Surat Yasin Ayat 47: Ajaran Kasih Sayang Meski Beda Keyakinan

Jum'at, 07 Januari 2022 - 11:38 WIB
Berkenaan dengan anjuran untuk berinfak ini merupakan ketetapan Allah yang bersifat tasyri’. Maka dari itu manusia dianugerahi kebebasan untuk mengikuti anjuran atau tidak. Barangkali ini yang disebut Wahbah Zuhaili dengan “seakan-akan Allah berlepas dengan takdirnya”.

Hal itu ia sampaikan dalam al-Tafsir al-Munir. Wahbah menyatakan bahwa alasan yang dilontarkan oleh orang musyrik tersebut ngawur.

Menurutnya, ketika Allah SWT menganugerahkan kepemilikan sebuah harta, pada saat itu juga Allah mewajibkan kepada si pemilik untuk menunaikan hak-hak atas hartanya. Lalu seakan-akan Allah berlepas dari takdirnya, karena keputusan akan beralih kepada si pemilik harta, apakah dia akan menunaikan hak-haknya atau tidak.

Terkait dengan kalimat mim ma razaqakumullah (مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ) Quraish menyatakan bahwa yang dimaskud dengan itu adalah harta benda yang dimiliki dan dinikmati serta berada dalam kekuasannya.

Hal itu juga mengindikasikan bahwa harta benda yang mereka miliki itu merupakan anugerah Allah dan seyogianya si pemilik harus menunaikan hak-haknya, salah satunya adalah menginfakkan sebagian hartanya kepada fakir miskin. Terlebih dalam kondisi sulit.

Berinfak tidak mesti makanan, meskipun redaksi ayat merujuk pada makanan, yakni pada kata anut’imu (اَنُطْعِمُ). Namun menurut Ibnu ‘Asyur kata infak tidak mesti memberi makanan. Kata itu juga bisa bermakna memberi pakaian maupun tempat tinggal.

Ibnu ‘Asyur menambahkan bahwa alasan penyebutan anut’imu (اَنُطْعِمُ) ini karena hal itu merupakan paling mudahnya infak.



Terkait hal ini Quraish Shihab mempunyai analisis menarik. Menurutnya, pembatasan pada kata anut’imu (اَنُطْعِمُ) bisa jadi bertujuan untuk menggambarkan kekikiran dan ketidak pedulian mereka terhadap kaum lemah, sehingga hal termudah seperti memberi makanan yang notabene kebutuhan pokok saja mereka enggan memberinya. Apalagi keengganan mereka itu didasari oleh perbedaan keyakinan sebagaimana yang telah disebut di atas.

Tidak berhenti di situ saja. setelah mereka menolak anjuran untu berinfak, mereka lantas menganggap bahwa apa yang dilakukan orang-orang mukmin dengan mengajurkan mereka berinfak merupakan kesesatan yang nyata. Jelas-jelas ini menciderai kemanusiaan. Seharusnya perbedaan, lebih-lebih perbedaan keyakinan, tidak menghalangi kerja-kerja kemanusiaan. Jika mereka bukan saudara dalam iman, mereka adalah saudara dalam kemanusiaan.

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
لَا يَنۡهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يُقَاتِلُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوۡكُمۡ مِّنۡ دِيَارِكُمۡ اَنۡ تَبَرُّوۡهُمۡ وَ تُقۡسِطُوۡۤا اِلَيۡهِمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُقۡسِطِيۡنَ‏
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

(QS. Al-Mumtahanah Ayat 8)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More