Masjid Haisheng Bukan Sekadar Suar Penuntun Kapal di Sungai Zhujiang
Kamis, 25 November 2021 - 18:19 WIB
Masjid tertua di dunia yang ada di China, Masjid Huaisheng , sampai saat masih berdiri kokoh. Masjid yang dibangun Sahabat Nabi Muhammad, Sa’ad bin Abi Waqqas , pada tahun 630 M ini selalu ramai dengan aktivitas ibadah kaum muslim di wilayah sekitar. Hanya saja, nonmuslim dilarang masuk.
Pada tiap hari Jumat, di sekitar masjid dipenuhi kerumunan orang ras India, Arab, dan Uighur. Mereka sholat Jumat di sini. Suasananya masih mirip dengan kondisi pada 1.400 tahun yang lampau.
Berjuluk Masjid Menara Cahaya karena masjid ini memiliki menara yang juga digunakan sebagai suar untuk menuntun kapal yang berlayar di Sungai Zhujiang pada malam hari.
Pada masa lalu, suar yang terdapat di Menara Cahaya ini, dijadikan oleh para pelaut sebagai penanda bahwa mereka telah tiba di permulaan “jalan sutera maritim”.
Presiden Asosiasi Islam Guangdong, Ma Guangxing, sebagaimana dikutip laman thatsmags.com menjelaskan tiap muslim bisa masuk ke Masjid Huaisheng. Namun, nonmuslim tidak diperkenankan.
Ini adalah aturan yang tidak ada di negara-negara muslim lainnya, seperti Arab Saudi.
Sejarah Huaisheng Mosque
Huaisheng Mosque atau Masjid Raya Guangzhou atau Masjid Guangta berarti Masjid Menara Cahaya, berdiri pada tahun 630 M, pada masa kekaisaran Dinasti Tang di China, atau semasa Kekhalifahan Usman bin Affan di dunia Islam. Ini berdasar laporan dari Manuskrip tahun 1206.
Ini adalah salah satu masjid tertua di dunia yang hingga hari ini masih berdiri.
Sa’ad bin Abi Waqqas datang ke China bersama 3 sahabat lainnya, dengan memperkenalkan agama Islam kepada Kaisar, dan Kaisar menyambut baik kunjungan ini. Mereka berlayar ke China pada tahun 630 M dari Habasha (sekarang Ethiopia).
Kaisar pun memperkenankan delegasi Muslim tersebut untuk membangun masjid ini, di samping sebagai monumen penghormatan kepada Rasulullah SAW .
Masjid Huaisheng secara keseluruhan dibangun kembali pada tahun 1350 pada masa Dinasti Yuan oleh Kaisar Zhizheng (1341-1368).
Pada akhir abad ke 15, masjid ini sempat mengalami kebakaran yang cukup hebat, sehingga mengalami renovasi kembali pada tahun 1695 pada masa Dinasti Qing oleh Kaisar Kangzi.
Arsitektur Timur Tengah
Masjid Huaisheng sangat identik dan terkenal dengan menaranya yang khas. Berbeda dengan kebanyakan menara di China umumnya yang berbentuk pagoda, menara ini memiliki sentuhan arsitektur Timur Tengah dengan kubah di atasnya.
Masjid Huaisheng berdiri di areal komplek seluas 3000 meter persegi dan membentang di sepanjang sumbu utara-selatan, dengan model khas China.
Gerbang masuk masjid berada di Jalan Guangta di sebelah Utara, masuk menuju ke Selatan. Gerbang ini terbuat dari bata merah dengan atap berwarna hijau.
Komplek Masjid terdiri dari koridor yang berbentuk “U”, di tengah-tengahnya terdapat halaman dengan menara besar di Utara, yang dibagian ujung tengahnya merupakan aula Sholat.
Dari gerbang utama, pengunjung akan melalui sebuah halaman sempit yang ditutupi dinding yang terbuat dari batu bata merah yang menuju ke gerbang dalam.
Gerbang monumental ini disebut “Menara Bangke”. Dibangun dengan struktur kayu di dalamnya, kemudian dilapisi bata merah di bagian luarnya.
Menara gerbang ini memiliki plakat inskripsi dalam bahasa China yang berbunyi: “Agama yang sangat menghargai ajaran yang dibawa dari Wilayah Barat.”
Adapun koridor berbentuk “U” dimulai di kedua sisi pintu gerbang ini dan membungkus halaman dalam menghadap aula tempat sholat.
Aula sholat dibangun kembali pada tahun 1935. Sebuah serambi terbuka mengelilingi sisi utara, timur dan selatan dari ruang sholat.
Ketika bangunan itu direnovasi, pintu masuk utamanya dipindahkan dari timur ke selatan aula sehingga langsung menghadap ke halaman selatannya.
Mihrab ditempatkan di ceruk semi lingkaran yang dangkal yang menghadap ke arah tembok bagian barat.
Adapun Menara Cahaya yang merupakan identitas dari masjid ini berbentuk silinder dilengkapi dengan tangga dalam yang digunakan untuk naik.
Tipe arsitektur menara ini merupakan salah satu contoh awal arsitektur Islam di China, yang berusaha mengintegrasikan gaya arsitektur Arab dengan gaya arsitektur lokal, tingginya mencapai 36 meter dengan pondasi sedalam 10 meter.
Di bagian atas menara terdapat balkon yang kerap digunakan sebagai tempat adzan.
Sementara balkonnya sendiri beratapkan sebuah kubah berbentuk labu, yang menjadi identitas arsitektur Arabia.
Di dalam menara ini terdapat dua tangga yang berfungsi sebagai sarana pendakian menuju ke balkon.
Struktur tangga seperti ini tidak dikenali di China sebelum Dinasti Song. Sedang dari luar, menara ini dihiasi oleh jendela-jendela yang tersusun membentuk spiral ke atas menara.
Pada waktu rekonstruksi tahun 1350, di menara ini ditambahkan sebuah inkripsi yang menyatakan: “Di bawah awan putih dan di mana gunung berubah, terjadilah sebuah pagoda batu yang brilian dengan gaya Wilayah Barat. Diserahkan oleh Kaisar Gaozu dari dinasti Tang sampai sekarang, gayanya tidak dikenal di Wilayah Tengah,” menunjukkan tanggal penyelesaian antara tahun 650 sampai 700.
Sampai saat ini, Menara Cahaya adalah struktur tertinggi di Guangzhou dan berfungsi sebagai landmark utama di kota ini.
Selain itu, di areal kompleks masjid ini juga terdapat tempat tinggal bagi Imam, paviliun untuk menyimpan kitab-kitab, dan area wudhu. Semuanya disusun dalam gaya pagoda yang terbuka dengan atap yang dipahat dan ubin tradisional yang selaras dengan konstruksi atap aula masjid dan gaya konstruksi Gerbang Dalam.
Masjid Haisheng adalah salah satu dari empat masjid tertua di China. Masjid lainnya meliputi Masjid Shengyou di Quanzhou, Masjid Fenghuan di Hangzhou dan Masjid Xianhe di Yangzhou. Masjid tua ini terdaftar sebagai 'Monumen Sejarah Penting di bawah Pelestarian Khusus' oleh pemerintah China.
Pada tiap hari Jumat, di sekitar masjid dipenuhi kerumunan orang ras India, Arab, dan Uighur. Mereka sholat Jumat di sini. Suasananya masih mirip dengan kondisi pada 1.400 tahun yang lampau.
Berjuluk Masjid Menara Cahaya karena masjid ini memiliki menara yang juga digunakan sebagai suar untuk menuntun kapal yang berlayar di Sungai Zhujiang pada malam hari.
Pada masa lalu, suar yang terdapat di Menara Cahaya ini, dijadikan oleh para pelaut sebagai penanda bahwa mereka telah tiba di permulaan “jalan sutera maritim”.
Presiden Asosiasi Islam Guangdong, Ma Guangxing, sebagaimana dikutip laman thatsmags.com menjelaskan tiap muslim bisa masuk ke Masjid Huaisheng. Namun, nonmuslim tidak diperkenankan.
Ini adalah aturan yang tidak ada di negara-negara muslim lainnya, seperti Arab Saudi.
Sejarah Huaisheng Mosque
Huaisheng Mosque atau Masjid Raya Guangzhou atau Masjid Guangta berarti Masjid Menara Cahaya, berdiri pada tahun 630 M, pada masa kekaisaran Dinasti Tang di China, atau semasa Kekhalifahan Usman bin Affan di dunia Islam. Ini berdasar laporan dari Manuskrip tahun 1206.
Ini adalah salah satu masjid tertua di dunia yang hingga hari ini masih berdiri.
Sa’ad bin Abi Waqqas datang ke China bersama 3 sahabat lainnya, dengan memperkenalkan agama Islam kepada Kaisar, dan Kaisar menyambut baik kunjungan ini. Mereka berlayar ke China pada tahun 630 M dari Habasha (sekarang Ethiopia).
Kaisar pun memperkenankan delegasi Muslim tersebut untuk membangun masjid ini, di samping sebagai monumen penghormatan kepada Rasulullah SAW .
Masjid Huaisheng secara keseluruhan dibangun kembali pada tahun 1350 pada masa Dinasti Yuan oleh Kaisar Zhizheng (1341-1368).
Pada akhir abad ke 15, masjid ini sempat mengalami kebakaran yang cukup hebat, sehingga mengalami renovasi kembali pada tahun 1695 pada masa Dinasti Qing oleh Kaisar Kangzi.
Baca Juga
Arsitektur Timur Tengah
Masjid Huaisheng sangat identik dan terkenal dengan menaranya yang khas. Berbeda dengan kebanyakan menara di China umumnya yang berbentuk pagoda, menara ini memiliki sentuhan arsitektur Timur Tengah dengan kubah di atasnya.
Masjid Huaisheng berdiri di areal komplek seluas 3000 meter persegi dan membentang di sepanjang sumbu utara-selatan, dengan model khas China.
Gerbang masuk masjid berada di Jalan Guangta di sebelah Utara, masuk menuju ke Selatan. Gerbang ini terbuat dari bata merah dengan atap berwarna hijau.
Komplek Masjid terdiri dari koridor yang berbentuk “U”, di tengah-tengahnya terdapat halaman dengan menara besar di Utara, yang dibagian ujung tengahnya merupakan aula Sholat.
Dari gerbang utama, pengunjung akan melalui sebuah halaman sempit yang ditutupi dinding yang terbuat dari batu bata merah yang menuju ke gerbang dalam.
Gerbang monumental ini disebut “Menara Bangke”. Dibangun dengan struktur kayu di dalamnya, kemudian dilapisi bata merah di bagian luarnya.
Menara gerbang ini memiliki plakat inskripsi dalam bahasa China yang berbunyi: “Agama yang sangat menghargai ajaran yang dibawa dari Wilayah Barat.”
Adapun koridor berbentuk “U” dimulai di kedua sisi pintu gerbang ini dan membungkus halaman dalam menghadap aula tempat sholat.
Aula sholat dibangun kembali pada tahun 1935. Sebuah serambi terbuka mengelilingi sisi utara, timur dan selatan dari ruang sholat.
Ketika bangunan itu direnovasi, pintu masuk utamanya dipindahkan dari timur ke selatan aula sehingga langsung menghadap ke halaman selatannya.
Mihrab ditempatkan di ceruk semi lingkaran yang dangkal yang menghadap ke arah tembok bagian barat.
Adapun Menara Cahaya yang merupakan identitas dari masjid ini berbentuk silinder dilengkapi dengan tangga dalam yang digunakan untuk naik.
Tipe arsitektur menara ini merupakan salah satu contoh awal arsitektur Islam di China, yang berusaha mengintegrasikan gaya arsitektur Arab dengan gaya arsitektur lokal, tingginya mencapai 36 meter dengan pondasi sedalam 10 meter.
Di bagian atas menara terdapat balkon yang kerap digunakan sebagai tempat adzan.
Sementara balkonnya sendiri beratapkan sebuah kubah berbentuk labu, yang menjadi identitas arsitektur Arabia.
Di dalam menara ini terdapat dua tangga yang berfungsi sebagai sarana pendakian menuju ke balkon.
Struktur tangga seperti ini tidak dikenali di China sebelum Dinasti Song. Sedang dari luar, menara ini dihiasi oleh jendela-jendela yang tersusun membentuk spiral ke atas menara.
Pada waktu rekonstruksi tahun 1350, di menara ini ditambahkan sebuah inkripsi yang menyatakan: “Di bawah awan putih dan di mana gunung berubah, terjadilah sebuah pagoda batu yang brilian dengan gaya Wilayah Barat. Diserahkan oleh Kaisar Gaozu dari dinasti Tang sampai sekarang, gayanya tidak dikenal di Wilayah Tengah,” menunjukkan tanggal penyelesaian antara tahun 650 sampai 700.
Sampai saat ini, Menara Cahaya adalah struktur tertinggi di Guangzhou dan berfungsi sebagai landmark utama di kota ini.
Selain itu, di areal kompleks masjid ini juga terdapat tempat tinggal bagi Imam, paviliun untuk menyimpan kitab-kitab, dan area wudhu. Semuanya disusun dalam gaya pagoda yang terbuka dengan atap yang dipahat dan ubin tradisional yang selaras dengan konstruksi atap aula masjid dan gaya konstruksi Gerbang Dalam.
Masjid Haisheng adalah salah satu dari empat masjid tertua di China. Masjid lainnya meliputi Masjid Shengyou di Quanzhou, Masjid Fenghuan di Hangzhou dan Masjid Xianhe di Yangzhou. Masjid tua ini terdaftar sebagai 'Monumen Sejarah Penting di bawah Pelestarian Khusus' oleh pemerintah China.
(mhy)