Hidayah Hijrah, Anugerah Terindah Dari Allah SWT
Selasa, 16 Juni 2020 - 15:48 WIB
Muslimah, jika engkau merasa hari ini lebih baik agamamu, itu adalah anugerah Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan jika hari ini engkau merasa pakaianmu sudah sempurna sesuai dengan syariat Allah, maka itu juga adalah anugerah Allah. Bahkan, jika hari ini hatimu lebih ikhlas, lisanmu basah dengam zikrullah, lima waktu salatmu tepat waktu, hal itu merupakan anugerah Allah yang sangat besar. Artinya, semua hijrahmu adalah anugerah Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Ya, bersyukurlah atas hijrah yang dipilih. Ketetapan hati untuk berhijrah, hakikatnya adalah ketetapan Allah. Engkau berlari menjauhi maksiat untuk mendatangi ridha Allah. Semua adalah kehendak Allah. Hidayah hijrah adalah anugerah Allah.
Dalam sebuah hadits quds i Allah Ta’ala berfirman :
*يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ*
“Wahai sekalian hamba-Ku, kalian semua berada dalam kesesatan kecuali yang Kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya akan Kuberi petunjuk.” (HR. Muslim)
Hadis itu memberikan beberapa pelajaran. Pertama, bila seorang bertanya tentang anugerah Allah yang terindah, maka hidayahlah jawabannya. Bisa salat tepat waktu karena hidayah dari Allah. Bisa puasa karena hidayah dari Allah. Muslimah bisa menuntut ilmu karena hidayah dari Allah, dan seterusnya. Bahkan, kita bisa hidup bersama Allah karena hidayah-Nya. Merasakan manisnya iman dan indahnya Islam juga karena hidayah-Nya. (Baca juga : Mengenal 9 Wanita Mulia Yang Dijamin Masuk Surga )
Kedua, Allah Ta’ala memerintahkan kita, untuk meminta petunjuk-Nya, karena hanya Allah saja yang bisa membuka hati kita, menjadikan hati tunduk dan ridho terhadap kebenaran.
Ketiga, hidayah adalah anugerah Allah yang teragung dan terindah. Bila kita diperintahkan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah, maka nikmat hidayah adalah yang paling harus kita syukuri. Syukur dengan ucapan, perbuatan dan pengakuan bahwa nikmat itu datang dari Allah.
Keempat, Imam Asy-Syuyuthi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya, mengenai sebab turunnya ayat dibawah ini. Beliau menukil riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu,
*عن ابن عباس قال: خرج أمية بن خلف وأبو جهل بن هشام ورجال من قريش، فأتوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: يا محمد تعالى فاستلم آلهتنا وندخل معك في دينك، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يشتد عليه فراق قومه ويحب إسلامهم فرقّ لهم، فأنزل الله :*
﴿ وَإِن كَادُواْ لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذاً لاَّتَخَذُوكَ خَلِيلاً .. وَلَوْلاَ أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئاً قَلِيلاً ﴿74 ﴾ إِذاً لَّأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيراً ﴾[الإسراء:73-75] قلت وهذا أصح ما ورد في سبب نزولها وهو إسناد جيد وله شاهد.
Ibnu Abbas berkata,” Umayah bin Kholaf, Abu Jahl serta beberapa orang Quraisy pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata, "Wahai Muhammad kemari sembahlah Tuhan kami, niscaya kami akan masuk ke agamamu bersamamu.”
Berat terasa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpisah dengan kaumnya, beliau amat menginginkan keislaman mereka. (Di saat beliau berada dalam dilema) Allah menurunkan ayat,
“Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami. Dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, (di atas hidayah), niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (QS. Al-Isra’: 73-74).
Asy-Suyuti melanjutkan, ” Saya berpendapat bahwa riwayat ini adalah riwayat paling shahih yang menceritakan tentang sebab turunnya ayat diatas. Sanadnya jayyid dan ada syahidnya (ada sanad lain yang menguatkan sanad ini).” (Kitab Lubab At-Taquul fi Asbaabi An-Nuzul).
Kelima, Allah Ta’ala mengingatkan Rasul-Nya bahwa hidayah serta taufik yang menjadikan hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap teguh di atas kebenaran adalah dari Allah Ta’ala. Apalagi kita manusia biasa yang berlumuran dosa? Sungguh hidayah adalah anugerah Allah. Jangan pernah mengira bahwa hidayah yang kita dapatkan, karena usaha kita sendiri. Namun sadarilah bahwa itu semua adalah anugerah Allah Ta’ala.
Maka segala puji bagi Allah atas nikmat hidayah. Kita bisa bayangkan betapa besar karunia Allah kepada hambaNya, Dialah Allah yang telah menetapkan syariat dan jenis-jenis ibadah yang mendatangkan pahala. Allah juga yang memberi pahala atas ibadah yang kita lakukan, bahkan melipatkan pahala menjadi berlipat ganda. Allah pula yang telah menyiapkan surga sebagai tempat kembali untuk hamba-hamba-Nya yang saleh. (Baca juga : Pamer Amal di Medsos? Hati-hati Dengan Riya dan Sum'ah )
Bahkan, Allah senantiasa memberi taufik serta hidayah untuk melakukan kebaikan dan istoqomah di atas jalan kebenaran kepada hamba-Nya. Padahal Allah Ta’ala tidak butuh kita, tidak butuh ibadah kita.
*وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ*
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 16)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
*اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ*
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)
Semoga para muslimah bisa konsisten menjaga hidayah hijrahnya.
Wallahu A'lam
Ya, bersyukurlah atas hijrah yang dipilih. Ketetapan hati untuk berhijrah, hakikatnya adalah ketetapan Allah. Engkau berlari menjauhi maksiat untuk mendatangi ridha Allah. Semua adalah kehendak Allah. Hidayah hijrah adalah anugerah Allah.
Dalam sebuah hadits quds i Allah Ta’ala berfirman :
*يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ*
“Wahai sekalian hamba-Ku, kalian semua berada dalam kesesatan kecuali yang Kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya akan Kuberi petunjuk.” (HR. Muslim)
Hadis itu memberikan beberapa pelajaran. Pertama, bila seorang bertanya tentang anugerah Allah yang terindah, maka hidayahlah jawabannya. Bisa salat tepat waktu karena hidayah dari Allah. Bisa puasa karena hidayah dari Allah. Muslimah bisa menuntut ilmu karena hidayah dari Allah, dan seterusnya. Bahkan, kita bisa hidup bersama Allah karena hidayah-Nya. Merasakan manisnya iman dan indahnya Islam juga karena hidayah-Nya. (Baca juga : Mengenal 9 Wanita Mulia Yang Dijamin Masuk Surga )
Kedua, Allah Ta’ala memerintahkan kita, untuk meminta petunjuk-Nya, karena hanya Allah saja yang bisa membuka hati kita, menjadikan hati tunduk dan ridho terhadap kebenaran.
Ketiga, hidayah adalah anugerah Allah yang teragung dan terindah. Bila kita diperintahkan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah, maka nikmat hidayah adalah yang paling harus kita syukuri. Syukur dengan ucapan, perbuatan dan pengakuan bahwa nikmat itu datang dari Allah.
Keempat, Imam Asy-Syuyuthi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya, mengenai sebab turunnya ayat dibawah ini. Beliau menukil riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu,
*عن ابن عباس قال: خرج أمية بن خلف وأبو جهل بن هشام ورجال من قريش، فأتوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: يا محمد تعالى فاستلم آلهتنا وندخل معك في دينك، وكان رسول الله صلى الله عليه وسلم يشتد عليه فراق قومه ويحب إسلامهم فرقّ لهم، فأنزل الله :*
﴿ وَإِن كَادُواْ لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذاً لاَّتَخَذُوكَ خَلِيلاً .. وَلَوْلاَ أَن ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئاً قَلِيلاً ﴿74 ﴾ إِذاً لَّأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيراً ﴾[الإسراء:73-75] قلت وهذا أصح ما ورد في سبب نزولها وهو إسناد جيد وله شاهد.
Ibnu Abbas berkata,” Umayah bin Kholaf, Abu Jahl serta beberapa orang Quraisy pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata, "Wahai Muhammad kemari sembahlah Tuhan kami, niscaya kami akan masuk ke agamamu bersamamu.”
Berat terasa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpisah dengan kaumnya, beliau amat menginginkan keislaman mereka. (Di saat beliau berada dalam dilema) Allah menurunkan ayat,
“Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami. Dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, (di atas hidayah), niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” (QS. Al-Isra’: 73-74).
Asy-Suyuti melanjutkan, ” Saya berpendapat bahwa riwayat ini adalah riwayat paling shahih yang menceritakan tentang sebab turunnya ayat diatas. Sanadnya jayyid dan ada syahidnya (ada sanad lain yang menguatkan sanad ini).” (Kitab Lubab At-Taquul fi Asbaabi An-Nuzul).
Kelima, Allah Ta’ala mengingatkan Rasul-Nya bahwa hidayah serta taufik yang menjadikan hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap teguh di atas kebenaran adalah dari Allah Ta’ala. Apalagi kita manusia biasa yang berlumuran dosa? Sungguh hidayah adalah anugerah Allah. Jangan pernah mengira bahwa hidayah yang kita dapatkan, karena usaha kita sendiri. Namun sadarilah bahwa itu semua adalah anugerah Allah Ta’ala.
Maka segala puji bagi Allah atas nikmat hidayah. Kita bisa bayangkan betapa besar karunia Allah kepada hambaNya, Dialah Allah yang telah menetapkan syariat dan jenis-jenis ibadah yang mendatangkan pahala. Allah juga yang memberi pahala atas ibadah yang kita lakukan, bahkan melipatkan pahala menjadi berlipat ganda. Allah pula yang telah menyiapkan surga sebagai tempat kembali untuk hamba-hamba-Nya yang saleh. (Baca juga : Pamer Amal di Medsos? Hati-hati Dengan Riya dan Sum'ah )
Bahkan, Allah senantiasa memberi taufik serta hidayah untuk melakukan kebaikan dan istoqomah di atas jalan kebenaran kepada hamba-Nya. Padahal Allah Ta’ala tidak butuh kita, tidak butuh ibadah kita.
*وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ*
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 16)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
*اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ*
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)
Semoga para muslimah bisa konsisten menjaga hidayah hijrahnya.
Wallahu A'lam
(wid)