ia akan mempergunakan kekuatan cincin.
Begitulah, Fatima yang bohong akhirnya menemui ajal di tempat kehormatan terbesar dalam hidupnya. Kini, Maruf pun mengangkat si petani Jujur, yang telah menjadi sarana penyelamatannya, menjadi perdana menteri. Dinikahinya anak gadis petani itu. Dan, mereka pun akhirnya hidup bahagia dan berhasil.
Idries Shah mengatakan seperti berbagai kisah darwis lainnya, kisah ini terdapat juga dalam "Malam-malam Arab" (Arabian Nights). Tetapi tak seperti kebanyakan alegori Sufi, kisah ini tak berbentuk sajak.
Selain itu, kata Idries Shah, tak seperti kebanyakan pula, kecuali cerita tentang Mulla Nasrudin, kisah ini kadang-kadang dimainkan di Chaikhanas (kedai teh) sebagai drama.
"Cerita ini tak mengandung pesan moral, sebagaimana orang-orang di Barat terbiasa dengannya, namun menekankan hubungan-hubungan sebab-akibat tertentu yang merupakan salah satu ciri khas sebagian kepustakaan Sufi," ujar Idries Shah.
(mhy)