Gus Baha: Orang Islam Harusnya Setiap Hari Memperingati Maulid Nabi
Jum'at, 21 Januari 2022 - 05:10 WIB
Ulama ahli tafsir Qur'an asal Rembang, Gus Baha (KH Ahmad Bahauddin Nursalim) mengatakan seharusnya orang Islam setiap hari memperingati Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW).
Dalam satu kajiannya dilansir dari kanal Youtube, Gus Baha menyampaikan logika sederhana mengapa umat muslim harus memperingati kelahiran Rasulullah SAW. Berikut penjelasannya saat mengkaji Kitab Maulid Diba.
"Jika setiap saat mengadakan sholawat setiap hari, dengan meletakkan pandangan tanpa berkendara unta." Maksudnya Nabi itu menjadikan suatu pokok pandangan kita agar setiap hari kita ingat kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Andaikan kita beramal setiap saat untuk memperingati kelahiran Rasulullah, seharusnya orang Islam setiap hari memperingati Maulid. Karena memperingati Maulid merupakan bukti cinta kepada Rasulullah. Maksud dari Imam ad-Diba, andaikan setiap hari seseorang mengadakan Maulid, itu normal saja karena kita punya nikmat sebesar itu.
Kita dikasih nikmat besar dengan lahirnya kanjeng Nabi Muhammad, maka kita memperingati Maulid Nabi setiap hari ya pantas saja. Tapi jangan sampai berutang atau sumbangan untuk bikin acaranya ya. Kalau seperti itu yang dapat pahala tentu yang menyumbang, bukan yang mengadakan Maulid. (heheh)
Karena kita orang berilmu, maka ketika acara Maulid jangan hanya bernyanyi saja. Tapi belajar hukum-hukum yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Sebab, apa gunanya ikut Maulid tetapi tidak tahu hukum tentang najis. Bagaimana hukum halal haram, siapa saja yang menjadi wali ketika menikah.
Setiap waktu bermohonlah agar rahmat Allah Al-Muhaimin selalu tercurah untuk Beliau. Jika bintang-bintang masih bercahaya, semoga sholawat terlimpahkan kepada Nabi, keluarga dan semua sahabat beliau. Inilah yang menjadi ciri khas ahlus sunnah waljamaah yang senantiasa bersholawat kepada Baginda Nabi dan semua sahabat.
Sholawat yang kita baca harus sampai kepada semua sahabat Nabi. Kita dengan Syi'ah sama-sama menaruh hormat kepada keluarga Nabi. Tapi yang menjadi pembeda adalah hormat dengan sahabat. Kalau Syi'ah, ada sahabat yang dihormati dan ada yang tidak. Syi'ah menghormati Ali, tetapi membenci Abu Bakar. Kalau kita (ahlus sunnah) menghormati semua sahabat.
Orang yang bersholawat dan salam nanti pada hari Kiamat tidak akan merugi. Seperti disampaikan manusia yang ilmunya seluas lautan yaitu Sayyidina Abdullah bin Abbas, berkata bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang Quraisy (kanjeng Nabi) yang ketika itu masih berwujud Nur di hadapan Allah sebelum diciptakannya Nabi Adam 'alaihissalam." Jadi Nur (cahaya) Muhammad itu sudah ada sebelum dua ribu tahun diciptakannya Nabi Adam.
Nur tersebut selalu bertasbih kepada Allah dan para Malaikat juga bertasbih mengikuti Nur itu. Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Nur itu diletakkan di tanah diciptakannya Nabi Adam. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Allah menurunkan Nur itu ke bumi melalui punggung Nabi Adam."
Kemudian Allah membawa Nur tadi ke dalam kapal yang diletakkan di punggung Nabi Nuh. Dan menjadikan Nur tadi di dalam punggung Nabi Ibrahim 'alahissalam ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api.
Allah tiada henti-hentinya memindahkan Nur itu dari punggung-punggung yang suci kepada rahim yang suci dan membanggakan. Jadi dalam Kitab Maulid Barjanzi juga diterangkan sama. "Bagaimana mungkin Nabi lewat dari ayah dan kakek yang kafir, padahal orang kafir itu najis. Masa Nur yang suci lewat dari orang yang najis. Itu tidak mungkin!
"Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua orang tuaku." Kedua orang tua Nabi sama sekali tidak pernah berbuat zina. Makanya kakek dan nenek Nabi itu semuanya terbebas dari zina.
Demikian sekilas perjalanan Nur Nabi Muhammad hingga dilahirkan menjadi sosok manusia mulia yang menjadi teladan dan pemimpin umat manusia.
Berikut Video Ceramah Gus Baha Dilansir dari Channel Santri Gayeng, 19 November 2020:
Dalam satu kajiannya dilansir dari kanal Youtube, Gus Baha menyampaikan logika sederhana mengapa umat muslim harus memperingati kelahiran Rasulullah SAW. Berikut penjelasannya saat mengkaji Kitab Maulid Diba.
"Jika setiap saat mengadakan sholawat setiap hari, dengan meletakkan pandangan tanpa berkendara unta." Maksudnya Nabi itu menjadikan suatu pokok pandangan kita agar setiap hari kita ingat kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Andaikan kita beramal setiap saat untuk memperingati kelahiran Rasulullah, seharusnya orang Islam setiap hari memperingati Maulid. Karena memperingati Maulid merupakan bukti cinta kepada Rasulullah. Maksud dari Imam ad-Diba, andaikan setiap hari seseorang mengadakan Maulid, itu normal saja karena kita punya nikmat sebesar itu.
Kita dikasih nikmat besar dengan lahirnya kanjeng Nabi Muhammad, maka kita memperingati Maulid Nabi setiap hari ya pantas saja. Tapi jangan sampai berutang atau sumbangan untuk bikin acaranya ya. Kalau seperti itu yang dapat pahala tentu yang menyumbang, bukan yang mengadakan Maulid. (heheh)
Karena kita orang berilmu, maka ketika acara Maulid jangan hanya bernyanyi saja. Tapi belajar hukum-hukum yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Sebab, apa gunanya ikut Maulid tetapi tidak tahu hukum tentang najis. Bagaimana hukum halal haram, siapa saja yang menjadi wali ketika menikah.
Setiap waktu bermohonlah agar rahmat Allah Al-Muhaimin selalu tercurah untuk Beliau. Jika bintang-bintang masih bercahaya, semoga sholawat terlimpahkan kepada Nabi, keluarga dan semua sahabat beliau. Inilah yang menjadi ciri khas ahlus sunnah waljamaah yang senantiasa bersholawat kepada Baginda Nabi dan semua sahabat.
Sholawat yang kita baca harus sampai kepada semua sahabat Nabi. Kita dengan Syi'ah sama-sama menaruh hormat kepada keluarga Nabi. Tapi yang menjadi pembeda adalah hormat dengan sahabat. Kalau Syi'ah, ada sahabat yang dihormati dan ada yang tidak. Syi'ah menghormati Ali, tetapi membenci Abu Bakar. Kalau kita (ahlus sunnah) menghormati semua sahabat.
Orang yang bersholawat dan salam nanti pada hari Kiamat tidak akan merugi. Seperti disampaikan manusia yang ilmunya seluas lautan yaitu Sayyidina Abdullah bin Abbas, berkata bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang Quraisy (kanjeng Nabi) yang ketika itu masih berwujud Nur di hadapan Allah sebelum diciptakannya Nabi Adam 'alaihissalam." Jadi Nur (cahaya) Muhammad itu sudah ada sebelum dua ribu tahun diciptakannya Nabi Adam.
Nur tersebut selalu bertasbih kepada Allah dan para Malaikat juga bertasbih mengikuti Nur itu. Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Nur itu diletakkan di tanah diciptakannya Nabi Adam. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Allah menurunkan Nur itu ke bumi melalui punggung Nabi Adam."
Kemudian Allah membawa Nur tadi ke dalam kapal yang diletakkan di punggung Nabi Nuh. Dan menjadikan Nur tadi di dalam punggung Nabi Ibrahim 'alahissalam ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api.
Allah tiada henti-hentinya memindahkan Nur itu dari punggung-punggung yang suci kepada rahim yang suci dan membanggakan. Jadi dalam Kitab Maulid Barjanzi juga diterangkan sama. "Bagaimana mungkin Nabi lewat dari ayah dan kakek yang kafir, padahal orang kafir itu najis. Masa Nur yang suci lewat dari orang yang najis. Itu tidak mungkin!
"Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua orang tuaku." Kedua orang tua Nabi sama sekali tidak pernah berbuat zina. Makanya kakek dan nenek Nabi itu semuanya terbebas dari zina.
Demikian sekilas perjalanan Nur Nabi Muhammad hingga dilahirkan menjadi sosok manusia mulia yang menjadi teladan dan pemimpin umat manusia.
Berikut Video Ceramah Gus Baha Dilansir dari Channel Santri Gayeng, 19 November 2020:
(rhs)