Kisah Nabi Ilyas dan Nabi Ilyasa: Anak Angkat yang Menjadi Pelanjut Tugas Kenabian
Sabtu, 19 Maret 2022 - 15:50 WIB
Kisah pertemuan Nabi Ilyas dan Ilyasa terjadi tatkala Nabi Ilyas menjadi buruan Raja Israil. Kala itu, Ilyasa masih muda dan menderita sakit. Nabi Ilyas berdoa untuk kesembuhan Ilyasa. Setelah sembuh, Ilyasa menjadi anak angkat sekaligus murid Nabi Ilyas.
Menurut Wahb bin Munabbih, Nabi Ilyas as merupakan putra Nissi bin Fanhas bin al-‘Izar bin Harun bin Imran. Sedangkan Menurut Ibn Ishaq, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam "Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul" Nabi Ilyas adalah putera Yusa ibn Fanhash ibn al-‘Izar ibn Harun, saudaranya Musa. Wahb juga menambahkan bahwa masa spesifik pengutusan Nabi Ilyas kepada Bani Israil adalah sesudah Hizqil as (Hezkiel).
Nabi Ilyas diutus oleh Allah SWT setelah Nabi Daud dan Sulaiman. Beliau diperintahkan berdakwah kepada kaum Baal di Kota Ba’albak yang terletak di daerah sebelah barat Damaskus (Suriah). Daerah tersebut kini masuk wilayah Lebanon. Mereka adalah kelompok Bani Israil yang menyembah berhala Ba’al. Nabi Ilyas menyeru mereka agar hanya menyembah kepada Allah dan mengesakan-Nya.
Kisah Dalam Al-Qur'an
Nama Nabi Ilyas sendiri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, yaitu di Surat al-An’am ayat 85 dan ash-Shaffat ayat 123, 129, dan 130.
Sedangkan, kisah tentang perjuangan Nabi Ilyas dalam memperingatkan kaumnya termuat dalam surat ash-Shaffat ayat 124 hingga 128. Tidak banyak ayat yang menceritakan tentang kisah Nabi Ilyas. Namun, keberadaannya sebagai nabi dan Rasul Allah SWT sangat jelas disebutkan dalam surat ash-Shaffat ayat 123 tersebut.
Firman Allah swt:
“Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul.” ( QS Ash-Shaffat [37]: 123)
Nabi Ilyas as lahir di tengah-tengah kaum penyembah berhala. Mereka bersama Raja Ahab yang kejam membuat dan menyembah patung Baal besar di tengah kota untuk dijadikan sebagai pusat penyembahan.
Nabi Ilyas seringkali berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” ( QS. Ash-Shaffat : 124-126).
Mendengar ajakan dari Nabi Ilyas, kaum Bani Israil begitu marah dan berkata, “Hai Ilyas, berani sekali engkau meminta kepada kaum kami untuk meninggalkan tuhan-tuhan kami. Sesungguhnya, kami melakukan hal itu karena bapak-bapak kami juga telah melakukan hal tersebut.”
Nabi Ilyas kemudian segera mendatangi Raja Ahab dan mengatakan bahwa jika mereka tidak bertaubat, maka Allah akan mendatangkan malapetaka berupa kemarau panjang selama tiga tahun.
Nabi Ilyas juga mengingatkan bahwa berhala yang mereka sembah itu tak akan mampu menolong ketika penduduk mendapat azab. Namun rupanya peringatannya justru membuat penduduk marah dan terusik.
Mereka mengusir Nabi Ilyas dan melemparinya dengan batu. Nabi Ilyas tak membalas perlakuan mereka dan tetap melanjutkan dakwah meskipun hanya menuai keingkaran bani Israil. Hingga pada suatu hari, penduduk geram dan mengusir Nabi Ilyas untuk selama-lamanya.
Dalam Ensiklopedia Islam, disebutkan bahwa Nabi Ilyas berusaha menghindari kejaran kaumnya. Ia bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain. Karena perbuatan buruk mereka itu, Allah SWT lalu menimpakan azab kepada mereka berupa kekeringan dan kemarau panjang. Hujan tidak turun di negeri mereka selama kurang lebih tiga tahun. Hewan ternak banyak yang mati dan sawah ladang kering sehingga mereka kesulitan mendapatkan makanan.
Penduduk pun marah dan menganggap bencana tersebut karena kedatangan Nabi Ilyas dan kemarahan berhala mereka. Dalam sumber lain disebut Raja Israil meminta para imam berdoa ke berhala agar kemarau lekas usai. Tapi kemarau berkepanjangan tetap berlanjut dan tidak berhenti. Akhirnya, Bani Israil semakin marah tak terkira dan mereka bertekad untuk memburu Nabi Ilyas secara besar-besaran.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Nabi Ilyas terpaksa selalu berpindah tempat pasca-diburu akibat keingkaran Bani Israil. Terkadang, ia tinggal di rumah seorang kaumnya yang memercayai Ilyas. Terkadang, ia tinggal di gua. Namun, Ilyas tak pernah berhenti berdakwah dan menyampaikan kebenaran. Beliau dengan gigih menyampaikan ajaran Allah SWT. Menurut sejumlah literatur, setiap rumah yang disinggahi Nabi Ilyas akan tercium bau makanan.
Anak Angkat
Di tengah pelariannya, Nabi Ilyas menemukan sebuah rumah di gurun pasir. Sumber lain menyebut, di tengah persembunyian itu Ilyas diutus untuk menemui seorang ibu yang memiliki anak laki-laki. Ilyas tinggal sementara di sana, makan, minum, tidur dan hari-harinya dihabiskan di rumah itu. Di situlah ia dipertemukan dengan Ilyasa’ yang kelak juga diangkat sebagai Nabi Allah.
Kondisi Ilyasa’ saat itu begitu memprihatinkan karena ia mengidap sakit keras sejak lama. Kemudian Nabi Ilyas berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar penyakitnya disembuhkan.
Berkat izin Allah SWT, Ilyasa’ bisa sehat seperti sedia kala. Nabi Ilyas kemudian mulai mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada Ilyasa. Menurut sebagian riwayat, hal yang pertama diajarkan kepada ilyasa adalah tauhid.
Nabi Ilyas ditemani Ilyasa’ kemudian melanjutkan dakwah mereka. Pada saat itu, kondisi kekeringan dan kemarau panjang sudah demikian parah menimpa Bani Israil, makanan sudah sulit didapat, ternak banyak yang mati, dan lahan-lahan menjadi tandus. Karena putus asa, mereka pun berusaha mencari Nabi Ilyas. Ketika berjumpa, mereka memohon kepada beliau agar bisa membantu persoalan yang dihadapi kaumnya.
Nabi Ilyas memerintahkan kaumnya agar meninggalkan sesembahan berhala Baal dan beriman kepada Allah. Dalam doanya, Nabi Ilyas memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya.
Beliau berkata, “Ya Tuhanku, semoga Engkau berkenan menghilangkan dari mereka bahaya kelaparan yang telah mengancam kehidupan mereka, dan mudah-mudahan (setelah itu terjadi) menjadikannya orang-orang yang bersyukur kepada Engaku.”
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ilyas dengan menurunkan hujan sehingga kekeringan dan kemarau panjang berakhir. Hujan ini membuat sawah-ladang menjadi subur kembali, binatang-binatang berkembangbiak dan menurunkan anak-anaknya yang sangat banyak. Namun, keimanan mereka ini tak berselang lama, sebab keingkaran bani Israil kembali dengan menyembah Baal dan berhala lainnya. Mereka akhirnya diazab dengan kekeringan dan kemarau panjang.
Nabi Ilyasa
Setelah Nabi Ilyas wafat, banyak kaum Bani Israil yang semula telah dituntun untuk ke jalan yang benar oleh Nabi Ilyas menjadi kembali durhaka dan menyekutukan Allah SWT. Setelah itu, Nabi Ilyasa juga baru menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang begitu mudah lalai dan kembali ke jalan sesat.
Sepeninggall Nabi Ilyas, tak gentar dengan berbagai rintangan, Nabi Ilyasa berusaha mengembalikan kaumnya ke jalan yang benar. Nabi Ilyasa terus menyeru menyembah Allah kepada kaumnya. Beliau selalu mengingatkan kaumnya tentang adanya hari akhir, beserta surga dan neraka.
Nabi Ilyasa adalah keturunan keempat dari Nabi Yusuf As. Ia diutus Allah SWT untuk menjalani dakwah bagi kaumnya, yakni Bani Israil. Di dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 86-87, Allah SWT telah berfirman:
Artinya: "dan Ismail , Ilyasa‘, Yunus , dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya)". "(dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus,".
Keempat nabi itu (Ismaiil, Ilyasa’, Yunus dan Luth) merupakan manusia pilihan yang dilebihkan derajatnya oleh Allah SWT di atas umat pada masanya.
Selain itu, Sang Maha Pencipta juga melebihkan derajat mereka di antara bapak-bapaknya (dalam hal ini seperti Nabi Ibrahim yang merupakan ayah Nabi Ismail), keturunan mereka (Nabi Muhammad ialah keturunan Nabi Ismail), serta sebagian dari saudaranya (Nabi Ishaq saudara Nabi Ismail).
Selain di surah Al-An'am, nama Nabi Ilyasa As juga bisa ditemukan di surah Shad ayat 48. Bunyinya adalah sebagai berikut:
Artinya:"Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik".
Kemudian dilanjutkan pada 2 ayat berikutnya dengan terjemahan sebagai berikut: "Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik,(yaitu) surga ’Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka."
Menurut Wahb bin Munabbih, Nabi Ilyas as merupakan putra Nissi bin Fanhas bin al-‘Izar bin Harun bin Imran. Sedangkan Menurut Ibn Ishaq, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam "Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul" Nabi Ilyas adalah putera Yusa ibn Fanhash ibn al-‘Izar ibn Harun, saudaranya Musa. Wahb juga menambahkan bahwa masa spesifik pengutusan Nabi Ilyas kepada Bani Israil adalah sesudah Hizqil as (Hezkiel).
Nabi Ilyas diutus oleh Allah SWT setelah Nabi Daud dan Sulaiman. Beliau diperintahkan berdakwah kepada kaum Baal di Kota Ba’albak yang terletak di daerah sebelah barat Damaskus (Suriah). Daerah tersebut kini masuk wilayah Lebanon. Mereka adalah kelompok Bani Israil yang menyembah berhala Ba’al. Nabi Ilyas menyeru mereka agar hanya menyembah kepada Allah dan mengesakan-Nya.
Kisah Dalam Al-Qur'an
Nama Nabi Ilyas sendiri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali, yaitu di Surat al-An’am ayat 85 dan ash-Shaffat ayat 123, 129, dan 130.
Sedangkan, kisah tentang perjuangan Nabi Ilyas dalam memperingatkan kaumnya termuat dalam surat ash-Shaffat ayat 124 hingga 128. Tidak banyak ayat yang menceritakan tentang kisah Nabi Ilyas. Namun, keberadaannya sebagai nabi dan Rasul Allah SWT sangat jelas disebutkan dalam surat ash-Shaffat ayat 123 tersebut.
Firman Allah swt:
وَاِنَّ اِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۗ
“Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul.” ( QS Ash-Shaffat [37]: 123)
Nabi Ilyas as lahir di tengah-tengah kaum penyembah berhala. Mereka bersama Raja Ahab yang kejam membuat dan menyembah patung Baal besar di tengah kota untuk dijadikan sebagai pusat penyembahan.
Nabi Ilyas seringkali berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” ( QS. Ash-Shaffat : 124-126).
Mendengar ajakan dari Nabi Ilyas, kaum Bani Israil begitu marah dan berkata, “Hai Ilyas, berani sekali engkau meminta kepada kaum kami untuk meninggalkan tuhan-tuhan kami. Sesungguhnya, kami melakukan hal itu karena bapak-bapak kami juga telah melakukan hal tersebut.”
Nabi Ilyas kemudian segera mendatangi Raja Ahab dan mengatakan bahwa jika mereka tidak bertaubat, maka Allah akan mendatangkan malapetaka berupa kemarau panjang selama tiga tahun.
Nabi Ilyas juga mengingatkan bahwa berhala yang mereka sembah itu tak akan mampu menolong ketika penduduk mendapat azab. Namun rupanya peringatannya justru membuat penduduk marah dan terusik.
Mereka mengusir Nabi Ilyas dan melemparinya dengan batu. Nabi Ilyas tak membalas perlakuan mereka dan tetap melanjutkan dakwah meskipun hanya menuai keingkaran bani Israil. Hingga pada suatu hari, penduduk geram dan mengusir Nabi Ilyas untuk selama-lamanya.
Dalam Ensiklopedia Islam, disebutkan bahwa Nabi Ilyas berusaha menghindari kejaran kaumnya. Ia bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain. Karena perbuatan buruk mereka itu, Allah SWT lalu menimpakan azab kepada mereka berupa kekeringan dan kemarau panjang. Hujan tidak turun di negeri mereka selama kurang lebih tiga tahun. Hewan ternak banyak yang mati dan sawah ladang kering sehingga mereka kesulitan mendapatkan makanan.
Penduduk pun marah dan menganggap bencana tersebut karena kedatangan Nabi Ilyas dan kemarahan berhala mereka. Dalam sumber lain disebut Raja Israil meminta para imam berdoa ke berhala agar kemarau lekas usai. Tapi kemarau berkepanjangan tetap berlanjut dan tidak berhenti. Akhirnya, Bani Israil semakin marah tak terkira dan mereka bertekad untuk memburu Nabi Ilyas secara besar-besaran.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Nabi Ilyas terpaksa selalu berpindah tempat pasca-diburu akibat keingkaran Bani Israil. Terkadang, ia tinggal di rumah seorang kaumnya yang memercayai Ilyas. Terkadang, ia tinggal di gua. Namun, Ilyas tak pernah berhenti berdakwah dan menyampaikan kebenaran. Beliau dengan gigih menyampaikan ajaran Allah SWT. Menurut sejumlah literatur, setiap rumah yang disinggahi Nabi Ilyas akan tercium bau makanan.
Anak Angkat
Di tengah pelariannya, Nabi Ilyas menemukan sebuah rumah di gurun pasir. Sumber lain menyebut, di tengah persembunyian itu Ilyas diutus untuk menemui seorang ibu yang memiliki anak laki-laki. Ilyas tinggal sementara di sana, makan, minum, tidur dan hari-harinya dihabiskan di rumah itu. Di situlah ia dipertemukan dengan Ilyasa’ yang kelak juga diangkat sebagai Nabi Allah.
Kondisi Ilyasa’ saat itu begitu memprihatinkan karena ia mengidap sakit keras sejak lama. Kemudian Nabi Ilyas berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar penyakitnya disembuhkan.
Berkat izin Allah SWT, Ilyasa’ bisa sehat seperti sedia kala. Nabi Ilyas kemudian mulai mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada Ilyasa. Menurut sebagian riwayat, hal yang pertama diajarkan kepada ilyasa adalah tauhid.
Nabi Ilyas ditemani Ilyasa’ kemudian melanjutkan dakwah mereka. Pada saat itu, kondisi kekeringan dan kemarau panjang sudah demikian parah menimpa Bani Israil, makanan sudah sulit didapat, ternak banyak yang mati, dan lahan-lahan menjadi tandus. Karena putus asa, mereka pun berusaha mencari Nabi Ilyas. Ketika berjumpa, mereka memohon kepada beliau agar bisa membantu persoalan yang dihadapi kaumnya.
Nabi Ilyas memerintahkan kaumnya agar meninggalkan sesembahan berhala Baal dan beriman kepada Allah. Dalam doanya, Nabi Ilyas memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya.
Beliau berkata, “Ya Tuhanku, semoga Engkau berkenan menghilangkan dari mereka bahaya kelaparan yang telah mengancam kehidupan mereka, dan mudah-mudahan (setelah itu terjadi) menjadikannya orang-orang yang bersyukur kepada Engaku.”
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ilyas dengan menurunkan hujan sehingga kekeringan dan kemarau panjang berakhir. Hujan ini membuat sawah-ladang menjadi subur kembali, binatang-binatang berkembangbiak dan menurunkan anak-anaknya yang sangat banyak. Namun, keimanan mereka ini tak berselang lama, sebab keingkaran bani Israil kembali dengan menyembah Baal dan berhala lainnya. Mereka akhirnya diazab dengan kekeringan dan kemarau panjang.
Nabi Ilyasa
Setelah Nabi Ilyas wafat, banyak kaum Bani Israil yang semula telah dituntun untuk ke jalan yang benar oleh Nabi Ilyas menjadi kembali durhaka dan menyekutukan Allah SWT. Setelah itu, Nabi Ilyasa juga baru menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang begitu mudah lalai dan kembali ke jalan sesat.
Sepeninggall Nabi Ilyas, tak gentar dengan berbagai rintangan, Nabi Ilyasa berusaha mengembalikan kaumnya ke jalan yang benar. Nabi Ilyasa terus menyeru menyembah Allah kepada kaumnya. Beliau selalu mengingatkan kaumnya tentang adanya hari akhir, beserta surga dan neraka.
Nabi Ilyasa adalah keturunan keempat dari Nabi Yusuf As. Ia diutus Allah SWT untuk menjalani dakwah bagi kaumnya, yakni Bani Israil. Di dalam Al-Qur'an surah Al-An'am ayat 86-87, Allah SWT telah berfirman:
وَاِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَيُوْنُسَ وَلُوْطًاۗ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ وَمِنْ اٰبَاۤىِٕهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ وَاِخْوَانِهِمْ ۚوَاجْتَبَيْنٰهُمْ وَهَدَيْنٰهُمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya: "dan Ismail , Ilyasa‘, Yunus , dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya)". "(dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus,".
Keempat nabi itu (Ismaiil, Ilyasa’, Yunus dan Luth) merupakan manusia pilihan yang dilebihkan derajatnya oleh Allah SWT di atas umat pada masanya.
Selain itu, Sang Maha Pencipta juga melebihkan derajat mereka di antara bapak-bapaknya (dalam hal ini seperti Nabi Ibrahim yang merupakan ayah Nabi Ismail), keturunan mereka (Nabi Muhammad ialah keturunan Nabi Ismail), serta sebagian dari saudaranya (Nabi Ishaq saudara Nabi Ismail).
Selain di surah Al-An'am, nama Nabi Ilyasa As juga bisa ditemukan di surah Shad ayat 48. Bunyinya adalah sebagai berikut:
وَاذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗوَكُلٌّ مِّنَ الْاَخْيَارِۗ
Artinya:"Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik".
Kemudian dilanjutkan pada 2 ayat berikutnya dengan terjemahan sebagai berikut: "Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik,(yaitu) surga ’Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka."
Baca Juga
(mhy)