Hati-hati dengan Syirik Tersembunyi
Senin, 13 Desember 2021 - 17:18 WIB
Dalam sebuah kisah, Ma’qil bin Yasar mengatakan bahwa dia pergi bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq ke tempatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Wahai Abu Bakar, syirik itu di dalam diri kalian lebih tersembunyi dari jalannya semut.”
Yang dimaksud di sini adalah riya ’ (keinginan untuk dilihat orang, keinginan untuk dipuji), itu lebih tersembunyi dari jalannya semut. Lalu Abu Bakar mengatakan:
“Bukankah syirik itu orang yang menyekutukan Allah?”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya. Sungguh syirik itu lebih tersembunyi daripada jalannya semut.”
Ustadz Syafiq menjelaskan, yang dimaksud adalah syirkul khafi atau syirik tersembunyi. Kita tahu bahwa orang-orang yang ahli ibadah mungkin setan sudah capek untuk menggoda orang ini dari sisi syahwatnya. Maka dia akan menggoda ahli ibadah dari sisi niat ibadahnya.
Lantas bagimana agar ibadah yang kita lakukan itu ikhlas dan ittiba'? Menurutnya, kita diciptakan untuk beribadah dan ibadah itu tidak diterima kecuali dengan dua persyaratan:
Harus ikhlas mengharapkan ridha Allah, tidak memandang kepada yang lainnya.
“Tidaklah manusia diperintahkan kecuali untuk beribadah mengikhlaskan (memurnikan) ketaatan untuk Allah saja...” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Hanya untuk Allah, bukan untuk yang lainnya. Maka tatkala kita beribadah, lelah, penat, capek kita bangun malam, kita keluarkan sedikit harta, meninggalkan negeri kita untuk berangkat umroh dan haji, kalau dalam ibadah kita ada riya’, maka selesai. Dalam hadis qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Aku adalah yang tidak butuh dengan partner/sekutu. Barangsiapa yang beramal suatu amalan lalu dia sisipkan dalam niatnya selain Aku, maka akan Aku tinggalkan dia dengan apa Aku disekutukan dengannya.” (HR. Muslim)
Wallahu A'lam
Yang dimaksud di sini adalah riya ’ (keinginan untuk dilihat orang, keinginan untuk dipuji), itu lebih tersembunyi dari jalannya semut. Lalu Abu Bakar mengatakan:
وَهَلِ الشِّرْكُ إِلاَّ مَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ؟
“Bukankah syirik itu orang yang menyekutukan Allah?”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَلشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya. Sungguh syirik itu lebih tersembunyi daripada jalannya semut.”
Ustadz Syafiq menjelaskan, yang dimaksud adalah syirkul khafi atau syirik tersembunyi. Kita tahu bahwa orang-orang yang ahli ibadah mungkin setan sudah capek untuk menggoda orang ini dari sisi syahwatnya. Maka dia akan menggoda ahli ibadah dari sisi niat ibadahnya.
Lantas bagimana agar ibadah yang kita lakukan itu ikhlas dan ittiba'? Menurutnya, kita diciptakan untuk beribadah dan ibadah itu tidak diterima kecuali dengan dua persyaratan:
Harus ikhlas mengharapkan ridha Allah, tidak memandang kepada yang lainnya.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Tidaklah manusia diperintahkan kecuali untuk beribadah mengikhlaskan (memurnikan) ketaatan untuk Allah saja...” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Hanya untuk Allah, bukan untuk yang lainnya. Maka tatkala kita beribadah, lelah, penat, capek kita bangun malam, kita keluarkan sedikit harta, meninggalkan negeri kita untuk berangkat umroh dan haji, kalau dalam ibadah kita ada riya’, maka selesai. Dalam hadis qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku adalah yang tidak butuh dengan partner/sekutu. Barangsiapa yang beramal suatu amalan lalu dia sisipkan dalam niatnya selain Aku, maka akan Aku tinggalkan dia dengan apa Aku disekutukan dengannya.” (HR. Muslim)
Wallahu A'lam
(wid)