Surat Yasin Ayat 66-67: Kuasa Allah Taala Membutakan Mata Para Pendosa
Jum'at, 28 Januari 2022 - 08:29 WIB
Berdasarkan pengaitan yang dilakukan Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir terhadap ayat sebelumnya, yakni terkait dengan keadaan para pendosa yang sama sekali tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri karena anggota tubuh mereka memberikan kesaksian murni atas perbuatannya di dunia, lalu ada sebagian orang mukmin yang mengharapkan sesuatu dari kejadian itu.
Sebagian dari orang-orang mukmin itu berharap mengapa keadaan semacam itu tidak langsung saja diberikan ketika di dunia agar mereka segera menyadari kebenaran. Tentunya Allah sangat bisa untuk melakukannya. Namun, tambah Ibnu ‘Asyur, hal itu tidak terjadi karena Allah mempunyai perhitungan lain berdasarkan pengetahuanNya dan hikmah di baliknya.
Menilik dari segi bahasa, al-Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf memaknai kata thamasa (طمَس) yang berakar kata thams (طمْس) arti leksikalnya adalah hilangnya sayatan pada mata -yang membuat mata mengelopak- sehingga bola mata menjadi tertutup. Allah menghapusnya sama sekali sehingga para pendosa itu buta tidak dapat menemukan arah karena tersesat.
Selain itu, jika Allah berkehendak untuk mengubah bentuk fisik mereka maka hal itu akan sangat mudah terjadi. Mengubah bentuk di sini menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah adalah merubah bentuk sesuatu kepada bentuk lain yang sama sekali berbeda dengan bentuk sebelumnya.
Mengenai pengubahan bentuk ini, Quraish Shihab mencotohkannya dengan ayat ke 65 dalam surah al-Baqarah berikut:
“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”. ( QS Al-Baqarah : 65)
Ayat di atas berbicara mengenai orang-orang yang melanggar perintah Allah. Karena perilakunya yang melewati batas akhirnya Allah SWT menyiksa mereka secara langsung dengan mengubah bentuk mereka menjadi seperti kera. Perubahan bentuk ini adalah sama sekali berbeda dengan sebelumnya dari manusia menjadi kera. Dan sekali lagi, Allah sangat kuasa untuk itu.
Menghilangkan penglihatan dan mengubah bentuk fisik tentunya merupakan hal sangat mudah bagi Allah SWT.
Al-Zamakhasyari dalam al-Kasysyaf menuturkan bahwa bila Allah berkehendak menghapus penglihatan mereka tentunya akan terjadi begitu saja. Tapi apakah dengan ini segala urusan akan selesai?
Tentunya tidak, karena kita meyakini bahwa sunnatullah berjalan sebagaimana mestinya. Allah Maha Adil sehingga tidak akan menyalahi hal-hal yang sudah menjadi jalannya. Allah Swt benar-benar memberikan kebebasan memilih kepada manusia. Sejalan dengan anugerah itu Allah memberi akal agar manusia mampu membedakan antara yang hak dan batil.
Adanya pengandaian dalam dua ayat di atas menurut Ibnu ‘Asyur adalah sebagai bentuk motivasi kepada orang-orang mukmin agar senantiasa sabar dan tabah menghadapi perilaku orang-orang musyrik sampai tiba datangnya pertolongan Allah SWT.
Sebagian dari orang-orang mukmin itu berharap mengapa keadaan semacam itu tidak langsung saja diberikan ketika di dunia agar mereka segera menyadari kebenaran. Tentunya Allah sangat bisa untuk melakukannya. Namun, tambah Ibnu ‘Asyur, hal itu tidak terjadi karena Allah mempunyai perhitungan lain berdasarkan pengetahuanNya dan hikmah di baliknya.
Menilik dari segi bahasa, al-Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf memaknai kata thamasa (طمَس) yang berakar kata thams (طمْس) arti leksikalnya adalah hilangnya sayatan pada mata -yang membuat mata mengelopak- sehingga bola mata menjadi tertutup. Allah menghapusnya sama sekali sehingga para pendosa itu buta tidak dapat menemukan arah karena tersesat.
Selain itu, jika Allah berkehendak untuk mengubah bentuk fisik mereka maka hal itu akan sangat mudah terjadi. Mengubah bentuk di sini menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah adalah merubah bentuk sesuatu kepada bentuk lain yang sama sekali berbeda dengan bentuk sebelumnya.
Mengenai pengubahan bentuk ini, Quraish Shihab mencotohkannya dengan ayat ke 65 dalam surah al-Baqarah berikut:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِى السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خٰسِـِٕيْنَ
“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!”. ( QS Al-Baqarah : 65)
Ayat di atas berbicara mengenai orang-orang yang melanggar perintah Allah. Karena perilakunya yang melewati batas akhirnya Allah SWT menyiksa mereka secara langsung dengan mengubah bentuk mereka menjadi seperti kera. Perubahan bentuk ini adalah sama sekali berbeda dengan sebelumnya dari manusia menjadi kera. Dan sekali lagi, Allah sangat kuasa untuk itu.
Menghilangkan penglihatan dan mengubah bentuk fisik tentunya merupakan hal sangat mudah bagi Allah SWT.
Al-Zamakhasyari dalam al-Kasysyaf menuturkan bahwa bila Allah berkehendak menghapus penglihatan mereka tentunya akan terjadi begitu saja. Tapi apakah dengan ini segala urusan akan selesai?
Tentunya tidak, karena kita meyakini bahwa sunnatullah berjalan sebagaimana mestinya. Allah Maha Adil sehingga tidak akan menyalahi hal-hal yang sudah menjadi jalannya. Allah Swt benar-benar memberikan kebebasan memilih kepada manusia. Sejalan dengan anugerah itu Allah memberi akal agar manusia mampu membedakan antara yang hak dan batil.
Adanya pengandaian dalam dua ayat di atas menurut Ibnu ‘Asyur adalah sebagai bentuk motivasi kepada orang-orang mukmin agar senantiasa sabar dan tabah menghadapi perilaku orang-orang musyrik sampai tiba datangnya pertolongan Allah SWT.
(mhy)