Berserah Diri Pada Allah, Nabi Ibrahim Tolak Bantuan Mikail
Kamis, 23 April 2020 - 07:56 WIB
SUATU hari, ketika Ibrahim telah berumur 17 tahun dan telah banyak bergaul dengan banyak orang, dia diajak ke perayaan yang disebut sebagai perayaan tuhan-tuhan mereka. “Mari berangkat bersama kami ke perayaan tuhan-tuhan kami.” ( Baca juga: Takut Disalahkan, Sang Ayah Menyerahkan Nabi Ibrahim kepada Namrudz )
Berhala-berhala tersebut ditempatkan dalam satu bangunan yang terbuat dari batu pualam putih dan hijau. Di sana terdapat 73 berhala yang diletakkan di atas kursi terbuat dari emas.
Berhala yang terbesar di kepalanya ada mahkota bertahtakan mutiara yang indah, memiliki dua mata yang terbuat dari yakut merah, dan di kanan dan kirinya berjejer berhal-berhala yang lain.
Pada waktu hari raya, kaum itu suka membuat makanan dan meletakkannya di antara berhala-berhala dan setan-setan mengambilnya sehingga mereka menyangka bahwa berhala-berhala telah memakannya. Hal itu membuat mereka bahagia dan berkata, “Tuhan kami telah meridhai kami. Sebab itu, dia telah memakan makanan itu.”
Pada saat itu, kaum tersebut membuat makanan lalu meletakkannya di hadapan berhala di atas sebuah hidangan. Kemudian kaum itu pergi ke lapangan untuk merayakan hari raya. Hanya Ibrahim yang tidak pergi dan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku sakit” (QS 37: 89). Maka, mereka berkata, “Tinggalkan saja dia. Mungkin saja wabah kolera telah menimpanya.” ( Baca juga: Nabi Ibrahim Lahir dan Tinggal di Gua, Menyusu dari Jari-Jarinya )
Setelah Ibrahim ditinggalkan oleh mereka, dia mengambil kapak; lalu dia gunakan kapak itu untuk menghancurkan semua berhala kecuali yang paling besar.
Selanjutnya kapak tersebut digantungkan ke pundak berhala yang paling besar itu; lalu Ibrahim pergi. Ketika orang-orang kembali ke tempat berhala, mereka menemukan berhala-berhala itu telah hancur berantakan dan ada kapak yang tergantung di pundak berhala terbesar.
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan-perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, “kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Maka mereka (Namrudz) berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia (ibrahim) dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan” (QS 21: 59-61). ( Baca juga: Waktu Bayi Namrudz Dibuang Ibunya dan Disusui Macan Tutul )
Setelah Ibrahim datang, Namrudz berkata kepadanya, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka telah kembali kepada kesadaran, Ibrahim lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.”
Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata, “Maka mengapa kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?” (Ibrahim berkata), “Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS 21: 62-67).
Pada saat itu, Namrudz dan para pembantunya memperlihatkan kesombongannya. Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak” (QS 21: 68).
As-Sadi mengatakan bahwa, setelah Namrudz dan para pembantunya sepakat untuk membakar Ibrahim AS, dia memerintahkan untuk mengumpulkan kayu-kayu bakar dari gunung dengan diangkut oleh bagal.
Oleh karena itu, bagal diputuskan keturunannya oleh Allah. Mereka terus-menerus mengumpulkan kayu bakar hingga tiga bulan lamanya. Setelah kayu bakar itu terkumpul dan ditumpuk, mereka menyulutkan api ke tumpukan kayu bakar itu. Asapnya mengepul ke atas yang hampir saja membinasakan penduduk kota itu karena saking panasnya api dan kepulan asap.
Dalam situasi tersebut, sebagian orang ada yang bersembunyi ke liang-liang karena panasnya api. Api tersebut dinyalakan di sebuah kampung yang bernama Ghauthah. Panasnya api itu sampai ke Damaskus, Syam.
Mereka bingung bagaimana cara melemparkan Ibrahim ke api tersebut karena saking panasnya. Tidak ada seorangpun yang maju untuk melemparkan Ibrahim ke sana. Sehingga Iblis terlaknat datang dalam bentuk seorang laki-laki. Dia berkata kepada mereka, “Aku akan membuat manjanik (semacam alat pelempar) untuk dipakai kalian melempar Ibrahim.”
Iblis sebelumnya telah melihat manjanik-manjanik neraka yang dipersiapkan untuk melemparkan orang-orang kafir ke dalam lembah-lembah di neraka. Setelah Iblis selesai membuat manjanik, Namrudz merasa senang. Lalu mereka meletakkan Ibrahim di dalam sebuah tabut (peti) dan peti itu diletakkan di dalam manjanik. Mereka bermaksud melemparkannya ke dalam kobaran api.
Pada saat itu, malaikat yang ada di langit dan di bumi gaduh. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami dan Jujungan kami, hamba-Mu, Ibrahim, tidak menyembah kepada selain-Mu, mengapa dia dilemparkan ke dalam api?”
Allah mewahyukan kepada mereka, “Wahai para malaikat-Ku, apabila dia (Ibrahim) meminta pertolongan dari kalian, maka tolonglah dia!” Maka Malaikat Mikail AS datang kepada Ibrahim AS. dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar aku menurunkan hujan kepadamu dan memadamkan api ini tentu pada saat ini juga aku melakukannya.” Ibrahim AS menjawab, “Aku tidak membutuhkanmu.”
Kemudian Malaikat Jibril AS datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapun kepadamu, maka aku tidak membutuhkannya. Cukuplah bagiku Dia mengetahui keadaanku.”
Tiba-tiba sebuah panggilan dari atas menyeru, “Wahai Jibril, kepakkanlah sayapmu kepada api!” Atas seruan itu, Jibril mengepakkan sayapnya sehingga api itu padam dan api itu telah dijadikan dingin dan tidak mencelakakan. Dalilnya adalah firman Allah: Kami berfirman, “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS 21: 69).
Dari sisi Nabi Ibrahim, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api ada pohon delima, dan Nabi Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surga yang di atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya dipakai oleh Nabi Ibrahim. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api.
Pada saat itu, Namrudz yang dijauhkan dari rahmat Allah pergi ke suatu tempat yang tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah, tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz.
As-Sadi mengatakan, pada hari itu, banyak sekali orang yang beriman karena mereka melihat mukjizat yang diberikan kepada Ibrahim tersebut, yaitu tidak terbakar oleh api. Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.”
Berhala-berhala tersebut ditempatkan dalam satu bangunan yang terbuat dari batu pualam putih dan hijau. Di sana terdapat 73 berhala yang diletakkan di atas kursi terbuat dari emas.
Berhala yang terbesar di kepalanya ada mahkota bertahtakan mutiara yang indah, memiliki dua mata yang terbuat dari yakut merah, dan di kanan dan kirinya berjejer berhal-berhala yang lain.
Pada waktu hari raya, kaum itu suka membuat makanan dan meletakkannya di antara berhala-berhala dan setan-setan mengambilnya sehingga mereka menyangka bahwa berhala-berhala telah memakannya. Hal itu membuat mereka bahagia dan berkata, “Tuhan kami telah meridhai kami. Sebab itu, dia telah memakan makanan itu.”
Pada saat itu, kaum tersebut membuat makanan lalu meletakkannya di hadapan berhala di atas sebuah hidangan. Kemudian kaum itu pergi ke lapangan untuk merayakan hari raya. Hanya Ibrahim yang tidak pergi dan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku sakit” (QS 37: 89). Maka, mereka berkata, “Tinggalkan saja dia. Mungkin saja wabah kolera telah menimpanya.” ( Baca juga: Nabi Ibrahim Lahir dan Tinggal di Gua, Menyusu dari Jari-Jarinya )
Setelah Ibrahim ditinggalkan oleh mereka, dia mengambil kapak; lalu dia gunakan kapak itu untuk menghancurkan semua berhala kecuali yang paling besar.
Selanjutnya kapak tersebut digantungkan ke pundak berhala yang paling besar itu; lalu Ibrahim pergi. Ketika orang-orang kembali ke tempat berhala, mereka menemukan berhala-berhala itu telah hancur berantakan dan ada kapak yang tergantung di pundak berhala terbesar.
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan-perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, “kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Maka mereka (Namrudz) berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia (ibrahim) dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan” (QS 21: 59-61). ( Baca juga: Waktu Bayi Namrudz Dibuang Ibunya dan Disusui Macan Tutul )
Setelah Ibrahim datang, Namrudz berkata kepadanya, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka telah kembali kepada kesadaran, Ibrahim lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.”
Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata, “Maka mengapa kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?” (Ibrahim berkata), “Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS 21: 62-67).
Pada saat itu, Namrudz dan para pembantunya memperlihatkan kesombongannya. Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak” (QS 21: 68).
As-Sadi mengatakan bahwa, setelah Namrudz dan para pembantunya sepakat untuk membakar Ibrahim AS, dia memerintahkan untuk mengumpulkan kayu-kayu bakar dari gunung dengan diangkut oleh bagal.
Oleh karena itu, bagal diputuskan keturunannya oleh Allah. Mereka terus-menerus mengumpulkan kayu bakar hingga tiga bulan lamanya. Setelah kayu bakar itu terkumpul dan ditumpuk, mereka menyulutkan api ke tumpukan kayu bakar itu. Asapnya mengepul ke atas yang hampir saja membinasakan penduduk kota itu karena saking panasnya api dan kepulan asap.
Dalam situasi tersebut, sebagian orang ada yang bersembunyi ke liang-liang karena panasnya api. Api tersebut dinyalakan di sebuah kampung yang bernama Ghauthah. Panasnya api itu sampai ke Damaskus, Syam.
Mereka bingung bagaimana cara melemparkan Ibrahim ke api tersebut karena saking panasnya. Tidak ada seorangpun yang maju untuk melemparkan Ibrahim ke sana. Sehingga Iblis terlaknat datang dalam bentuk seorang laki-laki. Dia berkata kepada mereka, “Aku akan membuat manjanik (semacam alat pelempar) untuk dipakai kalian melempar Ibrahim.”
Iblis sebelumnya telah melihat manjanik-manjanik neraka yang dipersiapkan untuk melemparkan orang-orang kafir ke dalam lembah-lembah di neraka. Setelah Iblis selesai membuat manjanik, Namrudz merasa senang. Lalu mereka meletakkan Ibrahim di dalam sebuah tabut (peti) dan peti itu diletakkan di dalam manjanik. Mereka bermaksud melemparkannya ke dalam kobaran api.
Pada saat itu, malaikat yang ada di langit dan di bumi gaduh. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami dan Jujungan kami, hamba-Mu, Ibrahim, tidak menyembah kepada selain-Mu, mengapa dia dilemparkan ke dalam api?”
Allah mewahyukan kepada mereka, “Wahai para malaikat-Ku, apabila dia (Ibrahim) meminta pertolongan dari kalian, maka tolonglah dia!” Maka Malaikat Mikail AS datang kepada Ibrahim AS. dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar aku menurunkan hujan kepadamu dan memadamkan api ini tentu pada saat ini juga aku melakukannya.” Ibrahim AS menjawab, “Aku tidak membutuhkanmu.”
Kemudian Malaikat Jibril AS datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapun kepadamu, maka aku tidak membutuhkannya. Cukuplah bagiku Dia mengetahui keadaanku.”
Tiba-tiba sebuah panggilan dari atas menyeru, “Wahai Jibril, kepakkanlah sayapmu kepada api!” Atas seruan itu, Jibril mengepakkan sayapnya sehingga api itu padam dan api itu telah dijadikan dingin dan tidak mencelakakan. Dalilnya adalah firman Allah: Kami berfirman, “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS 21: 69).
Dari sisi Nabi Ibrahim, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api ada pohon delima, dan Nabi Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surga yang di atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya dipakai oleh Nabi Ibrahim. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api.
Pada saat itu, Namrudz yang dijauhkan dari rahmat Allah pergi ke suatu tempat yang tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah, tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz.
As-Sadi mengatakan, pada hari itu, banyak sekali orang yang beriman karena mereka melihat mukjizat yang diberikan kepada Ibrahim tersebut, yaitu tidak terbakar oleh api. Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.”
(mhy)