Rufaidah al-Aslamiyah : Muslimah Pertama Inspirator Ilmu Keperawatan
Jum'at, 10 Desember 2021 - 21:19 WIB
Para shahabiyah (perempuan muslimah yang menjadi sahabat Rasulullah) memiliki peran penting dalam sejarah dan peradaban Islam. Dan di antara para shahabiyah ini, adalah Rufaidah binti Sa'ad Bani Aslam al-Khazraj atau dikenal sebagai Rufaidah al-Aslamiyah. Muslimah pertama yang menjado inspirator ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat. Bagaimana sebenarnya sosok Rufaidah ini?
Kisah Rufaidah cukup menonjol ketika perang di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Saat perang, sudah pasti akan banyak korban berjatuhan yang tentu memerlukan perawatan. Rufaidah terlahir dari klan Bani Sa’d, dan berasal dari keluarga kaya, memiliki hobi menulis dan membaca. Sosoknya termasuk di antara orang-orang yang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar di Madinah.
Kemahiran merawat dan mengobati orang didapatinya dari ayahnya yang juga seorang dokter, Sa’d al-Aslamiy. Rufaidah mampu mengoordinir para muslimah untuk bisa membantunya menjadi perawat yang baik. Mereka dilatih untuk berhadapan dengan kondisi pasien dalam kondisi yang paling buruk sekalipun.
Kemahiran Rufaidah terlihat menonjol pada saat peperangan Badar, Uhud, dan Khandaq serta Khaibar. Para sahabat yang terluka mendapatkan perawatan yang cukup memadai dan baik. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menggalang para muslimah agar bisa berada di barisan belakang untuk mengantisipasi para sahabat yang terluka dan memerlukan bantuan medis . Seusai perang pun beliau mendirikan tenda di sekitar Masjid Nabawi untuk menangani para korban perang yang memerlukan perawatan lanjutan dan intensif.
Dinukil dari buku '150 Perempuan Sholikah', Aisyah radhiyallahu'anha bercerita, ketika Saad bin Muadz terkena panah saat Perang Khandaq, Rasulullah pun meminta Rufaidah untuk mendirikan tenda di dekat masjid.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab 'al-Ishabatu fi Tamyizi' juga menceritakan, ketika Rufaidah melihat panah yang tertancap pada dada Saad. Rufaidah tidak langsung menarik panah tersebut, ia menghentikan pendarahan terlebih dahulu. Karena apabila dicabut, maka darah yang keluar tak bisa dihentikan dan dapat mengancam nyawa. Kemampuan Rufaidah sebagai seorang perawat tak perlu diragukan lagi. Ia merupakan perawat terkenal di zaman nabi. Rufaidah mendapat kehormatan dan penghargaan yaitu berupa pemberian kalung dari Rasulullah.
Pengalamannya sebagai perawat ia jadikan bekal untuk melatih dan mengajarkan beberapa perempuan lain untuk menjadi perawat. Ide briliannya yang direkam sejarah adalah tentang pembagian shift para perawat untuk menangani pasien. Ide inilah yang saat ini berlaku di berbagai rumah sakit, yaitu adanya shifting .
Selain itu, Rufaidah juga aktif di berbagai kegiatan sosial. Ia dikenal dengan kedermawanan dan kelembutan hati. Memelihara anak yatim dan orang miskin pun dilakukannya. Rufaidah juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (Health Education).
Rufaidah adalah sosok seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Ilmuwan muslimah ini penting untuk diketahui kehebatannya. Karena Islam adalah agama yang cerdas dan mencerdaskan.
Saat ini, dunia keperawatan sudah sangat maju. Bahkan sudah menjadi disiplin ilmu sampai jenjang yang paling tinggi, di perguruan tinggi, sejak jenjang S1 hingga program doktoral (S3).
Namun, tetaplah kebersamaan dan kolektifitas semua unsur para medis serta masyarakat dan tentunya pemerintah sangat diperlukan untuk menghadapi pandemi global saat ini. Paling tidak kisah Rufaidah memberi wawasan pentingnya kontribusi sesuai kemampuan dan kemahiran bisa sangat berarti. Karena manusia yang terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesamanya.
Wallahu A'lam
Kisah Rufaidah cukup menonjol ketika perang di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Saat perang, sudah pasti akan banyak korban berjatuhan yang tentu memerlukan perawatan. Rufaidah terlahir dari klan Bani Sa’d, dan berasal dari keluarga kaya, memiliki hobi menulis dan membaca. Sosoknya termasuk di antara orang-orang yang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar di Madinah.
Kemahiran merawat dan mengobati orang didapatinya dari ayahnya yang juga seorang dokter, Sa’d al-Aslamiy. Rufaidah mampu mengoordinir para muslimah untuk bisa membantunya menjadi perawat yang baik. Mereka dilatih untuk berhadapan dengan kondisi pasien dalam kondisi yang paling buruk sekalipun.
Kemahiran Rufaidah terlihat menonjol pada saat peperangan Badar, Uhud, dan Khandaq serta Khaibar. Para sahabat yang terluka mendapatkan perawatan yang cukup memadai dan baik. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menggalang para muslimah agar bisa berada di barisan belakang untuk mengantisipasi para sahabat yang terluka dan memerlukan bantuan medis . Seusai perang pun beliau mendirikan tenda di sekitar Masjid Nabawi untuk menangani para korban perang yang memerlukan perawatan lanjutan dan intensif.
Dinukil dari buku '150 Perempuan Sholikah', Aisyah radhiyallahu'anha bercerita, ketika Saad bin Muadz terkena panah saat Perang Khandaq, Rasulullah pun meminta Rufaidah untuk mendirikan tenda di dekat masjid.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab 'al-Ishabatu fi Tamyizi' juga menceritakan, ketika Rufaidah melihat panah yang tertancap pada dada Saad. Rufaidah tidak langsung menarik panah tersebut, ia menghentikan pendarahan terlebih dahulu. Karena apabila dicabut, maka darah yang keluar tak bisa dihentikan dan dapat mengancam nyawa. Kemampuan Rufaidah sebagai seorang perawat tak perlu diragukan lagi. Ia merupakan perawat terkenal di zaman nabi. Rufaidah mendapat kehormatan dan penghargaan yaitu berupa pemberian kalung dari Rasulullah.
Pengalamannya sebagai perawat ia jadikan bekal untuk melatih dan mengajarkan beberapa perempuan lain untuk menjadi perawat. Ide briliannya yang direkam sejarah adalah tentang pembagian shift para perawat untuk menangani pasien. Ide inilah yang saat ini berlaku di berbagai rumah sakit, yaitu adanya shifting .
Selain itu, Rufaidah juga aktif di berbagai kegiatan sosial. Ia dikenal dengan kedermawanan dan kelembutan hati. Memelihara anak yatim dan orang miskin pun dilakukannya. Rufaidah juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (Health Education).
Rufaidah adalah sosok seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Ilmuwan muslimah ini penting untuk diketahui kehebatannya. Karena Islam adalah agama yang cerdas dan mencerdaskan.
Saat ini, dunia keperawatan sudah sangat maju. Bahkan sudah menjadi disiplin ilmu sampai jenjang yang paling tinggi, di perguruan tinggi, sejak jenjang S1 hingga program doktoral (S3).
Namun, tetaplah kebersamaan dan kolektifitas semua unsur para medis serta masyarakat dan tentunya pemerintah sangat diperlukan untuk menghadapi pandemi global saat ini. Paling tidak kisah Rufaidah memberi wawasan pentingnya kontribusi sesuai kemampuan dan kemahiran bisa sangat berarti. Karena manusia yang terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesamanya.
Wallahu A'lam
(wid)