Semeru Meletus: Ketika Pasak Bumi Berulah Ingat Kiamat Sudah Dekat
Senin, 06 Desember 2021 - 15:17 WIB
Banyak pelajaran yang bisa petik dengan meletusnya Gunung Semeru (Mahameru), Jawa Timur. Lewat peristiwa ini kita menjadi sadar akan kehadiran makhluk Allah yang satu ini. Kita juga bisa melihat bahwa peristiwa ini menjadi gambaran kecil tentang kondisi pada hari kiamat nanti.
Allah SWT berfirman:
(Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan. ( QS Al-Muzzammil : 14 ).
Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya berjudul "Sains berbasis Alquran" menjelaskan pada hari kiamat yang sesungguhnya, keadaan akan lebih dahsyat, gunung berapi akan meletus secara serentak.
Saat gunung-gunung di bumi meletus, akan muncul muntahan lahar yang sangat panas. Lahar tersebut akan berpencar ke penjuru bumi dan mengenai seluruh makhluk hidup.
Kondisi tersebut digambarkan dalam Surah Al-Qariah ayat 5.
"Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan" ( QS Al-Qariah : 5 )
Pasak Bumi
Gunung merupakan salah satu makhluk Allah yang patut untuk kita perhatikan. Dalam Al Quran kita akan menemukan penjelasan langsung mengenai manfaat gunung. Salah satunya sebagai pasak bumi.
Allah SWT berfirman,
“dan gunung-gunung sebagai pasak.”( QS An-Naba’ : 7 )
Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi dalam Tafsir Jalaian menjelaskan kata autadan adalah bentuk jamak dari kata watadun yang artinya pasak seperti halnya pasak untuk mengikat tali kemah. Allah menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya.
Al Quran menyebutkan gunung dalam dua perkataan, yakni kata جبل (jabal) dan رواسي (rawasy). Menurut Rosihan dan Fadlulah, istilah جبل (jabal) lebih kepada makna gunung pada umumnya, sedangkan kata رواسي (rawasy) lebih kepada penyebutan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Seperti yang terdapat dalam kutipan ayat berikut.
“dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”. ( QS Al-Anbiya : 31 )
Kemudian pada ayat yang lain, juga dijelaskan,
“Dan dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. “( QS An-Nahl:15 )
Kata rawasiya pada kedua ayat di atas bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang berguncang menjadi diam.
Pada konteks ini yang berguncang adalah bumi, sedang sesuatu yang menjadikan bumi diam dan berhenti berguncang adalah gunung.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Allah SWT memerintahkan gunung-gunung yang berada di bumi untuk tetap diam agar makhluk hidup yang berada di atasnya khususnya manusia dapat menjalankan hidupnya dengan aman dan tenang.
Mengomentari kedua ayat di atas, Zaghlul An-Najjah, seorang mufasir sains kontemporer mengutip sebuah hadits,
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah menceritakan kepada kami al-Awam bin Khausyab, dari Sulaiman bin Abi Sulaiman, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:
Begitu Allah usai menciptakan bumi, bumi ini berguncang (bergoyang), sehingga Allah segera menciptakan gunung-gunung, lalu berfirman kepada gunung-gunung tersebut, ‘jadilah dan menetaplah diatasnya’, lalu bumi pun tenang.
Para malaikat takjub dengan kehebatan gunung dan berkata, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada gunung?"
Allah menjawab, "ada, api."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada api?"
Allah menjawab, "ada, air."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada air?"
Allah menjawab, "ada, angin."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?"
Allah menjawab, "ada, anak keturunan Adam (Manusia) yang memberikan sedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikan dari tangan kirinya” (HR At-Tirmidzi)
Penjelasan dari Al Quran dan hadits seperti yang telah diuraikan sebelumnya, memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk melakukan suatu riset dan pengkajian tentang gunung, di mana informasi ini tidak terdapat dalam kitab-kitab terdahulu.
Dalam buku Al-Qur’an vs Sains, Ramadhani mengutip salah satu pendapat dari Zakir Naik, yang mengatakan bahwa kerak bumi yang menjadi lapisan terluar bumi menyerupai kulit yang padat. Sementara bagian dalamnya, terdapat cairan yang panas.
Nah, dengan struktur seperti ini, akan menimbulkan adanya pergerakan kulit bumi sehingga menghasilkan suatu getaran atau guncangan. Getaran yang dihasilkan itu menyebabkan adanya tumbukan lempeng raksasa yang membentuk kerak bumi.
Ketika dua lempengan itu bertumbukan, lempeng yang paling kuat akan mengarah ke bawah, sedang yang satunya akan terlipat mengarah ke atas dan membentuk dataran tinggi yang kemudian berkembang menjadi gunung.
Menurut penelitian geolog dari Amerika Serikat, Prof Emeritus Frank Press, lempeng yang mengarah ke bawah tersebut menghujam sedalam 35 km dari permukaan tanah.
Ukuran ini mengindikasikan bahwa gunung memiliki akar yang mencapai kedalaman melebihi tinggi permukaan yang berada di atasnya. Fenomena yang terjadi di bagian bawah inilah kemudian disebut Al Quran sebagai pasak.
Laman Tafsir Al-Quran menyebut gunung sebagai pasak sebagaimana disebut Al-Quran bukan berarti gunung itu membentuk seperti pasak yang biasa kita kenal, karena sejatinya yang menjadi objek perhatian Al-Quran adalah bahwa gunung sebagaimana halnya pasak-pasak yang dapat mencegah robohnya bagian-bagian yang bersambung.
Singkatnya peran gunung sebagai pasak yang dibuktikan oleh temuan para ilmuwan geologi modern sebenarnya telah dinyatakan dalam Al-Quran jauh sebelumnya.
Allah SWT berfirman:
يَوۡمَ تَرۡجُفُ الۡاَرۡضُ وَالۡجِبَالُ وَكَانَتِ الۡجِبَالُ كَثِيۡبًا مَّهِيۡلًا
(Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan. ( QS Al-Muzzammil : 14 ).
Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya berjudul "Sains berbasis Alquran" menjelaskan pada hari kiamat yang sesungguhnya, keadaan akan lebih dahsyat, gunung berapi akan meletus secara serentak.
Saat gunung-gunung di bumi meletus, akan muncul muntahan lahar yang sangat panas. Lahar tersebut akan berpencar ke penjuru bumi dan mengenai seluruh makhluk hidup.
Kondisi tersebut digambarkan dalam Surah Al-Qariah ayat 5.
وَتَكُوۡنُ الۡجِبَالُ كَالۡعِهۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِؕ
"Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan" ( QS Al-Qariah : 5 )
Pasak Bumi
Gunung merupakan salah satu makhluk Allah yang patut untuk kita perhatikan. Dalam Al Quran kita akan menemukan penjelasan langsung mengenai manfaat gunung. Salah satunya sebagai pasak bumi.
Allah SWT berfirman,
وَالْجِبَالَ اَوْتَادًا
“dan gunung-gunung sebagai pasak.”( QS An-Naba’ : 7 )
Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi dalam Tafsir Jalaian menjelaskan kata autadan adalah bentuk jamak dari kata watadun yang artinya pasak seperti halnya pasak untuk mengikat tali kemah. Allah menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya.
Al Quran menyebutkan gunung dalam dua perkataan, yakni kata جبل (jabal) dan رواسي (rawasy). Menurut Rosihan dan Fadlulah, istilah جبل (jabal) lebih kepada makna gunung pada umumnya, sedangkan kata رواسي (rawasy) lebih kepada penyebutan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Seperti yang terdapat dalam kutipan ayat berikut.
وَجَعَلْنَا فِيْ الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْ ۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ
“dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”. ( QS Al-Anbiya : 31 )
Kemudian pada ayat yang lain, juga dijelaskan,
وَ اَلْقٰى فِيْ الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَاَنْهَارًا وَّسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Dan dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. “( QS An-Nahl:15 )
Kata rawasiya pada kedua ayat di atas bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang berguncang menjadi diam.
Pada konteks ini yang berguncang adalah bumi, sedang sesuatu yang menjadikan bumi diam dan berhenti berguncang adalah gunung.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Allah SWT memerintahkan gunung-gunung yang berada di bumi untuk tetap diam agar makhluk hidup yang berada di atasnya khususnya manusia dapat menjalankan hidupnya dengan aman dan tenang.
Mengomentari kedua ayat di atas, Zaghlul An-Najjah, seorang mufasir sains kontemporer mengutip sebuah hadits,
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah menceritakan kepada kami al-Awam bin Khausyab, dari Sulaiman bin Abi Sulaiman, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:
Begitu Allah usai menciptakan bumi, bumi ini berguncang (bergoyang), sehingga Allah segera menciptakan gunung-gunung, lalu berfirman kepada gunung-gunung tersebut, ‘jadilah dan menetaplah diatasnya’, lalu bumi pun tenang.
Para malaikat takjub dengan kehebatan gunung dan berkata, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada gunung?"
Allah menjawab, "ada, api."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada api?"
Allah menjawab, "ada, air."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada di antara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada air?"
Allah menjawab, "ada, angin."
Malaikat bertanya lagi, "Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?"
Allah menjawab, "ada, anak keturunan Adam (Manusia) yang memberikan sedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikan dari tangan kirinya” (HR At-Tirmidzi)
Penjelasan dari Al Quran dan hadits seperti yang telah diuraikan sebelumnya, memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk melakukan suatu riset dan pengkajian tentang gunung, di mana informasi ini tidak terdapat dalam kitab-kitab terdahulu.
Dalam buku Al-Qur’an vs Sains, Ramadhani mengutip salah satu pendapat dari Zakir Naik, yang mengatakan bahwa kerak bumi yang menjadi lapisan terluar bumi menyerupai kulit yang padat. Sementara bagian dalamnya, terdapat cairan yang panas.
Nah, dengan struktur seperti ini, akan menimbulkan adanya pergerakan kulit bumi sehingga menghasilkan suatu getaran atau guncangan. Getaran yang dihasilkan itu menyebabkan adanya tumbukan lempeng raksasa yang membentuk kerak bumi.
Ketika dua lempengan itu bertumbukan, lempeng yang paling kuat akan mengarah ke bawah, sedang yang satunya akan terlipat mengarah ke atas dan membentuk dataran tinggi yang kemudian berkembang menjadi gunung.
Menurut penelitian geolog dari Amerika Serikat, Prof Emeritus Frank Press, lempeng yang mengarah ke bawah tersebut menghujam sedalam 35 km dari permukaan tanah.
Ukuran ini mengindikasikan bahwa gunung memiliki akar yang mencapai kedalaman melebihi tinggi permukaan yang berada di atasnya. Fenomena yang terjadi di bagian bawah inilah kemudian disebut Al Quran sebagai pasak.
Laman Tafsir Al-Quran menyebut gunung sebagai pasak sebagaimana disebut Al-Quran bukan berarti gunung itu membentuk seperti pasak yang biasa kita kenal, karena sejatinya yang menjadi objek perhatian Al-Quran adalah bahwa gunung sebagaimana halnya pasak-pasak yang dapat mencegah robohnya bagian-bagian yang bersambung.
Singkatnya peran gunung sebagai pasak yang dibuktikan oleh temuan para ilmuwan geologi modern sebenarnya telah dinyatakan dalam Al-Quran jauh sebelumnya.
(mhy)